Perayaan Tahun Baru : Ego

282 35 7
                                    

Malam itu seharusnya menjadi malam yang membahagiakan,kenapa? karena malam itu adalah malam pergantian tahun, sebagian orang datang ke alun alun kota stau stadion yang akan menyelenggarakan pesta kembang api tepat tengah malam, ritual wajib tahun baru pada umumnya ,mungkin ada juga yang tetap di dalam rumahnya menikmati waktu berharga bersama keluarga. Ya,mungkin mereka yang beruntung. Tak seperti orang orang yang sedang berjuang antara hidup dan mati di rumah sakit ,bagi mereka tidak ada tahun baru ,siapa peduli dengan pesta pora tahun baru jika nyawa sudah diujung tanduk? mereka yang sakit hanya ingin sembuh dan berkumpul bersama keluarga.

Kira-kira itu yang berenang di kepala Arsa saat ini.

Hari ini tepat 31 Desember. Menjelang pergantian tahun, seharusnya dia ikut merayakan dengan penuh gembira, bukannya menangis sedu sedan di pojok kamarnya yang dengan alunan musik metal yang terasa memekakkan. Ini adalah pergantian tahun terburuk dalam hidupnya,karena Mama benar-benar pergi.

Pergi dalam artian tidak akan pernah kembali lagi. Mama menyerah atas penyakitnya dan menutup usianya tepat saat dokter mengatakan bahwa cancer yang sudah sempat jinak kembali mengganas, dan menghancurkan sel-sel tubuh wanita itu. Memang, tidak ada yang pernah siap untuk menghadapi sebuah kehilangan, bahkan bagi Arsa yang sempat berpikir untuk menghapus Mama dari ingatannya. Sejak wanita itu menjadi sedikit terlalu memaksakan kehendaknya hingga membuat Arsa pergi dari rumah.

Meski akhirnya Arsa kembali. Hari ini adalah hari dimana penyesalan Arsa menjadi lebih besar daripada gunung, harusnya dia berada di sisi Mama bagaimanapun keadaannya saat itu. Arsa menolak untuk tinggal karena dia rasa Mama menjadi pemaksa yang mempersempit ruang geraknya,sekarang setelah wanita itu kembali ke pangkuan yang Kuasa, Arsa hanya bisa menangis sambil memeluk lututnya yang juga ikut bergetar. Bahkan,dalam pejam dan ditengah bising yang dihasilkan dari musik Arsa dapat mendengar jelas ejekan Mama beberapa hari lalu.

"Jomblo-jomblo gini aku bahagia tau ,Mah!"

"Yeu,bahagia dalam kesendirian konsepnya gitu? Kamu tuh cari pacar dong,Sa. Mama itu pengen tau rasanya punya anak cewek."

Kemudian bagaimana garis senyum itu terbentuk begitu indah meski Arsa juga melihat gurat gurat halus di sekitar matanya, semuanya terekam dengan jelas. Itu menjadi percakapan terakhir mereka sebelum akhirnya dokter mengatakan bahwa kondisi Mama semakin mengkhawatirkan dan satu satunya jalan yang bisa ditempuh hanya mengharapkan mukjizat dari Tuhan yang Maha Esa.

Mama nampak tidak terkejut ,dia seolah siap menghadapi moncong kematian yang berdiri di depan matanya ,tapi tidak dengan Arsa. Untuk kali pertama di hidupnya dia bersujud sangat lama,sampai keningnya terasa sakit. Di sepertiga malam itu Arsa berdoa agar Tuhan mengangkat penyakit di tubuh Mama dan memindahnya kepada Arsa , dan yah Tuhan menjawab doa itu dengan mengangkat penyakit serta nyawa Mama hari ini.

Tepat saat kembang api meledak menjelang ditengah malam,saling menyahut Arsa merasa jika pintu kamarnya terbuka perlahan. Cowok itu mendongak memperlihatkan tatapan sendunya pada Ettan yang mematung seraya mencengkram knop pintu,"Mas,makan dulu yuk. Lo belum makan apa-apa dari tadi pagi."

Arsa tidak menjawab.Dia membiarkan hening membungkus keduanya,"Gue udah pesenin makanan kesukaan lo tuh. Di bawah juga ada Mas Naka sama Jiwa ,kita makan bareng yuk."

Arsa tetap geming. Pandangannya kosong.Namun,kepalanya terasa penuh dan hatinya sakit.

"Kalian makan aja duluan. Gue belum laper." Arsa menjawab singkat kemudian balik menunduk,"Gue masih mau sama Mama disini."

Mendengar itu Ettan langsung merasa kalau dadanya kini terkena tikaman belati. Arsa yang katanya sangat membenci Ibunya ternyata tidak pernah ada , sebaliknya selama ini cowok itu cuma menyembunyikan rasa sayangnya dibalik kata benci. Memangnya ada ya anak yang membenci orangtuanya secara total?

Young And Free (NCT DREAM 00 LINE) Revisi Ver Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang