Maaf kalo update nya lama karena aku malas dan itupun karena kalian juga. Menurut kalian, cerita ini aneh gak sih? Terlalu kaku mungkin?
Aku sedang berada di kantin bersama Evodia. Kami memakan bakso, bukan, lebih tepatnya Evodia saja yang makan karena disini ramai lelaki jadi tidak memungkinkan untuk ku ikut makan.
"Boleh gabung?" tanya kak Zergio, yang tiba-tiba datang menghampiri kami.
"Boleh boleh, duduk aja kak." Ku lirik Evodia yang menjawab dengan antusias bahkan masih dengan melahap makanannya.
"Iya, terima kasih." Kak Zergio duduk dan mulai memakan makanannya.
Aku hanya melihat mereka makan dalam diam, sesekali mataku meliar karena bosan.
"Kamu gak makan?"
"Ha? Aku?" tanyaku menunjuk diriku sendiri dan dibalas anggukan oleh kak Zergio. "Oh, aku gak makan kak, masih kenyang soalnya."
"Ouh. Btw, Rumahmu mana?"
"Ada tapi gak ku bawa hahahaha," candaku garing, untuk menghindari pertanyaan itu.
"Bercandanya kurang tepat, aku serius loh," kesal kak Zergio.
"Yang pasti rumahnya di bumi, itupun bukan aku yang bangun jadi bukan rumahku."
"Eh ngomong-ngomong soal rumah, kemarin aku ke rumahmu, Ai," kata Evodia yang membuatku syok.
"Oh terus?" tanyaku penasaran, sedikit tertarik dengan topik ini.
"Umi bilang kalo kamu udah gak tinggal di rumah itu. Emang bener ya?"
Diam, hanya itu yang bisa ku lakukan. Bingung untuk berbohong atau jujur saja.
"HUMAIRA CANDIA!" Sejenak ku lirik Evodia yang meneriaki namaku.
Sekejap ku lihat sekitar, wajah kak Zergio pun ikut seperti penasaran. "Iya aku pindah."
"Pindah ke mana kamu ra? Bukannya selama ini keluarga kamu baik-baik aja ya?" timpal kak Zergio.
"Iya sih kak, tapi ada sesuatu yang buat aku mutusin pindah," kataku lembut, berharap tidak memperpanjang pembahasan ini.
"Lah emang pindahnya kemana?" tanya Evodia masih saja penasaran.
Ku embuskan nafas sebelum memilih jujur. "Apartemen!"
"Wah, nanti pulangnya bareng ya? Aku mau lihat apart kamu," kata Evodia antusias.
Ku iyakan bukan masalah besar kan? Lagipula nanti sepertinya Gardanta juga tidak dirumah. Tapikan itu apart Gardanta, perlukah izin terlebih dahulu?
"Kayaknya gak bisa deh, Vo!"
Evodia masih terus merengek dan memaksaku, "Kenapa? Ayolah? Aku pengen lihat aja, sebentar gapapa deh."
"Bukan gitu, tapi...."
"Tapi apa? Udah ya pokoknya nanti pulang bareng, titik gak pake koma!" Putusnya sepihak, membuatku mengangguk pasrah.
"Kakak mau ikut gak?" Tanya Evodia bertanya pada kak Zergio.
"Enggak bisa, soalnya nanti ada acara," balas kak Zergio disertai senyuman.
Singkat cerita, kini aku dan Evodia sudah berada di Apartemen Gardanta.
"Bagus juga tempatnya," heboh Evodia.
"Iya."
"Kamu tinggal sama siapa? Boleh dong kalo aku tinggal sama kamu? Hahaha."
Aku diam, terlalu malas dan bingung menanggapi ucapan itu.
Ku buka pintu, dan ku persilahkan Evodia masuk. "Duduk dulu gih, aku buatin minum dulu,"
"Iya makasih."
Kita bercanda gurau, sesekali tertawa bersama. Bercerita tentang ini itu.
"Di–dia siapa?" Raut wajah Evodia seperti terkejut, jarinya menunjuk belakangku.
Ku tolehkan wajahku kebelakang, raut wajahku pun tak jauh dari Evodia, syok. Di sana Gardanta berdiri, sepertinya dia selesai bangun tidur.
"Sans aja komuk¹nya, gue bukan setan." Gardanta berjalan santai ke arah dapur.
"Hah?"
"Ini gimana maksudnya?" Pertanyaan Evodia membuatku seketika panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzawjat Tasheur Waka'anaha Eabda (END)
Hayran Kurgu"Kami ingin kalian menikah." "Humaira setuju saja jika kalian telah memberi restu." "Apa? gue gak mau nikah sama cewek tua kayak dia, wajahnya aja ditutupin tuh, pasti buat nyembunyiin wajah jeleknya yang berkeriput. Lagian gue juga udah punya pacar...