Setelah dari cafe, Zora langsung pulang ke rumah mamahnya. Kenapa dia tidak pulang ke apartemen atau mansion utama? Karena jika ia pulang ke apartemen maka Atha dan yang lain akan mengetahuinya apalagi ada orang suruhan Atha untuk memata matainya.Zora tidak tau sisi lain dari Atha. Ia taunya hanyalah Atha yang seperti anak 5 tahun. Atha memang sengaja menyembunyikan sisi seramnya dari Zora karna ia tidak ingin Zora takut padanya bahkan meninggalkannya.
Oh yah kenapa Zora tidak pulang ke mansion utama? Ia malas bertemu dengan orang yang ia sebut papah. Ia masih ingat pukulan dan tamparan yang ia dapat hanya karna membentak Dion.
Zora membaringkan tubuhnya di tempat tidur lalu pergi menjelajahi mimpinya.
•••
Hari ini libur dikarenakan para guru sedang mengadakan rapat. Evan dan Evin kini sedang bermain bola di lapangan basket rumah mereka.
Evin melemparkan bola ke ring dan hap, bola masuk dan menambah poin Evin. Evan berdecak sebal ia ketinggalan 4 poin dari saudaranya itu. Evin yang menyadari kekesalan Evan berjalan menuju ke arah saudaranya itu lalu mengusap kepala Evan dengan agak kasar.
"Lo kalah lagi" ucap Evin dengan senyum
"Cih, lain kali gak bakalan terjadi lagi" balas Evan pergi meninggalkan Evin yang sedang terkekeh.
"KERUMAH ATHA!!" teriak Evin saat Evan agak jauh darinya.
"Yaudh gantian sana" ucap Evan tapi masih bisa di dengar oleh Evin.
•••
Dio dan Digo sahabat serta emm sepupu. Banyak yang mengira mereka kembar padahal kembar nama saja. Dio sedang duduk meminum coffe di salah satu cafe. Di depannya ada Digo yang sedang bercengkrama dengan seorang gadis. Sesekali Dio menghela nafas pelan.
Gadis itu adalah Emma, pacar ke 5 Digo. Jelek jelek gitu Digo laku loh, gak kayak kalian:v.
"Author bangsat gue gak jelek yah"
"Yayaya iyain aja"Back topik.
Dio mendapatkan notifikasi dari Evin yang menyuruhnya ke rumah Athalla. Ia menyodorkan handphonenya pada Digo dan di balas anggukan oleh Digo. Dio bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan digo. Digo ikut berdiri tapi sebelum itu,
"Sayang aku pergi dulu yah," ucapnya pada Emma
"Kamu mau kemana by" tanya Emma dengan nada manjah (huek)…
"Ada urusan, nanti kita ketemu lagi yah dah" ucapnya lalu langsung pergi meninggalkan Emma yang mukanya sudah masam.
Dio dan Digo melajukan motornya meninggalkan cafe itu. Di pertengahan jalan, mereka di berhentikan oleh sekelompok orang berpakaian hitam. Dio yang mengetahui orang itu mendatarkan raut wajahnya.
Mereka berdua mengstandar motornya dan turun menghadap sang ilahi, eh kagaaa aku bohong.
Mereka berjalan arah pada sekumpulan monyet. Eh kaga, bentar we lupa alurnya kita end aja yak.
.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Ikut kami tuan muda" ucap salah satu orang berpakaian hitam itu"Kalau gue gak mau?" Ucap Dio menaikkan salah satu alisnya. Tangannya di selangkan di dada.
Digo menggeplak kepala Dio karna kesal melihat tingkah sepupunya itu.
"Sok cool Lo bangsat" ucap Digo membuat Dio mendengus. Sepupunya ini ternyata menjengkelkan.
"Kami akan membawa kalian dengan cara kasar" ucap orang itu
"Main halus aja om" ucap Digo. Dio yang mendengar ucapan Digo yang err kok ambigu yah seketika menepuk dahinya pelan.
"Ayo ikut kami tuan muda"
"Dio doang nih yang diajak? Wah gak asik lo pada" Digo mengerucutkan bibirnya seolah ia sedang kesal.
"Lo bisa diam gak go" ucap Dio kesal.
Bugh....
Dio meninju rahang orang berpakaian hitam yang tadi berbicara pada mereka. Digo melongo melihat Dio yang menyerang secara tiba-tiba. Ia lantas bertepuk tangan. Namun itu terhenti ketika 4 orang di belakang orang tadi maju hendak menyerang mereka.
Digo yang tadi menampilkan raut polos kini berganti menampilkan raut datar.
Bagh...
Bughh
Bughh
Krekk...
Dio mematahkan salah satu tangan orang berpakaian hitam itu.
Bughh...
Tuk...
Bugh...
Setelah berhasil melumpuhkan orang berpakaian hitam itu, mereka berjalan menuju motornya lalu pergi meninggalkan tempat itu. Seseorang di dalam mobil tak jauh dari tempat perkelahian mengepalkan tangannya.
"Gagal lagi" ucapnya lalu meninggalkan tempat itu
•••
Jam menunjukkan pukul 09.00 namun tak ada tanda tanda Zora akan bangun. Ia masih menjelajahi mimpinya ketika
Kring.... Kring... Kringggg.....
Alarm dakjal itu berbunyi membuat Zora membuka matanya malas. Ia memandang ke arah jam itu, pukul 09.01 . Ia mengumpulkan nyawanya lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk mandi.
Setelah mandi Zora memutuskan untuk keluar mencari makan, saat melewati ruang tamu, ia melihat seorang wanita sedang duduk di ruang tv. Ia mengenali siapa wanita itu. Zora berjalan lalu duduk di samping wanita itu.
Marisa tersenyum melihat zora. Ia spontan memeluk tubuh mungil Zora, ia merindukan Zora. Ia sudah menganggap Zora sebagai adiknya apalagi mama Zora dulu menganggapnya anak dan ia sering bermain bersama Zora.
Zora dan Marisa berbeda umur dimana umur Marisa lebih tua 5 tahun dari Zora."Kakak kangen kamu Ra" ucap Risa
"Sama aku juga" ucap Zora membalas pelukan Risa.
Marisa melepas pelukannya dan menatap wajah Zora. Ia seketika teringat sesuatu lalu mengambil tasnya dan mengeluarkan sebuah kertas yang berisi nomor telfon. Tapi ini bukan nomor telfon dari Indonesia. Marisa memberikan nomor telfon itu pada Zora lalu tersenyum. Zora menerima itu dengan perasaan bingung.
•••
"Maaf tuan muda kami tidak dapat melacak nona zora. Karna saat kami mencoba melacak, ada virus yang membuat alat kami meledak" ucap orang di balik telfon
"Saya tidak mau tau, kalian harus mendapatkan dimana lokasi Zora " tegas Atha lalu mematikan telfonnya.
Anda telah sampai di akhir chapter
Geser ke bawah untuk melanjutkan bacaan ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY BOY || Athalla
Novela Juvenilsiapa sih yang gak kenal baby boynya sma lima sila, cowo tampan dengan wajah baby facenya membuat orang orang ingin menggigitnya. eits bukan cuma itu dia kesekolah bawa boneka loh, boneka? iya boneka kelinci pink kesayangannya yang membuat kesan imu...