Perlu Akari akui jika tur dadakannya kemarin memang melelahkan. Bahkan dirinya bisa langsung tidur tanpa ganti baju. Tapi kemarin tetaplah kemarin, karena saat ini gadis berambut hitam tersebut tengah berada di antara Masamune, Ieyasu, Hideyoshi, serta beberapa pasukan untuk menginterogasi Yoshitoshi yang kedapatan mengontak klan Uesugi.
Sebenarnya gadis berambut hitam itu ingin sedikit bermalas-malasan malam ini. Tetapi misi tetaplah misi, terutama setelah siang tadi Nobunaga mengetes kemampuan bermain pedang yang dimilikinya, dan itu belum termasuk ajang pamer kemampuan berkudanya. Walhasil kini Akari diberikan kuda sendiri, beserta sepasang katana, wakizashi, dan dipinjami salah satu pistol milik Nobunaga. Mungkin sebentar lagi Nobunaga atau siapapun itu di Oda-gun akan mengajaknya ke pandai besi untuk membuat baju zirahnya sendiri.
Akari, yang sudah berada di atas seekor kuda hitam polos, menghela napas panjang. Manik biru tuanya menatap ke bawah untuk sesaat, dan pikirannya memikirkan tampilannya saat ini yang sangat mirip dengan samurai pada umumnya. Hakama yang dikenakannya berwarna abu-abu, sementara kimononya berwarna biru muda. Tetapi yang paling penting, baik hakama atau kimononya ini adalah milik seseorang di Date-gun bernama Tadaoki. Sepatu kombatnya juga kembali dia kenakan, berhubung gadis berambut hitam itu cukup sulit untuk berpisah dengan boots kombat hitam miliknya.
"Akari, apa tidak masalah kau berkuda sendirian?" tanya Hideyoshi. Akari mengangguk.
"Tidak masalah. Aku memang sudah sering berkuda sebelumnya," balas Akari.
"Ho, kalau begitu bagaimana kalau kita balapan, Akari? kemampuan berkudaku bisa dibilang di atas mereka."Akari nyaris tersedak air liurnya sendiri. Ketika gadis bermanik biru tua itu menatap tajam Masamune, pria berambut cokelat itu hanya tersenyum. Masamune dengan entengnya mengatakan pada Hideyoshi jika dirinya dan beberapa orang kepercayaannya akan mengambil titik terdepan dari formasi. Teriakan Hideyoshi tertahan karena Masamune sudah terlanjur melaju bersama dengan sekelompok kecil dari Date-gun.
"Konore... Ieyasu, Akari. Ayo kita susul dia!"
Timeskip
Jika dipikir-pikir, saat ini mungkin jumlah orang yang akan membuat Hideyoshi sakit kepala resmi bertambah. Karena ketika Akari mengejar Masamune bersama Hideyoshi dan Ieyasu, gadis yang kini menguncir kuda rambut panjangnya itu melaju dengan sangat cepat hingga menyamai kecepatan Masamune.
Berterima kasihlah pada cuaca cerah dan angin musim panas yang menyejukkan. Sehingga ketika langit senja yang bermandikan semburat oranye telah berganti, Akari dan Masamune nyaris sampai di saat yang sama di depan gerbang dari sebuah kastil, yang merupakan tempat tinggal Yoshitoshi.
Akari dan ketiga Panglima itu, yang jika dipikir-pikir adalah sesama tokoh pemersatu, masuk dengan penuh keyakinan. Sementara segelintir kecil pasukan yang mereka bawa menyebar setelah ketiganya memberikan sinyal tangan. Ketika mereka berempat sudah sampai di ruangan Yoshitoshi dengan arahan bawahannya, Hideyoshi tanpa ragu melemparkan menunjukkan sebuah surat dari balik kimono hijaunya.
"Katakan dengan jujur dan cepat. Jika surat ini bohong maka kami dengan senang hati akan kembali dengan damai," tutur Hideyoshi.
"Kalian tahu? Aku sempat mendengar rumor kalau dia menaikkan pajak hingga membuat masyarakat menjadi sangat miskin," timpal Ieyasu. Tapi Yoshitoshi tetap bungkam.
"Ya ampun lama sekali. Bagaimana kalau kita langsung membawa kepalanya saja? Akari, kau bawa karung atau ember, kan?"Akari mendelik saat mendengar ucapan bernada santai dari Masamune. Tetapi sebagai seseorang yang paham dengan interogasi, Akari tidak bisa menahan senyumannya untuk Masamune. Karena sejauh yang manik biru tuanya tangkap, Yoshitoshi kini memiliki keyakinan tanpa batas yang bercampur dengan loyalitas yang tidak bisa Akari pahami dengan mudah. Tapi sebesar apapun loyalitas seseorang, setidaknya nyawa adalah pilihan utama ketika situasi mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikemen Sengoku: Dokuganryū no Tsubasa (Completed)
FanfictionAkari Bala Sasakibe, seorang blasteran Jepang-Turki yang kini memegang kebangsaan Turki itu adalah pensiunan dokter tentara dari Baret Marun. Dirinya terpaksa pensiun dini karena dinyatakan tidak mungkin bertugas lagi setelah markasnya di perbatasan...