"Hidup itu cuma harus dijalani, kalau lelah ya istirahat"
Nyaris semua orang pernah mendengar kalimat tersebut bukan? Tapi secara logika dunia ini seperti mata koin ; ada dua sisi. Segilintir orang ada merasa bahwa kalimat diatas terasa memuakkan, sampai tidak masuk di akal. Contohnya Bima. Si skeptis yang berpikir memang benar hidup harus dijalani, tapi bagaimana kalau kita merasa lelah? Hidup ini bukan cuma lari larian keliling GBK atau bekerja nguli, tidak bisa di pause. Jadi istrahat dalam artian apa yang dibutuhkan? Tidur dan bersenang senang? Oh tidak tidak dua hal itu tidak memberi efek jangka panjang.
Hidup ini rumit, memuakkan dan kejam.
Andai saja hidup Bima sama dengan pemain drama indosiar yang dari susah lalu satu jam kemudian langsung jadi jugaran. Sayangnya hidup tidak semudah itu.Selama Bima bernafas, lelahnya akan tetap ada, bertahan bahkan terasa makin berat untuk besok, besok dan besoknya lagi.
Terlebih Bima menyadari, ketika dirinya menoleh kebelakang, tidak ada yang menopang dirinya, tidak ada yang mau memberikan Bima kepercayaan, semangat dan dukungan. Hampa. Terlebih si bajingan yang sialnya adalah ayahnya sendiri yang sering memukul mama dan saudarinya.
Hidup Bima tidak seimbang.Bima merasakan itu. Setiap hari pundaknyadi jatuhi beban. Tak peduli berapa banyak pekerjaan paruh waktu yang cowok itu lakukan semuanya tidak akan cukup.
Hutangnya masih terus memburunya.
"Bayar hutang lo!"
"Lo kerja mati matian, badan lo gede tapi hutang lo juga gede."
Dughhh
"Akhh bang, maaf tapi uangnya baru ke kumpul sedikit, gue minta waktu dua bulan."
Pukulan selanjutnya kembali menyapa rahang Bima, diiringi tendangan telak pada ulu hatinya, Bima ambruk seketika. Lelaki tersebut tertawa, menikmati bagaimana Bima jatuh tersungkur dengan wajah mencium tanah berlumpur yang sudah diinjak-injak ataupun bercampur kotoran.
Ada kecamuk mendorong Bima bangkit, hatinya hendak membawanya melawan tapi logikanya masih berjalan. Bima yang mengawali semua ini maka dia harus menerima konsekuensinya.
"Gue mohon kasih gue dua bulan lagi."
"Cih! Lo udah bilang begitu dua bulan lalu, kita sama sama manusia, butuh duit buat menyokong kehidupan!"
"Tapi bang..."
"Satu minggu, dua puluh juta plus bunganya."
Dughhhh
"Kalau nggak punya uang jangan ngutang!"
Pria jangkung itu kemudian memberikan tendangan selamat tinggal untuk Bima hingga untuk yang kedua kalinya Bima kembali ambruk. Seragam kerjanya sudah tidak berbentuk. Semuanya kotor termasuk wajah Bima. Untungnya Boy- si depkolektor menemuninya saat jam kerja lemburnya usai.
Susah payah Bima mencoba bangkit dengan kedua tangan sebagai tumpuan. Kaos lengan pendeknya berubah semakin lusuh dan Bima benci jika sepanjang jalan pulang nanti menjadi pusat perhatian sebab tampilannya yang lebih mirip gembel.
Menilik jam di pergelangan tangannya, ternyata sudah pukul setengah tujuh pagi. Itu artinya Bima memiliki waktu kurang dari satu jam lagi untuk menjalani pekerjaan paruh waktunya yang lain. Bukan pekerjaan berat tapi kalau pekerjaannya tercium aparat bisa diringkus dia.
Cowok itu menghembuskan napas kala tidak satupun angkutan kota yang sudi membawanya. Ternyata Nadin Amizah sungguh sungguh pasal hidup berjalan seperti bajingan. Bajingan!!
Sekelumit orang di dunia ini mungkin belum terlalu paham yang namanya proses pendewasaan, contohnya Bima. Cowok itu terlalu banyak mengeluh tentang dirinya sendiri , seperti ; mengapa harus dia yang menjadi tulang punggung? Kenapa Tuhan membuat ayah begitu? Bagaimana Bima membayar semua hutang yang dia gunakan menutupi kebutuhan juga utangnya di kampung? Bima bingung, rasanya Bima ingin berhenti di titik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young And Free (NCT DREAM 00 LINE) Revisi Ver
RandomWarning keselek!! Buat kamu, penikmat luka yang diam diam merasa lelah dan ingin rasanya berhenti. Sini dulu, mangkal sejenak mari kita saling bertukar cerita haru biru bersama kopi pait buatan Mas Naka, gorengan bakwan hasil eksperimen Ettan, hila...