Sepanjang perjalanan Rani terus meremas kemudi dengan otak yang terus berputar, memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Tiba-tiba saja Ardi datang, setelah beberapa bulan lalu memutuskan hubungan secara sepihak dan menikah dengan orang lain. Apa Rani harus memeluknya? Ah tidak-tidak, jangan bodoh Rani! Memang empat tahun bukan waktu yang sebentar, tapi yang Ardi lakukan tidak bisa ditolerir sama sekali. Ia mengurangi kecepatan ketika sudah dekat dengan toko, kenapa cepat sekali dan kenapa tidak macet?! Ya Tuhan, mobil itu! Mobil yang selalu dipakai Ardi untuk mengantar dan menjemput kemana pun Rani mau.
Ia memejamkan mata sejenak lalu turun dari mobil dan berjalan cepat menuju toko. Langkahnya terhenti ketika dari luar terlihat punggung seseorang yang sangat ia kenal. Ketika mendengar gesekan pintu yang dibuka, punggung itu berbalik dan menunjukkan sosok yang melambungkannya ke langit sekaligus menghempaskannya ke bumi.
"Hai, Ran."
Bug! Rani memukulkan loewe-nya tepat di muka mantan kekasihnya. Arin dan juga karyawan lain yang sudah datang reflek membekap mulut saking terkejutnya. Segera Arin menggeser rolling door yang sudah terbuka setengah agar tertutup penuh kembali.
"Ran-
Ardi pun terkejut sampai limbung ke lantai membuat Rani semakin memukulnya dengan membabi buta.
Bug! Bug! Bug! Sejak tadi Rani berpikir apa yang akan ia lakukan ketika bertemu Ardi dan ia menemukan jawaban saat laki-laki ini memperlihatkan wajahnya.
"Ran! A aku-
Rani yang mendadak tuli tetap menggunakan tasnya untuk memukuli Ardi.
"Bajingan! Cok! Asu! Gathel!" Rani terus memukulnya dengan sekuat tenaga sambil mengumpat, meluapkan semua rasa sedih, sakit hati, bingung dan amarah yang selama ini tertahan sampai membuatnya sesak napas.
"Mbak udah mbak, udah." Arin dan yang lain dengan takut-takut berusaha menghentikan Rani tapi tak berhasil, malah Arin terkena kibasan tas. Akhirnya mereka mundur. Arin yang sudah bekerja selama tiga tahun dengan Rani cukup tahu hubungan mereka berdua, romantis di kehidupan nyata maupun sosial media. Ia termasuk yang sangat terkejut ketika pernikahan Rani batal dan menikah dengan Rangga. Arin sempat berprasangka buruk pada pemilik toko nya ini tapi melihat betapa marah dan sakitnya Rani saat memukuli Ardi, membuat Arin menarik prasangka buruknya.
"Aaaaarrrgh!" Rani memberikan pukulan paling keras lalu Rani menginjak kaki Ardi menggunakan hak tinggi sepatunya.
"Aww!" Ardi mengaduh lirih, tapi sepenuhnya ia menerima ini, rasa sakit yang ia terima tetap tidak sebanding dengan yang dialami mantan kekasihnya.
Rani mundur sambil terengah-engah membiarkan Ardi menahan sakit, tak hanya tubuhnya yang sakit tapi juga harga dirinya sebagai laki-laki. Ia pasti terlihat seperti pecundang sekarang.
"Mbak, sabar mbak." Nur mendekati Rani yang masih terengah dan berusaha mengontrol emosi, setidaknya satu ganjalan di hatinya terangkat satu. Nur memberi kode pada teman-temannya untuk membantu Ardi berdiri dan mengambilkan minum untuk mereka berdua.
"Makasih." Ucap Rani pelan lalu meminum airnya sedikit dan memberikannya kembali pada Nur.
"Rin, maaf ya.." ucap Rani menyesal karena tak sengaja memukulnya tadi.
"Nggak apa-apa kok mbak." Arin mengerti
"Kita bicara di atas." Pinta Rani, dingin. Ia melangkah melewati Ardi yang kini tampak berantakan, laki-laki itu segera menutup kembali botol minum dan diberikan pada salah satu karyawan lalu segera menyusul mantan kekasihnya ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaniberumahRangga
Ficción General*Ini hanya cerita klasik tentang benci jadi cinta.* Rani diputus secara sepihak oleh tunangannya dengan alasan tidak masuk akal tepat seminggu sebelum acara pernikahan mereka digelar. Namun demi melindungi ego dan harga dirinya yang tersakiti, Ran...