Angin Yang Meliar

261 35 2
                                    

Orang-orang rumah ngeselin apalagi Papa ,heheu :(((


Entah bagaimana Bima bisa terbangun dalam keadaan badan remuk. Satu hal yang bisa dia lihat ketika pertama kali membuka mata adalah cat berwarna gading , khas dengan aroma lavender yang menampar dinding hidung dan suara dari kipas yang persis suara zombie. Saat Bima pikir dia akan terbangun di dalam tempat asing yang mengerikan, atau tempat yang dihiasi keindahan setiap sudutnya, dia justru bangun di kamar yang amat dia kenali bahkan setiap jengkal retakan  rambut temboknya.

Cowok itu merenggangkan badan. Tubuhnya terasa baeu saja terbelah menjadi dua tapi disatu waktu dia merasa sangat damai dan tenang. Berbeda dari hari-hari sebelumnya dimana Bima merasa lehernya terbakar start pagi sampai ke pagi lagi.

Bima berangsur-angsur duduk, melirik pada selimut garis garis yang menutupi seluruh tubuhnya, melihat apakah dibalik sana perutnya menerima luka bekas jahitan akibat tikaman luar biasa Naka? atau lebih jelasnya saat ini Bima dibuat bingung dengan dimana dia berada, realitas atau mimpi? yang jelas Bima yakin saat ini dia masih hidup karena ya sekarang cowok itu bisa merasakan deru napasnya yang bersahutan dengan suara kipas angin.

Ah, ngomong ngomong Naka , dia bakalan meminta klarifikasi kenapa Naka menusuknya tanpa alasan, atau minimal mendaratkan bogem mentah pada cowok itu sebelum mereka bicara panjang lebar. Bima yakin itu adalah Naka , setelah berhari-hari sebelumnya Naka menatap Bima dengan pandangan jijik dan lebih sering menghindari berbagai kontak dengan Bima.

Owh ya Bima tidak akan memaklumi Naka kali ini. Cowok itu segera bangkit dari kasur setelah memastikan dirinya baik-baik saja. Dia sedikit meringis kala tulangnya seperti bergeser dan pembuluh darahnya seperti akan meledak. Bima membuka pintu, aroma ayam goreng bumbu ketumbar langsung menyambut indera penciumannya menggantikan aroma stella lavender. Dengan langkah terseok Bima berjalan menuju dapur, disana ada Ettan, Arsa dan Mas Naka yang saling bahu-membahu.

Tumben sekali Arsa mau bangun pagi-pagi dan membiarkan dirinya bercumbu dengan pekatnya aroma ketumbar dan bahan-bahan lainnya. Sementara Naka sibuk mendorong paha ayam ke dalam wajan, Ettan dibuat repot dengan cucian piring menumpuk di wastafel dan di meja makan ada Arsa yang memotong bumbu seperti tomat dan bawang-bawangan. Semuanya nampak sibuk sampai tidak menyadari kehadiran Bima di tengah tengah mereka.

"Selamat pagi semua!" Bima menyapa ceria, dia memilih untuk mengesampingkan egonya soal Naka, toh sekarang keadaan Bima sudah lebih baik sejak dia mencium aroma sedap dari dapur.

Tetapi, dari ketiganya tidak ada yang menyahut, "Heh, kalian nggak jawab gue? Prince baru bangun bobo nih!" Bima bersorak lagi, meski dia tidak yakin apakah sebelum ini dia tertidur atau tidak.

"Arsa! Ettan! Mas Naka! Heloooooooooooo"

Bima kembali bersuara, kali ini menaikkan beberapa oktaf nadanya. Mungkin karena kebisingan dapur membuat ketiganya tuli. Tapi, tetap saja semuanya sibuk dengan urusan masing masing. Jengah akhirnya Bima memutuskan menuju ke arah kulkas, kerontang dalam tenggorokannya mesti dibilas air.

"Gue kangen Bang Bima." Arsa berujar lirih, dia meletakkan pisaunya dengan wajah lesu.

"Heh bebegug gue ada disini masih lo kangenin juga!" Bima yang mulanya hendak meneguk airnya itu beralih untuk memutar pandangannya sampai ini dia menatap Arsa dengan lekat dan kekehan di bibir. Tapi, ada yang aneh, rasanya Arsa sedang menatapnya balik tapi dalam satu waktu Bima merasa tatapan itu bukan ditujukan ingin dirinya melainkan pada udara kosong.

Young And Free (NCT DREAM 00 LINE) Revisi Ver Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang