Intro: Even I'm Still Homeless Here!

70 8 0
                                    

September 2017, Sendai, Jepang

Jika biasanya yang membangunkannya adalah sayup-sayup percakapan atau suara dari luar ruangan, kini yang membangunkan Akari hanyalah alarm yang dipasang di smartphone. Gadis berambut hitam itu mengerutkan dahinya ketika smartphonenya berdering dengan sangat nyaring, lalu dengan malas mencari smartphone hitamnya itu dengan meraba-raba nakas kayu di samping tempat tidurnya.

Setelah mendapatkan smartphonenya Akari menghapus alarm itu dengan mata menyipit, lalu segera bangun dan duduk walaupun hari ini dirinya masih sangat lelah. Berterima kasihlah pada penerbangan panjangnya dari Istanbul ke Tokyo, belum lagi dirinya harus terbang lagi ke Sendai sebelum bisa mengistirahatkan tubuhnya yang pegal karena perjalanan kemarin.

Ketika manik birunya melirik jam yang terpampang di layar smartphonenya, hanya helaan napas yang lolos dari mulutnya. Gadis berambut hitam sepunggung itu tidak menyangka jika dirinya akan bangun jam satu siang setelah sampai ke penginapan, yang disewa selama seminggu selama dirinya mencari rumah yang bisa disewa dalam jangka waktu beberapa tahun.

Karena saat masih di rumah sakit setelah penyerangan itu, yang membuat paru-parunya kempes karena ditusuk pisau, Akari memutuskan untuk mengejar impian lamanya saat masih menjalani pendidikan militer. Gadis itu berniat untuk menjadi travel vlogger, dan berbekal dengan statusnya sebagai multi lingual, Akari berharap videonya bisa menjangkau banyak orang di dunia ini. Sambil menyikat gigi dan cuci muka, gadis itu berpikir tentang berapa banyak bahasa yang bisa dipakainya untuk takarir di videonya nanti.

Selesai dengan persiapan paginya, Akari yang baru sadar jika dirinya belum sempat berbelanja akhirnya mengambil jaket denimnya, yang bisa dikatakan seperti tas berjalan karena memiliki banyak saku, di lemari dan pergi ke konbini setelah mengunci pintu. Dengan rambut yang digerai begitu saja Akari berjalan dalam diam, hingga kedua telinganya menangkap suara dan gaya bicara seseorang yang sudah sangat lama tidak ditemuinya secara langsung.

"Kau Akari, kan? Kau Sasakibe Akari yang kukenal, kan?"

Suara itu datang dari belakangnya. Karena terlalu larut dalam pemikirannya untuk membuat konten, Akari bahkan baru sadar jika tangan kanannya ditahan dari belakang. Dengan tenang gadis bermanik biru tua itu berbalik dan terkesiap saat menyadari orang yang memanggil dan masih mehanan tangan kanannya itu.

"Shiori-chan, Shigeo-san?"

Gadis yang menahan tangan kanan Akari dari belakang tersenyum dan perlahan melepas pegangannya. Lalu tidak jauh dari dua gadis itu, berdiri seorang pemuda yang seumuran dengan mereka, tersenyum simpul sambil memasukkan kedua tangannya ke saku jaket baseball yang dipakainya.

Ekspresi runyam Akari memudar. Gadis berambut hitam sepunggung itu sontak memeluk Shiori dengan wajah penuh kelegaan. Kedua gadis itu tertawa bersama saat berpelukan selama beberapa saat, lalu saling bertukar senyuman satu sama lain. Setelah berpelukan dengan Shiori, Akari juga bertukar senyuman dan sebuah anggukan kepala dengan Shigeo. Hal ini adalah cara klasiknya untuk menyapa dua sahabat baiknya ini, yang sebenarnya adalah anak kembar. Sehingga hanya berselang dua menit ketiganya kini sudah berjalan untuk mencapai jalan raya.

"Aku dan Shigeo sama sekali tidak menyangka kau akan kembali ke Sendai, Akari," ujar Shiori. Akari tersenyum kaku.
"Begitukah? Kenapa kalian seperti tidak mengharapkan keberadaanku," tukas Akari. Gadis beriris biru tua itu menggembungkan pipinya. Shigeo menggeleng.
"Kami tidak bermaksud seperti itu. Tapi hidupmu dan keluargamu sekarang sudah sangat enak di pedesaan Istanbul. Jadi kami tidak berharap banyak," tutur Shigeo.
"Lalu kenapa kau tidak mengabari kami sebelumnya tentang ini? Aku bisa mencarikan apartemen untukmu tahu!" timpal Shiori.

Akari tertawa. Sebenarnya gadis bertubuh tinggi tegap itu tidak tahu harus bagaimana untuk merespon ucapan Shigeo dan Shiori, mengingat penuturan keduanya memang ada benarnya, belum lagi ketika mengingat jika dua sahabatnya sejak kecil ini paham betul dengan keluarganya yang sedikit sensitif dengan kebisingan. Akari menggeleng pelan, seolah mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.

Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang