Beberapa hari ini, Azuchi semakin disibukkan dengan persiapan untuk menghadapi Pasukan Uesugi dan Takeda. Senjata, baju zirah, dan berbagai perlengkapan lainnya berseliweran bersama dengan orang-orang yang membawa semua barang tersebut. Pekerjaan Akari juga bisa dikatakan meningkat beberapa persen sejak anggota Nokizaru dan Mitsumono dijebloskan ke penjara kastil.
Selain pekerjaan normalnya, gadis berambut hitam itu akhirnya rutin menjalani latihan menembak dengan Mitsuhide, lalu memanah dengan Ieyasu, serta kumite dengan Hideyoshi ataupun Nobunaga. Bahkan sudah beberapa kali Akari diseret oleh Nobunaga atau Masamune untuk ikut mengawasi latihan pasukan.
Seperti saat ini, setelah pekerjaannya selesai, Mitsuhide membawanya ke sebuah padang rumput untuk latihan menembak bersama Ieyasu. Padahal rencananya, hari ini Akari ingin menyerahkan lukisan yang Masamune minta. Bahkan gadis berambut hitam itu kini membawa lukisannya di dalam kimono. Karena sekalinya Mitsuhide membawanya untuk latihan menembak dengan Ieyasu, bisa dipastikan jika ketiganya akan kembali ke kastil saat bulan sudah di atas kepala.
Seperti saat ini, di tengah hutan lebat, ketiganya kini baru selesai makan malam dengan daging rusa bakar hasil buruan Mitsuhide. Ketika pria berambut perak itu membereskan api unggun dan Akari membungkus sisa daging rusa dengan dedaunan, manik biru tua gadis bertubuh tinggi itu mendapati Ieyasu yang tengah membidik ke arah sebuah pohon. Akari bergegas menghampiri Ieyasu, dan menaruh tangan kanannya di pundak kiri Ieyasu yang tegang.
"Kau tahu sendiri jika istirahat adalah bagian dari latihan, kan?" ujar Akari. Ieyasu menggigit bibir bawahnya dan menarik pelatuk, membuat sebuah dahan pohon berlubang.
"Hanya kemampuan memanahku yang ada di atasmu, dan aku benci itu," ucap Ieyasu singkat. Akari tergelak.
"Namun ketahananku tetaplah yang paling rendah. Aku punya alasan kenapa permainan pedangku bercampur dengan kempo dan subak."Ieyasu mencebik dan menyimpan senapannya, tersandar ke sebuah dahan pohon. Pria berambut pirang itu lalu menuju kudanya dan tampak melakukan sesuatu di sana. Akari hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan dan mengambil senapan yang tadi Ieyasu simpan di dahan pohon. Mitsuhide menghampiri Akari, tampak sedikit penasaran dengan percakapan keduanya.
"Ya ampun, aku tidak tahu kalau dia akan semarah itu pada dirinya sendiri," gumam Mitsuhide. Akari menyerahkan senapan Ieyasu pada pria beriris kuning tua itu.
"Dia hanya tidak tahu titik lemahku. Padahal titik lemahkulah yang akan membawaku pada shinigami," timpal Akari.
"Begitukah? Tapi aku bisa mengerti rasa frustasi Ieyasu sebenarnya. Ada kalanya kami para pria tidak mau mengalah, apalagi pada seorang wanita."
"Aye-aye, aku sudah hafal dengan ego laki-laki kok. Itulah alasan kenapa aku membiarkannya."Akari berlalu meninggalkan Mitsuhide dan menuju ke arah kudanya. Pria yang kerap kali disebut rubah perak itu kini tengah mengangkat kedua alisnya, masih berusaha untuk mencerna setiap perkataan Akari tadi. Terutama tentang kelemahan gadis bertatapan dingin itu. Kelemahannya bisa mengantarkannya pada kematian? Apa ini artinya gadis yang telah menyelamatkan Nobunaga di Honno-Ji ini mulai membuka dirinya, atau bahkan lebih? Mitsuhide tersenyum, namun bukan senyuman rubah yang biasa ditampilkannya.
"Kau benar-benar membingungkan, burung kecilku."
Timeskip
Setelah menyimpan kudanya di kastil, Akari berjalan membelah jalanan kota yang diterangi oleh lentera. Beberapa orang masih berada di luar rumah, dan masih ada beberapa penjual makanan yang membuka kedainya. Sejak dirinya kembali dari hutan, aroma hujan sudah menyapanya ketika dirinya masih berkuda dengan Ieyasu dan Mitsuhide. Setidaknya jalanan kota masih belum terlalu sepi, sehingga Akari memutuskan untuk mempercepat langkahnya. Sesampainya di kediaman Masamune, sepertinya Akari akan menginap di sana. Karena instingnya mengatakan jika dirinya sedang diikuti dan diawasi. Tapi yang lebih penting, hujan gerimis mulai turun membasahi Azuchi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)
FanfictionAkari Bala Sasakibe, seorang blasteran Jepang-Turki yang kini memegang kebangsaan Turki itu adalah pensiunan dokter tentara dari Baret Marun. Dirinya terpaksa pensiun dini karena dinyatakan tidak mungkin bertugas lagi setelah markasnya di perbatasan...