Di tengah jalanan kota yang masih ramai walaupun malam telah menyingsing, Akari memacu kedua kakinya sambil membawa sebuah bungkusan kain di tangan kanan. Gadis berambut hitam itu kini meninggalkan sepatu kombatnya di kamar, dan memutuskan untuk memakai sandal zori untuk keluar kastil. Katana yang biasanya selalu setia menggantung di pinggang kirinya juga dia tinggalkan di kamar, digantikan oleh pistol keluaran terbaru yang dihadiahkan padanya oleh Nobunaga.
Lagipula dirinya akan berada di antara para pria, sehingga ada baiknya untuk sedikit santai demi kewarasannya setelah mengalami banyak kilas balik tadi siang. Akari mulai berlari kecil sampai dirinya sampai di gerbang kediaman Hideyoshi.
Setelah menanyakan letak kamar Mitsunari pada pelayan, Akari langsung menuju ke sana dan cukup terkejut dengan keberadaan Mitsuhide di sana, yang sedang menimang-nimang sebuah buku di tangannya. Akari mau tidak mau harus duduk berhadap-hadapan dengan Mitsuhide, kemudian menyimpan dan membuka buntalan kain yang di bawanya di tengah.
"Oh? aku tidak menduga kau terpikir untuk membawa manjū, burung kecilku," tukas Mitsuhide. Iris biru tua Akari melirik ke arah Mitsunari yang asyik membaca buku.
"Hideyoshi cerita jika dia kerepotan dengan Mitsunari. Lalu aku dengar dari para pelayan kalau Mitsunari suka manjū, jadi aku membawanya," tutur Akari. Mitsuhide terkekeh kaku.
"Ya ampun, kau sungguh mendetail eh? Aku sungguh terkesan."
"Baiklah, makan malam siap, dan tolong singkirkan dulu manjū itu Akari."Akari yang duduk memunggungi pintu melirik ke belakang, dan mendapati Masamune membawa dua buah nampan besar yang penuh dengan makanan. Akari refleks mengambil salah satu nampan dari tangan Masamune, dan menyimpannya di sisi kosong dari meja Mitsunari.
Masamune menyimpan nampan yang di bawanya di lantai, lalu memberikan isyarat mata pada Akari untuk menyuapi Mitsunari dengan manjū. Akari memasang ekspresi terkejut, sehingga pada akhirnya malah Mitsuhide yang menjejali mulut Mitsunari dengan manjū.
Alih-alih protes, Mitsunari malah fokus membaca bukunya, seolah perhatiannya tidak teralihkan. Gadis berambut hitam itu diam-diam melangkah ke sisi kiri Mitsunari lalu melepas kacamatanya, membuat pria bersurai kelabu itu menoleh padanya sambil menutup buku, akhirnya kembali ke dunia nyata.
"Akari-sama? Sejak kapan Anda ada di-oh, Mitsuhide-sama, Masamune-sama, selamat datang," ucap Mitsunari lengkap dengan senyumannya.
"Ya ampun, padahal kami ada di sini sejak tadi," gumam Akari. Mitsuhide tersenyum.
"Tolong maklumi dia, burung kecilku. Buku sudah seperti gerbang menuju surga baginya," tutur Mitsuhide.
"Akari, kau simpan kacamata Mitsunari sampai dia menghabiskan makan malamnya."Masamune mengatakan hal itu sambil menata meja. Akari mengangguk pelan, dan akhirnya ikut membantu pria berambut cokelat itu. Tidak butuh waktu lama, mereka berempat sudah menikmati makan malamnya yang sederhana namun sangat lezat itu. Bahkan Akari sampai harus makan dengan wajah yang memerah, meskipun gadis berambut hitam itu nyaris memuntahkan makanannya karena melihat cara makan Mitsuhide, yang menjadikan semur daging ayam, miso dan mapo tofu menjadi satu dengan nasi dan sedikit bubuk cabai.
Lalu jika Akari mengamankan kacamata baca milik Mitsunari, Masamune terus memperhatikan Mitsunari agar tangannya menjauh dari buku untuk sesaat. Akari tersenyum. Rasanya ruangan yang penuh dengan buku dan sedikit dingin ini menjadi sehangat padang rumput di pagi hari di awal musim panas. Rasanya sangat menyenangkan. Meskipun Akari tidak terlalu banyak bereaksi, tetapi hati kecilnya merasa seperti ada di era modern sekarang.
"Masamune, ini adalah malam terbaik dalam hidupku," ucap Akari sambil tersenyum. Mitsuhide dan Mitsunari tampak tergelak, tetapi Masamune tidak merespon apapun.
"Kau mengatakan itu, tapi orang yang kau tuju sepertinya tidak mendengarnya, burung kecilku," balas Mitsuhide. Kedua alis hitam Akari terangkat.
"Apa maksudmu, Mitsuhide?"
"Coba cek saja sendiri, apa dia masih di dunia ini atau tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)
FanfictionAkari Bala Sasakibe, seorang blasteran Jepang-Turki yang kini memegang kebangsaan Turki itu adalah pensiunan dokter tentara dari Baret Marun. Dirinya terpaksa pensiun dini karena dinyatakan tidak mungkin bertugas lagi setelah markasnya di perbatasan...