"Aak!" Rani menyentuh pipi dalam nya yang terkena cipratan minyak panas. Ia mencoba membalik ikan dengan jarak cukup jauh sambil terus berteriak karena minyaknya meletup terus.
"Ranggaaaaaa!!!!" Rani berteriak sekeras yang ia bisa memanggil suaminya, "Rangga....!!!! Aduuuh....nandi se wong iki?!" Ia memanggil lagi sambil terus mengeluh, Rani ingin mematikan kompor tapi baru mendekat si minyak meletup lagi membuat ia melonjak takut.
"Aak! Rangga.....!!!" Rani terus berteriak kini dengan setengah merengek.
"Apa se kamu iku sorop-sorop bengok- bengok ae." Rangga berjalan cepat menuju dapur, ia bertanya dengan nada kesal namun dalam hati sebenarnya khawatir.
"Aku kebledosan minyak... Ak!" Rani kembali menjerit ketika si minyak meletup lagi, Rangga ikut berjengit bukan karena letupan minyak tapi karena suara istrinya.
"Kari dipateni ae lho kompore, nggak usah teriak-teriak." Omel Rangga sambil mematikan kompor tanpa rasa takut sedikitpun, Rani yang berjongkok karena takut perlahan berdiri memastikan si minyak tidak meletup lagi.
"Gini aja berisik banget kamu itu." Gerutu Rangga dengan tatapan datar sedangkan Rani cemberut.
"Ya takutlah! Ini kan masih pertama kali buat ku, aduuuh muka ku lek mbekas ya opo?!" Rani memegang pipinya sambil merengek, Rangga semakin malas melihatnya.
"Nggak akan ninggalin bekas tenang aja." Rangga menyalakan kompor kembali namun dengan api kecil sedangkan Rani masih menatap ponsel, meratapi pipi mulusnya yang terkena cipratan minyak.
Tiba-tiba Rangga muncul di layar lalu menepuk-nepuk pelan pipi dalam Rani dengan handuk basah, tak ada yang dilakukan Rani selain diam. Lagi-lagi Rangga tidak bisa cuek pada istrinya ini. "Di sini?" Rangga memastikan dan Rani mengangguk sebagai jawaban.
"Cuma dikit aja, kalaupun ninggalin bekas juga nggak kelihatan banget." Rangga berusaha menenangkan sembari terus mengompres.
"Ya tapi kan tetep aja jadi noda di muka aku." Rani tetap khawatir berlebihan. Rangga kembali menghela nafas panjang lalu meninggalkan Rani sebentar, ia kembali lagi dengan satu salep di tangan.
"Apa ini?" Rani langsung menutupi pipinya dan menghindar.
"Ini salep tapi lebih kayak calming moisturizer gitu." Jawab Rangga tenang. Perlahan Rani menjauhkan tangan dari pipinya, "aman nggak?"
"Aman," cara bicara Rangga sudah seperti ayah pada anaknya.
"Sini." Rangga hendak mengoleskan salepnya pada Rani tadi ditangkis.
"Aku sendiri aja." Rani menyahut salep dari tangan Rangga lalu mengoleskannya pada pipi, sendiri. Tanpa sadar Rangga mengulum senyum melihat Rani wajah Rani yang semakin imut ketika fokus.
"Nih." Rani memberikan kembali si salep pada empunya dengan sedikit sentakan, Rangga yang sejak tadi memperhatikan Rani langsung gelagapan.
"Ehem," ia berdehem untuk menetralkan debaran yang muncul akibat kaget, "ya udah, sana lanjut masak nanti si Johan sama Naila keburu datang." Ucap Rangga lagi. Ya, Johan dan Naila akan main kesini untuk makan malam. Untuk pertama kalinya Rani sangat kesal pada sahabatnya itu, kenapa juga sok-sok mau makan malam disini, hih!
"Nggak kamu aja yang lanjutin? Nanti aku kena minyak lagi." Rani merengek, mencoba membujuk suaminya.
"Nggak usah alasan, itu apinya kecil jadi gak akan meletup lagi. Udah aku mau mandi dulu." Rengekan Rani tidak mempan pada suaminya, ia berlalu begitu saja membuat Rani kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaniberumahRangga
Fiksi Umum*Ini hanya cerita klasik tentang benci jadi cinta.* Rani diputus secara sepihak oleh tunangannya dengan alasan tidak masuk akal tepat seminggu sebelum acara pernikahan mereka digelar. Namun demi melindungi ego dan harga dirinya yang tersakiti, Ran...