Hari-hari berlalu dengan cukup monoton sejak saat itu. Akari yang merasa jika perang besar semakin dekat, selain mengawasi latihan pasukan dan melakukan kumite dengan beberapa orang, kini lebih fokus untuk mengajari Kojuro dan Hideki untuk mendalami pertolongan pertama. Sementara Masamune fokus untuk mengurus Ōshū dari jauh serta mempersiapkan pasukan.
Lalu entah hari ke berapa, pada sebuah pertemuan setelah jam makan siang, Mitsuhide datang dengan informasi jika banyak kapal berlabuh di pantai dekat gunung yang menjadi persembunyian Kennyo. Dahi lebar Akari refleks berkerut, meskipun sebenarnya puzzle dalam kepalanya kini sudah sempurna, mengingat Akari sendiri tahu betul kulit cokelat seperti apa yang benar-benar genetik dan yang bukan.
"Tidak hanya itu. Aku dapat laporan kalau Kasugayama diserang, dan di tempat itu ada bendera Klan Mogami," kata Mitsuhide. Masamune otomatis terperanjat, dan kerutan di dahi Akari semakin dalam.
"Aku bersumpah kalau Ibumu adalah yang terburuk, Masamune," tukas Ieyasu.
"Ini tidak semata karena mereka, Ieyasu. Mustahil Klan Mogami memberontak tanpa dukungan yang bagus," sanggah Akari.
"Kuharap kau punya alasan bagus, Akari. Sanggahanmu itu nyaris seperti angan-angan kosong."
"Pertama, kalian semua seharusnya tahu kalau politik di Ōshū itu seperti jaring berlumuran darah. Lalu yang kedua, kupikir Paman dari pihak Ibu Masamune masih punya kewarasan untuk tidak berulah di hadapan penguasa Ōshū yang sesungguhnya."Masamune yang duduk di sebelah kirinya menepuk-nepuk punggung Akari, kemudian memeluk pinggang gadis berambut hitam itu dari samping. Pada akhirnya, Nobunaga yang sejak tadi diam kini angkat bicara dan setuju dengan pendapat Akari. Mitsuhide dan Hideyoshi kini kompak mengerutkan dahi masing-masing, sampai pada kesimpulan yang cukup mengganggu.
"Jadi singkat kata, kita ada di situasi terjepit lagi," tukas Hideyoshi. Mitsuhide mengangguk.
"Sayangnya ini hanya masalah waktu, karena perang kali ini tidak terhindarkan," timpal Mitsuhide.
"Tenang saja. Karena kita akan mengambil umpan yang mereka pasang. Hideyoshi, kau akan bersamaku di barisan depan. Ieyasu dengan Mitsuhide, lalu Masamune, pastikan kewaspadaan Date-gun ada di tingkat tertinggi. Jangan lupa kirim perintah ke Aoba."
"Yare-yare. Pekerjaanku yang paling banyak, huh?"Timeskip
Pertemuan itu adalah tanda untuk dimulainya persiapan perang, yang lokasinya lebih menuju bagian selatan Jepang. Sekalipun Azuchi sudah cenderung di selatan, namun perjalanan kali ini masihlah harus menempuh jarak yang cukup jauh dengan jumlah pasukan yang besar. Masamune juga sudah meminta Tsunamoto dan Kojuro mengantarkan surat perintah, sekaligus membantu Shigezane yang ada di Ōshū untuk menangani Klan Mogami.
Banyak pertemuan dengan Oda-gun juga telah dilalui. Walhasil suka atau tidak suka, kini Date-gun perlu menahan diri dari posisi biasanya yang selalu ada di barisan terdepan. Masamune sempat mengerutkan dahi, sehingga Nobunaga perlu menjelaskan sumber strateginya saat itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah respon spontan Akari ketika Shojumaru menggodanya.
Berterima kasihlah pada ucapan Nobunaga soal bahu kanan Akari di hadapan Shojumaru saat itu, serta respon gadis berambut hitam tersebut saat Shojumaru mengajaknya pergi dari kastil. Walhasil saat ini, di bawah langit berwarna oranye yang bercampur merah, Date-gun baru saja selesai mendirikan perkemahan. Namun tidak ada seorangpun yang mengendurkan kewaspadaannya.
Di kejauhan Akari bisa melihat bendera hijau dan hitam berpadu, dan lebih jauh lagi ada dua bendera yang warnanya hampir sama namun berbeda lambang. Setelah perjalanan panjang menuju Chigusa, setidaknya informasi dari Shojumaru ada benarnya.
Di bagian depan, terlihat beberapa orang berpakaian hitam yang pasang badan untuk seseorang berjubah keemasan. Lalu di tempat yang lebih jauh, pasukan berzirah keemasan juga tampak menunggu seperti apa yang sedang dilakukan Date-gun saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)
FanfictionAkari Bala Sasakibe, seorang blasteran Jepang-Turki yang kini memegang kebangsaan Turki itu adalah pensiunan dokter tentara dari Baret Marun. Dirinya terpaksa pensiun dini karena dinyatakan tidak mungkin bertugas lagi setelah markasnya di perbatasan...