Sinar mentari menembus kertas minyak dari pintu shoji, menerangi ruangan yang bisa dibilang nyaris dipenuhi rak buku itu. Futon yang selalu digelar di tengah ruangan itu masih tampak bergerak-gerak sejak tadi. Tapi pada akhirnya, gadis berambut hitam yang tidur di futon tersebut membuka kedua matanya perlahan dengan dahi yang berkerut, mencoba untuk membiasakan diri dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke matanya.
Tangan kanan Akari menyentuh dahi lebarnya yang kini terasa basah. Ada sebuah sapu tangan di atas sana. Akari mengambil sapu tangan itu dan menyimpannya di lantai tatami. Gadis bertubuh tinggi tegap itu mencoba untuk mengingat kegilaan apa saja yang membuatnya berakhir di ruangan penuh buku ini.
Latihan menembak di hutan sampai malam, kemudian pergi ke kediaman Masamune. Meski pada akhirnya Akari harus kejar-kejaran dengan Sasuke dan Yukimura di bawah hujan deras. Lalu setelah memberi sinyal dengan memakai wakizashi, Sagara datang membantu. Tidak lama setelah itu duel, lalu dirinya dibekap memakai saputangan yang dibasahi kloroform oleh Sasuke.
Iris sewarna laut dalam Akari melirik ke arah pintu, yang kini sudah bercahaya. Suara hujan juga tidak lagi terdengar. Hanya aromanya saja yang tersisa. Akari sampai pada sebuah kesimpulan jika ini sudah pagi, tapi pagi yang mana? Apa pagi setelah penyergapan, atau pagi setelahnya? Akari menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya.
Tangan kanannya yang kasar memijat kedua pelipisnya sekaligus, berusaha menenangkan sakit kepalanya yang secara tiba-tiba datang seperti memukulnya dengan keras. Denyut jantungnya juga terasa tidak normal. Akari menarik napas panjang, berusaha keras agar denyut jantungnya kembali normal. Karena di zaman ini, penyakit kardiovaskular dan thoraks adalah momok menyeramkan bagi masyarakat di era Sengoku.
Ketika gadis berambut hitam itu baru sadar jika pakaiannya sudah berbeda, Akari refleks duduk dan tampak mencari sesuatu. Ketika seluruh pikirannya terfokus untuk mencari, telinganya disapa oleh suara shoji yang bergeser. Akari mengangkat kepalanya, mendapati Masamune dan Hideki masuk ke kamar. Keduanya juga tampak membawa meja kecil yang diatasnya ada berbagai makanan. Tapi yang paling penting, aroma dari makanan yang kedua kakak beradik itu bawa merebak ke seluruh ruangan.
"Nee-san! Yokatta na!" Hideki bersorak sambil menuju sisi kiri futon. Masamune tersenyum ke arahnya.
"Ohayou, kitten. Kau nyaris membuatku jantungan semalam," dengan entengnya Masamune malah berkelekar selagi kakinya membawanya ke depan Hideki.
"Etto, Hideki-dono, aku tahu Anda ini adiknya Masamune. Tapi kupikir belum saatnya Anda-"
"Iie, kumohon jangan bersikap formal begitu padaku. Bahkan sekalipun belum terlalu dekat dengan nii-san, aku sangat senang akhirnya nii-san bisa menemukan seseorang yang bisa membuatnya terlihat begitu damai."Akari dan Masamune sama-sama mematung dengan respon Hideki. Bahkan wajah gadis berambut hitam itu langsung memerah, dan hal ini membuat Masamune otomatis menyentil dahi adiknya karena dianggap membuat Akari kembali demam. Akari menggeleng, dan mengatakan jika dirinya merasa terhormat karena Hideki menganggapnya seperti itu.
.
Sementara itu di engawa yang menghadap dengan gerbang masuk, Kojuro sedang memberi makan Shogetsu dengan ayam hutan hasil buruannya di pagi buta. Pria berambut hitam itu, yang belum sempat menata rambutnya, sedikit terkesiap saat mendengar gerbang utama dibuka dan ditutup dengan kasar.Ketika manik toskanya beralih ke arah gerbang, Sagara jatuh terduduk sembari menyandarkan punggungnya ke gerbang dengan napas yang tidak teratur. Dahi Kojuro berkerut saat sadar jika Sagara memakai tas selempang kulit. Shogetsu yang sedang asyik makan malah menghampiri pria berambut cokelat kemerahan itu, lalu menggosokkan kepalanya ke perut pria beriris kelabu itu.
"Sagara? Darimana saja kau semalam?" Kojuro menghampiri Sagara dengan iris mata yang naik turun, "lalu apa isi tas itu?"
"Data-data penting Azuchi. Untunglah aku bisa membuat mereka berdua mundur tanpa peduli dengan tas ini," balas Sagara. Kedua alis Kojuro langsung naik.
"Tunggu, mereka berdua? Siapa itu?"
"Yukimura Sanada, dan satu anggota Nokizaru yang cukup aneh dan berbahaya. Ninja itu sempat membekap Akari-sama dengan sebuah sapu tangan yang baunya aneh sekali."
"Mrrraaa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)
FanfictionAkari Bala Sasakibe, seorang blasteran Jepang-Turki yang kini memegang kebangsaan Turki itu adalah pensiunan dokter tentara dari Baret Marun. Dirinya terpaksa pensiun dini karena dinyatakan tidak mungkin bertugas lagi setelah markasnya di perbatasan...