Sebenarnya Akari sudah pening dengan topik pertemuan kali ini, yang membahas perihal keberadaan Kennyo, yang sangat mungkin tidak begitu jauh dari Azuchi. Atau setidaknya, itulah yang dikatakan oleh Mitsuhide, lalu diperjelas lagi oleh seseorang bernama Shojumaru. Pria berkulit kecokelatan itu bahkan memberikan titik pastinya, dan hal ini membuat semua orang di aula mengerutkan dahi, termasuk Akari.
Gadis berambut hitam itu berusaha mengingat tentang nama Chigusa di zaman modern. Sementara itu di sisi lain, Hideyoshi sudah duluan memberondong Shojumaru dengan berbagai pertanyaan. Akari mengangkat tangan kanannya sebatas telinga, dan itu membuat Nobunaga mengangkat alisnya.
"Apa kau punya pertanyaan, Akari?" tanya Nobunaga. Seisi ruangan kini mengalihkan perhatiannya pada Akari, termasuk Shojumaru.
"Pertama-tama, tolong koreksi jika aku salah bicara, karena aku punya dua pertanyaan," balas Akari. Shojumaru mengangguk.
"Tentu saja, Hime-sama. Sebuah kehormatan untuk menjawab pertanyaan Tuan Putri yang juga punya kapabilitas militer seperti Anda."
"Pertama, apa Chigusa yang kau maksud ini berdekatan dengan bekas kuil Hongan-ji? Lalu pertanyaan kedua, apa kulit cokelatmu itu adalah turunan dari keluargamu?"Akari bersumpah jika ini adalah kali pertamanya menanyakan soal warna kulit. Bahkan seorang Mitsuhide Akechi sampai mengerutkan dahi karena pertanyaan personalnya ini. Tapi berhubung sungai di wilayah itu, setidaknya Chigusa yang ada di pikirannya langsung bermuara ke Teluk Osaka, pertanyaan keduanya masih tergolong masuk akal, dan kini Mitsunari yang pertama kali menyadari maksud dari pertanyaan Akari tadi.
"Anda benar, Hime-sama. Wilayah itu memang berdekatan dengan Hongan-ji, dan kulitku ini alami. Apa Anda menyukai pria berkulit gelap, Hime-sama?" tutur Shojumaru dengan penuh percaya diri.
Kedua pelipis Akari berkedut kencang, meskipun gadis berambut hitam itu yakin jika Shojumaru berbohong, karena pupil sewarna darahnya mengecil, dan jarinya tidak berhenti bergerak saat menjawab pertanyaan tersebut. Akari menghela napas panjang, berdiri, dan langsung menjitak kepala bersurai putih Shojumaru. Masamune dan Mitsuhide refleks bersiul. Nobunaga tersenyum.
"Peraturan pertama. Jangan melenceng kemana-mana!" suara Akari menggelegar di aula.
"Akari, kembalilah duduk. Tidak seharusnya kau memberatkan bahu kananmu," kata Nobunaga dengan santainya, "jika tidak ada lagi yang ingin kau katakan, Shojumaru, kau boleh keluar. Pertemuan ini dibubarkan sampai pertemuan selanjutnya."Hanya dengan satu perintah itu, semuanya pergi meninggalkan Nobunaga sendiri di aula. Sambil terus memetakan wilayah Chigusa yang diingatnya, sepasang manik sedalam lautan Akari tidak bisa lepas dari sosok berkulit gelap Shojumaru.
Pria beriris merah darah itu sedang mengobrol dengan Masamune dan Mitsuhide, hingga pria berkulit kecokelatan itu akhirnya mengarahkan iris merahnya ke iris biru tuanya, lalu menggodanya dengan menanyakan apa malam ini dirinya kosong atau tidak. Akari tanpa ragu menendang selangkangan Shojumaru, dan membuat Masamune serta Mitsuhide kembali bersiul.
"Maaf, aku punya kelas yang harus kuajar. Masamune, ayo. Kojuro dan Hideki pasti sudah menunggu," Akari berucap sambil menarik tangan kanan Masamune. Pria berambut cokelat itu melambaikan tangan, selagi Mitsuhide memasang senyum rubahnya.
"Seperti yang kau lihat, Shojumaru. Bola api kami tidak bisa ditebak. Bahkan aku kaget karena dia mengisi sebuah kelas," tutur Mitsuhide.
.
Ketika Akari mengatakan jika dirinya punya kelas yang harus diisi, gadis itu tidaklah berbohong sebenarnya. Karena Hideki dan Kojuro datang padanya tiga hari kebelakang, lalu memohon padanya untuk mengajari mereka berdua ilmu pengobatan. Atau Akari menerjemahkannya sebagai ilmu kedokteran.Walhasil, setelah menyusun segala bahan ajar dengan kepala yang masih berputar, hari ini adalah hari pertama keduanya menerima pelajaran. Kini sambil berjalan kembali ke kediaman Masamune, Akari berusaha memetakan kembali bahan ajar yang bagus untuk permulaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)
FanfictionAkari Bala Sasakibe, seorang blasteran Jepang-Turki yang kini memegang kebangsaan Turki itu adalah pensiunan dokter tentara dari Baret Marun. Dirinya terpaksa pensiun dini karena dinyatakan tidak mungkin bertugas lagi setelah markasnya di perbatasan...