35. Malam Terpanas

841 45 1
                                    

"Kenapa tidak makan, Sayang? Apa tidak sesuai dengan seleramu?" bisik Hill pada putri sambungnya yang saat ini hanya mengaduk-aduk makanannya.

Selina yang mendengar hal itu pun balas berbisik, "Sepertinya, Ayah yang tidak mau memakan masakan Ibu."

Hill pun tertangkap basah, dan membuat Selina yang menyadari hal itu hampir tertawa dibuatnya. Semenjak insiden kekerasan yang dialami terakhir kali oleh Selina, hubungannya dengan keluarganya juga semakin dekat. Selina yang sebelumnya tidak terlalu dekat dan menjaga jarak dengan Hill pun, pada akhirnya menjalin kedekatan selayaknya ayah dan seorang putri. Semua ini sepertinya mustahil terjadi, jika saja Nico tidak datang dalam kehidupan Selina.

Mengingat Nico, Selina pun menghela napas karena ini sudah satu minggu lamanya ia tidak bisa menghubungi Nico. Pria itu benar-benar menghilang tanpa jejak. Bahkan hingga Georg pun sama sekali tidak memberikan kabar padanya. Ini jelas sangat membuat Selina merasa cemas. Saat ini Selina tengah berusaha untuk mempertimbangkan dan memikirkan langkah apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Jelas, Selina tidak akan membiarkan situasi ini lebih lanjut.

"Kenapa kau terus menghela napas seperti itu, Sayang?" tanya Cindy sembari menuang air untuk suaminya.

Selina menggeleng. "Tidak apa-apa, Ma. Aku hanya memikirkan toko bungaku," jawab Selina.

Hill yang mendengar itu pun bertanya, "Ada apa dengan tokomu? Apa ada masalah?"

Selina tertawa pelan. "Tidak ada apa-apa. Ibu dan Ayah tidak perlu cemas. Aku hanya memikirkan bagaimana seharusnya aku menata tokoku," ucap Selina.

Dengan ucapan Selina tersebut, kedua orang tuanya pun merasa cukup tenang. Lalu Cindy menghidupkan televisi untuk menonton berita terkini sembari menikmati makanan mereka. Namun, bukan berita ekonomi atau politik yang mereka lihat, hal yang ditayangkan saat ini adalah berita mengenai Nico yang tertangkap kamera paparazzi baru saja ke luar dari sebuah toko perhiasan dengan seorang wanita cantik. Saat ini ternyata kabar mengenai hubungan Selina dan Nico sudah mulai menyebar.

Berita itu menyebar semakin liar, saat Nico sendiri tidak bisa dihubungi untuk dimintai konfirmasi. Selina yang baru saja melihat berita tersebut mengernyitkan keningnya. Lalu beberapa saat kemudian, teleponnya berdering berulang kali. Selina menghela napas, saat bisa menebak jika itu adalah telepon dari para wartawan. Selina pun memilih untuk mematikan ponselnya, dan menatap kedua orang tuanya yang menatapnya dengan cemas.

Selina dengan lancarnya menarik sebuah senyuman dan berkata, "Ayah dan Ibu tidak perlu cemas. Hubunganku dengan Nico baik-baik saja. Bukankah kalian sendiri tahu, hubungaku dengan Nico selalu baik-baik saja. Kami tidak pernah berada dalam pertengkaran hebat yang menyebabkan kami putus hubungan."

Jelas, saat ini Selina tengah menutupi fakta bahwa dalam satu minggu ini, ia bahkan tidak bisa menghubungi kekasihnya itu. Cindy yang mendengar hal itu pun menggenggam tangan putrinya dan berkata, "Kami percaya, Sayang. Tapi, jika ada masalah apa pun, kami harap kau bisa membuka diri pada kami."

Hill mengangguk dan menambahkan, "Benar. Kami ada di sini, dan akan melindungimu, Selina."

Selina yang mendengar perkataan itu pun tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Ibu, Ayah. Aku menyayangi kalian," ucap Selina dengan tulus.

Tak berapa lama, Hill dan Cindy pun meninggalkan kediaman putri mereka. Saat ini Selina memang sudah berpindah ke apartemen lain, karena apartemen yang sebelumnya menyisakan kenangan yang sangat buruk dan ingin ia lupakan. Saat pindah ke apartemen barunya ini, Selina berharap jika dirinya akan memulai kehidupan baru yang penuh dengan hal baik. Selina duduk di tepi ranjangnya, dan mencoba untuk menghubungi Nico. Namun, kembali usaha Selina menjadi sia-sia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mimpi Panas 3 : Selina & NicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang