Katanya, sifat manusia itu relatif. Bisa berubah ubah sesuai dengan keadaan yang dia alami dan kontribusi dari tempat dimana dia singgah. Yang jelas, disetiap perubahan pasti ada alasannya. Hanya terkadang orang orang terdekat kita kurang peka dengan hal hal seperti itu. Karna sibuk dengan dunianya sendiri.
Tapi, Naka bukan orang apatis yang tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Bisa dibilang kalau Naka selalu memperhatikan keadaan dimana dia berada hingga ke detail detail paling kecil pun. Kalau boleh jujur, Naka mulai terusik dengan perubahan yang terjadi di kostan. Ini bukan Ettan, bukan juga Arsa, kedua orang itu kelihatan normal normal saja. Tapi, Bima, Naka mencium sesuatu yang aneh dalam perangainya.
Akhir akhir ini dia lebih banyak diam dan melamun. Dia juga sudah jarang bangun pagi pagi untuk bekerja dan cenderung pergi di malam hari. Oke, itu masih normal. Bisa saja tempat Bima bekerja mengganti shift Bima ke malam. Permasalahannya, setiap pulang cowok kelahiran tanah Sumatra itu selalu pulang dalam keadaan babak belur, seperti habis berkelahi.
"Kalian sadar nggak sih, kalo Bima jadi agak pendiam sekarang?"
Ettan dan Arsa yang duduk dibawah kursi melongok pada Naka yang memandang pintu yang masih tertutup, masih belum ada tanda tanda Bima akan pulang. Padahal adzan shalat subuh sudah berkumandang bermenit menit lalu. Ini by the way Arsa lagi main ke kostan dan nginep karena kondisi mama nya yang alhamdulillah nya sekarang dirawat udah mulai baikan.
"Bener, Mas! Dia tuh kayak selalu menghindar eye contact sama gue, terus dia juga sering ngelamun sekarang pas ditanya jawabnya 'gue nggak papa' padahal ya gitu."
"Gue juga ngerasa sih, gue pikir cuman gue yang ngerasain ternyata kita semua juga."
"Ngerasainnya sejak kapan?"
"Sekitar seminggu lalu."
Naka mengangguk angguk, sama dia juga merasakan perbedaan pada diri Bima sejak satu minggu lalu. Naka pikir Bima hanya sedang capek dan stress karna jam kerjanya yang padat dan tidak menerima cuti sama sekali.
"Kita harus ngomong sama dia! Nggak enak banget kalo di kost ini ada yang waras." Arsa terkikik, emang sih dia itu alergi banget sama orang waras, yeoksi emang Arsa lahir dan dewasa di tengah orang orang nggak waras jadinya dia merasa aneh aja kalo ada orang waras di sekitarnya apalagi itu Bima.
Sungguh sebuah ketidakmasukalan seorang Bima yang hobinya ngereog sambil bilang, "aing maung." atau ngidam jelly pagi pagi buta mendadak jadi introvert dan tertutup. Memang sih daripada ketiga penghuni kost lain Bima memang yang paling tertutup soal masalahnya--beda sama Arsa dia tertutup karena mikirnya takut jadi beban, tapi kalo Bima bukan tertutup sih sebenernya lebih ke kayak orang nggak punya masalah hidup.
Bima itu jarang jarang punya masalah. Palingan juga paling paling mentok itu punya masalah sama kucing tetangga yang namanya Solihin, yang Bima naksir berat pake banget, pengen Bima elus elus bulunya tapi si Solihin malah kabur mulu pas liat Bima bahkan dari radius dua puluh meter jauhnya.
Kalau kata Ettan sih karena Solihin nggak mau dibilang kucing gay yang mencintai spesies separuh manusia dan separuh ikan pare kayak Bima.
Intinya ya ges ya Bima itu bikin aneh. Seremnya ngalah ngalahin part Gopi yang nusuk adeknya sendiri pake trisula. Ngeri tcuy.
"Kalo bang Bima nggak mau cerita cerita sama kita. Mungkin dia nggak ngerasa kalau kota orang yang bisa dia percaya?"
"Kemungkinan sih gitu, Tan. Tapi nih ya, emang pernah kita ngerumpi masalah satu sama lain sampe ke luar kost? Nggak kan? Harusnya Bima tuh percaya dan mau cerita ke kita, jangan bikin kita ngerasa nggak guna gara gara sikap ambigunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young And Free (NCT DREAM 00 LINE) Revisi Ver
AcakWarning keselek!! Buat kamu, penikmat luka yang diam diam merasa lelah dan ingin rasanya berhenti. Sini dulu, mangkal sejenak mari kita saling bertukar cerita haru biru bersama kopi pait buatan Mas Naka, gorengan bakwan hasil eksperimen Ettan, hila...