Pilu Membiru : Naka Side Stories

370 39 6
                                    

Disclaimer ; Bab panjang (2k+ word, sediakan kopi atau dicicil aja bacanya)

New character unlocked

Entah sudah kali ke berapa Naka kembali menemukan dirinya menyatu sebagai bagian dari rak rak tinggi yang menyesaki ruangan sempit itu. Menemukan dirinya termanggu di gang sempit penuh pengetahuan tersebut.

Toko buku.

Naka sudah mampir banyak kali kesini. Hanya untuk memastikan apakah dia mungkin juga sama seperti dirinya? Menunggu sambil membaca satu judul buku yang sama hingga keduanya bisa menebak huruf apa yang selanjutnya akan dituturkan oleh penulis.

Naka mengusap matanya yang mulai terasa berat, tapi kendati begitu dia masih belum kapok untuk meniti setiap paragraf yang ada dalam buku di pangkuannya.

Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu

Naka hampir benar benar jatuh tertidur kalau saja suara milik Kunto Aji itu tidak mengisi udara diatas kepalanya. Entah itu kebetulan atau si pemutar lagu memang sengaja menyindir Naka lewat bait berisi kata kata menyedihkan. Yang Naka tahu adalah pikirannya yang mendadak kopong ketika ia teringat mungkin sosok dia akan begitu menyukai lagu milik Kunto Aji, Nadin Amizah dan lain lain. Mengingat dia menyukai senja dan suasana depresif. Kemudian saat ingatan tentang wajahnya yang sama sekali tidak pernah kabur di dalam otak Naka, Laki-laki itu mendadak tercekat seperti ada yang menahan dirinya untuk bernafas sehingga pada akhirnya Naka menjatuhkan kepalanya ke meja kecil yang menahan tangannya sejak tadi dan mulai mengatur ritme nafasnya yang berantakan.

Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu

Tak ada yang seindah matamu
Hanya rembulan
Tak ada yang selembut sikapmu
Hanya lautan

Dia suka buku. Dia suka aroma yang menguar dari kertas yang warnanya mulai berubah kekuningan karena waktu. Dia juga suka suara yang dihasilkan antara gesekan telapak tangan dan lembar lembar buku. Dia seperti seekor kupu kupu yang tidak bisa melihat berapa indah dirinya, mungkin karena dia lahir berbeda sehingga dia pikir dirinya bukan bagian dari semesta seperti Naka. Dia juga suka jalanan, kopi, musik, dan buku tentu saja. Dia adalah sosok yang dahulu sekali pernah membuat Naka bicara lebih banyak bahkan berani membuat janji. Tapi, bukannya menunggu janji itu ditepati dia justru memilih hirap. Mengembara ke jalan yang lebih curam dan penuh kegelapan. Naka ingin bicara padanya. Ingin mengatakan bahwa janji mereka bukan cuma janji sebatas dua anak kecil. Naka menyukai dia lebih dari apapun yang ada didunia ini. Mungkin sebesar matahari, seluas langit dan sedalam samudera Hindia. Bodoh? Bucin? Naka memang seperti ini, dia bukannya spesies tidak laku bukan juga jones yang harus ngemis sana sini untuk cinta. Sebaliknya, Naka masih menunggu waktu dimana dia terbangun dari tidur yang panjang dan kembali meminta Naka untuk mendorong kursi rodanya mengelilingi taman. Naka menyukai dia. Naka tidak punya waktu untuk mengatakan bahwa Naka menyukai dia. Naka sangat suka dia.

Dia. Mungkin selamanya hanya menjadi harapan semata. Benar katanya kalau jatuh cinta itu buang buang waktu dan melelahkan. Terlebih mencintai dia yang kini sudah ada dalam pelukan Ardi.

Naka mual. Benar benar mual sampai dia rasa dia tidak bisa berdiri diatas kedua kakinya, peluh membanjiri wajah laki-laki itu, napasnya masih memburu kendati tidak separah sebelumya.

Naka meremas perutnya yang seperti diobrak-abrik oleh sebuah tangan tak kasat mata. Mungkin traumanya kembali menderanya.

"Permisi?"

Young And Free (NCT DREAM 00 LINE) Revisi Ver Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang