Hari ini panas banget. Sudah menjadi kebiasaan sebenernya, walaupun sekarang sudah memulai memasuki penghujung tahun, kayaknya Jakarta menolak eksistensi hujan. Karena jangankan hujan mendung aja nggak ada sama sekali keliatan berarak. Namun, kendati aspal terpanggang sempurna. Keramaian masih ada disana.Seolah Jakarta dan keramaian khas metropolitan memang ditakdirkan untuk selalu beriringan. Lalu lalang penduduk, klakson dan aroma mesin yang menguar seperti memberikan sapaan selamat datang dengan bahasa yang tidak bisa Arsa terjemahkan.
Seperti halnya Jakarta yang lekat dengan keramaian dan lalu lalang, dan baju jalan yang dipenuhi jajaran warung kaki lima daripada pejalan kaki, Arsa teringat bagaimana dia dan Mama dulu sering datang ke kawasan ini sepulang sekolah. Untuk menikmati dua piring gule dan bertusuk-tusuk sate daging atau sekedar meminum es cekek seraya membicarakan keresahan Arsa selama di bangku SMP. Bagian yang paling Arsa rindukan bukanlah rasa gule ataupun es cekek murahan itu, karena Arsa yakin mereka akan tetap sama bagaimanapun waktu mencoba menggerusnya tapi Mama.
Mama berubah perlahan-lahan. Mungkin karena tuntutan. Atau boleh jadi sebenarnya Mama memang seperti itu, tidak berubah sama sekali justru Arsa lah yang berubah dari segi sudut pandang dan pemikiran. Dulu saat Mama sering mengajaknya kesini usia Arsa mungkin sekitar lima atau enam belas. Yang mana dia kenali sebagai sosok berpikiran sempit tapi semuanya terasa mudah, ringan, dan menyenangkan.
"Makin gede badan lo, makin besar pula tanggung jawab yang bakalan lo pegang kedepannya."
Kata Naka waktu itu.
Dan dengan bodohnya Arsa menjawab, "Gimana sama orang orang yang stunting? Kayak Ucok Baba sama Daus mini?"
Kemudian dialog absurd itu ditutup dengan Arsa yang di lempar keripik kaca oleh Naka.
Sejenak Arsa dibuat tersenyum akan momen itu, dia mendadak kangen Naka padahal seminggu lalu mereka baru aja trip ala ala mancing mania.
"Lo mau nambah nggak gulenya? Atau mau bungkus pesen aja nggak usah sungkan mumpung temen lo ini sekarang OKB." Ujar Arsa dengan senyum yang tersampaikan hingga kedua mata bulatnya dengan mulut terisi penuh.
Orang yang duduk dihadapannya itu hanya tersenyum getir, kenapa rasanya menyakitkan sekali mendengar temannya bicara dengan nada seperti itu, "Nggak deh, gue lagi diet. Kalau badan gue melar nggak jadi debut."
"Emang selain tampang lo punya apaan dah buat di pamerin?"
"Lo lupa yaa gue kan ketua padsu dulu."
Arsa tergelak bukan kepalang. Memang bukan langkah yang salah dia mengundang kembali Jiwa ke dalam hidupnya. Laki-laki keturunan Padang itu selalu punya kalimat yang tepat untuk mengembalikan tawa dibibir Arsa.
Arsa yang slengean dan Jiwa yang narsis memang perpaduan yang sangat cocok. Meski pada akhirnya meraka akan jadi pusat perhatian saking berisiknya duo itu.
"Dia mulai nggak mau makan lagi, Ji. Frekuensi pingsannya juga makin sering dan lama.Gue takut." Arsa menatap jalanan di belakang pundak Jiwa sarat nanar, "Selama ini gue terlalu mikirin ego sendiri."
Jiwa menelan daging gulenya dengan susah payah. Semenjak Arsa kembali memanggilnya, pemuda itu menyadari sesuatu bahwa ; dia kehilangan mulai kehilangan sesuatu yang selalu dia banggakan. Rupa. Arsa kehilangan itu. Pelan tapi pasti cowok itu membiarkan tubuhnya menyempit, wajahnya tirus, mata panda dan gurat gurat lelahnya ditumbuhi rambut tipis disekitar wajah. Arsa kelihatan lebih mirip ODGJ yang kabur dari perawatan RS ketimbang OKB. Arsa yang dulu necis dan narsis itu memudar.
"Jangan takut."
Jiwa tidak berani memperpanjang dialognya. Karena dalam keadaan seperti ini bukan kalimat panjang lebar yang Arsa butuhkan melainkan sebuah dukungan atau mungkin pelukan. Jiwa pernah ada di posisi Arsa, sama persis sampai pada akhirnya dia menyadari bahwasannya kehilangan tidak mulu harus dilewati dengan perayaan sedih besar-besaran. Tidak semua kehilangan mesti dihadapi dengan ratapan. Karena mau sesedih apapun dan sekuat apapun lo nangis apa yang udah hilang dalam artian mati nggak akan pernah hidup lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young And Free (NCT DREAM 00 LINE) Revisi Ver
De TodoWarning keselek!! Buat kamu, penikmat luka yang diam diam merasa lelah dan ingin rasanya berhenti. Sini dulu, mangkal sejenak mari kita saling bertukar cerita haru biru bersama kopi pait buatan Mas Naka, gorengan bakwan hasil eksperimen Ettan, hila...