Its the day!
Hari yang sangat tidak ditunggu oleh Rani tiba, ia kini sudah duduk di kursi make up bertuliskan Louisa Jill siap untuk make up. Sejak semalam Rani susah tidur memikirkan bagaimana ia akan menjalani hari-harinya bersama Rangga setelah ini? Hah, pusing!
"Kak, aku boleh ngerokok sebentar nggak? Bentar aja, please..." Pinta Rani pada Lui.
"Oh gitu, boleh-boleh emmm sepuluh menit cukup?" Lui memberikan rentang waktu.
"Cukup kok kak, makasih ya.." Ucap Rani lalu akhirnya dia berdiri untuk keluar menuju balkon. Rani duduk di sofa balkon yang terletak di sudut dekat pintu, dihisapnya vape kuat-kuat sambil menahan tangis. Ia tidak mau mukanya yang sudah kuyu akibat tidak tidur semakin berantakan karena bekas air mata.
"Kamu bisa Ran, kamu kuat." Ucapnya terus menerus seperti mantra, setelah puas merokok dan perasaannya sedikit lebih baik ia pun kembali.
"Sudah?" Lui memastikan dengan ramah.
"Udah, makasih ya kak." Jawab Rani tak kalah ramah.
"Kak Rani mau look yang kayak gimana?" Tanya Lui sambil menyiapkan kulit Rani agar siap dirias.
"Terserah kak Louisa aja." Jawab Rani sekenanya tanpa ada rasa antusias sama sekali namun ia tetap berusaha ramah pada Lui, hair stylist dan para asistennya. Kalau dulu Rani sudah mereka-reka ingin dirias seperti ini dan itu bahkan sudah membuat daftar look yang dia inginkan tapi kini Rani sama sekali tidak memiliki daftar dan keinginan apapun selain bercerai dengan Rangga setahun lagi.
"Oke siap, aku sambil duduk nggak apa-apa ya?" Lui merasa sungkan, tapi perutnya yang sudah semakin besar membuat dirinya tidak bisa berdiri terlalu lama.
"Oh iya kak nggak apa-apa, senyaman nya kak Louisa aja." Rani tersenyum lalu memejamkan mata saat Lui mulai mengaplikasikan complexion.
"Udah berapa bulan kak?" Tanya Rani dengan mulut yang tidak sepenuhnya terbuka.
"Udah lima bulan." Jawab Lui dengan tangan yang terus bekerja.
"Berarti langsung dikasih ya?"
"Iya." Lui menjawab dengan senyum.
"Tokcer juga tuh si Refal." Mereka tertawa kecil bersama.
"Kata Refal kalian temenan dari kecil ya?"
"Yah gitu deh, tapi dia dulu lebih sering main sama mas ku sih soalnya si mas Brian temen sekelas mas Danu. Aku mah bagian ngerusuh aja kalau mereka lagi main." Jelas Rani dengan perasaan sedikit lebih baik setelah mengobrol, Lui tertawa kecil mendengarnya.
Lui dan semua yang ada di sana menoleh ketika pintu kamar terbuka dan ternyata Refal yang masuk.
"Kamu baik-baik aja sayang?" Refal menyapa sekilas si hairstylist lalu mendekati istrinya.
"Iya, kamu tenang aja." Lui memberi kode agar Refal menjauh karena dia bisa mual kalau di dekat suaminya dan Lui tidak mau mual disaat bekerja.
"Baru juga diomongin langsung muncul orangnya, tenang kak Louisa aman sama aku. Nggak usah sok sweet deh mentang-mentang masih pengantin baru." Cibir Rani namun dalam hati ia sangat iri dengan pasangan ini. Apalagi Rani juga mendengar perjalanan cinta mereka yang sangat membuat hati tersentuh, sudah seperti novel romantis yang happy ending. Kamu kan juga pernah mengalaminya Ran? Menjalani hubungan layaknya pasangan dalam novel romantis, bedanya kisah kamu sad ending. Lagi-lagi Rani hanya bisa mendengus kesal.
"Biarin." Refal mengedikkan bahu sambil memperhatikan Rani lalu memotret nya.
"Masih nggak percaya gue bocah rese satu ini nikah." Refal geleng kepala sambil menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaniberumahRangga
General Fiction*Ini hanya cerita klasik tentang benci jadi cinta.* Rani diputus secara sepihak oleh tunangannya dengan alasan tidak masuk akal tepat seminggu sebelum acara pernikahan mereka digelar. Namun demi melindungi ego dan harga dirinya yang tersakiti, Ran...