1: Kegilaan di Honno-Ji

52 7 0
                                    

21 Juni, 1582, Honno-Ji, Kyoto

Udara malam di musim panas yang seharusnya hangat tapi menyegarkan kini harus tercemar dengan asap yang membumbung tinggi dan pekat. Dari bagian dasar asap, lautan api yang membara tampak sedang melahap sebuah kompleks kuil yang bangunannya didominasi oleh kayu, membuat api semakin cepat menyebar.

Dari bangunan utama di lantai dua, Akari yang jatuh tertelungkup berusaha untuk bangun ketika hidungnya menangkap aroma asap. Manik biru tuanya seketika itu juga membelalak saat menyadari posisinya saat ini. Berada di lantai dua dari teras sebuah kuil yang dilalap api, insting siaga Akari yang sudah cukup lama tertidur kembali terbangun.

Gadis berambut hitam sepunggung itu beringsut menuju bagian sudut teras, dan mendapati sesuatu yang sangat mengejutkan. Tidak ada lampu jalan sama sekali, dan suasana di sini sangatlah asing untuknya. Bahkan kawasan perbatasan Turki-Suriah tidaklah seperti ini. Ketika Akari berbalik, manik biru tuanya disapa oleh sesuatu yang tidak biasa dan sangat membahayakan.

Seorang pria berambut hitam, yang sedang mengenakan baju zirah hitam beraksen merah, putih dan emas, tampak tertidur pulas sambil bersandar ke salah satu tiang kayu. Sementara itu tidak jauh dari sana, cukup agar sebuah siluet terbentuk, berdiri seseorang yang mengenakan jubah dan membawa sebuah tongkat besar di tangannya.

"Hoi, bangunlah! Ada pembunuh disana!"

Akari menyerukan kalimatnya itu seraya menghambur ke arah pria berambut hitam tersebut, menerobos api yang membara. Dengan sekuat tenaga Akari menampar pipi pria itu lalu menarik tangan kanannya yang besar dan berurat. Berbekal dengan pengalamannya yang sering ikut dalam misi penyelamatan, Akari melangkahkan kakinya pada tempat yang dinilainya aman dari resiko terbakar atau roboh.

Sementara itu selama tangannya masih ditarik oleh Akari, dan ketika kedua pipinya masih terasa panas, pria berziarah hitam itu tidak bisa banyak bicara karena Akari terus membimbingnya menghindari api dan reruntuhan hingga keduanya berhasil sampai ke tanah lapang, sedikit lebih aman dari lalapan api, meskipun masih tidak aman dari terpaan asap yang membumbung tinggi.

"Siapa kau sebenarnya? Datang seperti hantu dan tiba-tiba menyelamatkanku. Kau sungguh aneh," tutur pria berambut hitam itu.
"Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya bertindak atas insting militerku," balas Akari. Pria yang juga bermanik cokelat cenderung oranye itu mengerutkan dahinya.
"Insting militer, huh? Kau adalah perempuan pertama yang menarik perhatianku setelah sekian lama."
"Nobunaga-sama, daijobu desu ka?"

Seruan dari banyak orang dan suara derap kaki dari banyak orang terdengar dengan jelas menghampiri Akari. Otaknya masih mencerna sahutan bersuara tenor yang tadi didengarnya, sementara iris biru tuanya menangkap sosok pria berambut kelabu yang disisir dengan rapi.

Baru setelah beberapa saat pria berambut kelabu itu sampai, kedua mata Akari langsung membulat saat menyadari kesalahan besar apa yang baru saja dilakukannya. Sementara pria yang juga beriris ungu itu juga kini sedang bertanya-tanya sambil memastikan keadaan dari pria berambut hitam. Lelaki berzirah hitam itu mencubit pelan dagu Akari dan mengarahkan wajah gadis bermanik biru tua itu dengan iris oranye kecokelatannya yang mengintimidasi.

"Hoi onna, beritahu namamu," ujar pria berzirah hitam. Akari berusaha menengadahkan kepalanya tapi tidak bisa.
"Akari. Sekarang katakan namamu," balas Akari dengan nada datar. Pria berambut hitam itu terlihat sedikit terkejut.
"Kau sungguh menyelamatkanku tanpa tahu siapa aku?"
"Ya. Karena kalian terlalu asing untukku."
"Heh, baiklah. Owari no Daimyo, pria yang berambisi untuk menyatukan Negeri Matahari Terbit, Nobunaga Oda."

Sepersekian detik dari ucapan Nobunaga tadi, Akari dengan tegas menepis tangan Nobunaga dan mundur beberapa langkah. Wajah gadis berambut sepunggung itu langsung kaku dan kosong. Pria berambut kelabu yang datang menghampiri mereka tadi sempat sedikit terkejut, tapi pada akhirnya ikut memperkenalkan diri tanpa diminta.

Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang