17 (End): Penerimaan yang Semanis Zunda

16 2 0
                                    

Sebenarnya Akari sama sekali tidak memasang ekspektasi apapun terhadap Aoba, atau mungkin dirinya yang dulu akan lebih mengenal tempat ini sebagai Sendai, kota kelahirannya. Namun begitu dirinya berjalan beriringan dengan Tsunamoto, yang ternyata masuk ke jajaran lima orang paling populer di Aoba, Akari harus pandai-pandai cari celah untuk kabur demi perhatian Tsunamoto tetap terjaga pada tugasnya saat ini.

Seperti saat ini. Setelah keduanya berkunjung ke sebuah toko kue untuk minum teh dan camilan, Tsunamoto langsung dikerubuti oleh para gadis muda yang berkerumun di depannya. Padahal hari sudah gelap, dan mereka berdua berencana untuk kembali ke kastil karena ada pesta penyambutan untuk gadis berambut hitam itu. Akari menepuk dahi, mundur beberapa langkah sebelum akhirnya berjalan melalui jalan lain untuk menuju kastil.

Sesekali juga Akari menoleh ke belakang, dan entah pada tolehan yang keberapa, barulah iris biru tuanya menemukan Tsunamoto yang berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan kanannya.

"Hime-sama! Mohon tunggu sebentar!"

Tsunamoto berseru dengan begitu kencang sambil terus berlari. Akari menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, kemudian terkekeh pelan. Pria bertubuh kelewat jangkung itu akhirnya berhasil menyamai langkah Akari, membuat keduanya berjalan berdekatan menuju kastil.

Sepanjang perjalanan, Tsunamoto diam terkuku. Padahal Akari tahu jika pria di sampingnya ini adalah sosok yang tidak bisa diam. Namun Akari berpikir jika situasi yang baru dialami keduanya adalah penyebab Tsunamoto seperti ini, bahkan hingga keduanya sampai di depan gerbang dan disambut oleh Sagara serta Tadaoki.

"Sudah kuduga jika kau akan terlambat pulang, Tsunamoto-kun," tutur Tadaoki.
"Berurusan dengan gerombolan lagi?" tanya Sagara. Tsunamoto terkekeh kaku.
"Begitulah. Tapi ayo, persiapannya pasti sudah hampir selesai."

Dengan polosnya Tsunamoto berujar seperti itu dengan mudahnya. Namun berkat ucapannya, Tadaoki dan Sagara mengangguk pelan dan mengajak Akari dan Tsunamoto masuk ke kastil. Lalu benar saja, hanya dalam waktu beberapa jam saja, halaman Aoba-Jo sudah diselimuti oleh suasana pesta berskala besar.

Sudah banyak lentera tambahan yang menyala. Selain itu, ada beberapa meja tatami ukuran besar yang tersebar di seluruh penjuru halaman kastil. Para pelayan berseliweran membawa berbagai barang, makanan dan minuman. Ada beberapa tentara juga yang ikut membantu mengatur peletakan barang.

Lalu di salah satu sisi halaman, iris biru tua Akari akhirnya saling bertukar pandangan dengan sepasang manik biru langit Masamune. Dengan sebuah senyuman yang merekah dan tangan kanan yang melambai-lambai, Akari berlari kecil menghampiri Masamune. Di sisi lain Masamune malah memeluk Akari, membuat gadis berambut hitam itu terperanjat dan mengomel kecil karenanya.

"Kuharap Tsunamoto tidak menyusahkanmu, Akari," kata Masamune. Akari terkekeh kaku.
"Entahlah. Tapi aku memakluminya," balas Akari. Gadis berambut hitam itu bisa melihat jika Masamune secara otomatis mendelik ke arah Tsunamoto.
"Baiklah, ayo. Pesta sebentar lagi dimulai. Jika kau tidak kuat alkohol, jangan jauh-jauh dariku, ya?"

Masamune merangkul bahu Akari dan menuntunnya ke meja tatami yang paling depan. Di sana Kojuro baru menuangkan teh hijau ke sebuah gelas. Di meja itu juga ada berbagai manisan dan camilan asin. Setelah selesai menata meja dan menghadap Masamune, Kojuro tersenyum dan sedikit menunduk, sebuah sapaan yang cukup khas darinya.

Masamune menarik tangan Akari dan mendudukkannya di samping kanannya, sehingga keduanya duduk bersebelahan di depan meja tatami yang posisinya sedikit menjorok ke depan. Kojuro kembali datang dengan satu gelas tambahan teh hijau, teko tanah liat dan beberapa camilan tambahan. Sebuah senyuman langsung merekah di wajah Masamune dan Kojuro ketika melihat Akari kegirangan.

Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang