Kunimi Akira : Soft boyfriend

21.3K 379 9
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, namun kamu masih berada di kelas menunggu Oikawa. Kalian berjanji akan pulang bersama hari ini karena Oikawa tidak ada jadwal latihan bola voli.

"(name) -san? " Kunimi terlihat diambang pintu.

"Kunimi? " kamu menghampirinya. "Kau tidak ada jadwal latihan? "

Kunimi menggeleng, "aku baru selesai piket. Sedang menunggu seseorang? "

Kamu diam beberapa detik, "tidak, aku hanya sedikit malas berjalan pulang. "

Kunimi mengedarkan pandangan, "ka-kalau mau, kamu bisa pulang bareng aku. "

"Kau gugup? " tanyamu yang langsung dibalas gelengan keras. Kamu kemudian terkekeh pelan, yang tanpa sepengetahuan mu membuat lelaki didepanmu itu merona. Kunimi mengalihkan pandangan berusaha menutupi rasa gugupnya. "Sebelumnya, apa kau melihat Tooru? Ada hal yang ingin aku sampaikan. "

"Oikawa-san? Oh, aku melihatnya sekilas saat menuju kemari, dia sepertinya berjalan menuju gym. "

"Katamu tidak ada jadwal latihan? "

"Tunggu. " Kunimi kemudian merogoh tas sekolahnya dan membaca sebuah kertas berisi jadwal latihan bola voli—memastikan bahwa memang benar hari ini tidak ada latihan. "Benar kok. "

Kamu tersenyum manis, "maaf Kunimi, kita tidak bisa pulang bareng. Aku harus menemui Tooru dulu. "

"Ya, bukan masalah, " balas Kunimi singkat lalu pergi.

Kamu kemudian berlari menuju gym dan mencari keberadaan Oikawa, namun saat sampai, gym benar-benar kosong, tidak ada orang. Sayup-sayup kamu mendengar suara sepertinya itu berasal dari ruang peralatan. Kamu segera mendekat. Sedikit mengendap-endap.

"Anh ah... To-ru ah."

Kamu menutup mulutmu rapat dengan kedua tangan. Dadamu terasa sesak, air matamu hampir keluar. Namun dengan cepat kamu pergi dari gym tanpa suara, barulah saat diluar air matamu mengalir tanpa henti, kamu menangis tanpa suara di lorong sekolah dengan kakimu yang lemas. Hingga akhirnya kakimu tidak kuasa berdiri.

"Memang seharusnya aku tidak mengenalmu, Toru! " ucapmu dalam hati. Setiap detik saat itu, kamu terus merutuki dirimu sendiri. Sudah lima bulan kalian berdua menjalin kedekatan, namun Oikawa tidak pernah memberimu kepastian, saat kamu hendak menjauh darinya, ia kembali bersikap seolah dia memberikan harapan padamu.

Tanpa kamu sadari, seseorang berdiri tiga langkah di depanmu. Menunggu keadaanmu sedikit lebih tenang. Setelah beberapa menit kamu akhirnya mendongak dan terkejut melihat Kunimi berjongkok di depanmu, ia kemudian memberikan sebotol air.

Kamu menerimanya kemudian meminumnya setengah. "Maaf, kau harus melihatku seperti ini. "

"Semua orang punya titik lemah masing-masing. " Kunimi memegang telapak tanganmu. "Kita harus segera pergi dari sini! " ucapnya lembut. Ia kemudian memegang kedua bahumu lalu mengajakmu pergi dari area sekolah masih dengan tangannya yang menggenggam tanganmu.

Kunimi kemudian memesan taksi online dengan ponselnya, tanpa melepas tanganmu. Setelah mendapat taksi, ia kemudian menghapus lembut air matamu yang masih mengalir. Menatap kedalam matamu dengan penuh kelembutan, berapa detik kalian saling beradu pandang Kunimi lalu mengalihkan pandangan kemudian mengeratkan genggaman tangannya. Seakan berkata "kamu harus tetap disini, karena hanya disinilah aku bisa menjagamu. "

Setelah taksi datang, kalian segera masuk lalu pergi meninggalkan sekolah. Selama perjalanan, kalian berdua tetap diam, tidak ada yang berniat memulai obrolan. Hingga akhirnya kamu tertidur, entah kenapa hal yang paling nikmat dilakukan setelah menangis adalah tidur.

Didalam tidurmu yang lelap, Kunimi dapat secara bebas menatap wajahmu sembari mengusap punggung tanganmu dengan lembut. 

"Tujuan kita kemana? " tanya supir taksi.

Kunimi baru teringat satu hal, ia belum tau alamat rumahmu. "Kerumah saya... " ia kemudian memberitahukan alamat rumahnya pada supir taksi itu.

♡♡♡

Rasanya begitu sulit untuk membuka matamu saat ini, sepertinya itu membengkak. Kamu mengerjap perlahan, mengedarkan pandangan lalu menyadari bahwa kamu tidak berada di rumahmu. Kamu baru ingat, bahwa kamu tertidur didalam taksi ketika perjalanan.

Jadi sekarang kamu berada dirumah Kunimi, lebih tepatnya di kamarnya. Tidak terlalu luas namun nyaman, bersih, dengan nuansa abu-abu dan putih. Sangat menggambarkan Kunimi.

"Kamu bangun? " Kunimi berdiri di ambang pintu lalu masuk membawa nampan dengan segelas susu dan sepiring biskuit diatasnya. Membuatmu merasa diperlakukan seperti anak kecil.

"Maaf. "

Kunimi tidak menggubris ucapanmu, ia lalu menyodorkan segelas susu cokelat hangat, kamu menerimanya kemudian meminumnya, "apa aku boleh suka sama kamu, (name)-san? "

"Uhuk! " pertanyaan Kunimi barusan membuatmu tersedak. 

"Gomen... Pelan-pelan senpai.. "

Kamu berdiri lalu meletakkan gelas di meja, mendorong Kunimi yang tengah duduk di kursi. Meng-kabedon Kunimi pada meja yang ada dibelakangnya.

"Apa kau tidak berpikir bahwa aku ini telah ditolak, lalu jika kau bertanya seperti itu lalu aku menjawab iya, bukankah itu berarti kau hanya akan menjadi pelampiasan ku saja? "

"Aku memikirkannya, tapi itu bukan hal yang penting. " Kunimi menarik kedua kakimu, hingga kini kamu duduk di atas pahanya, "yang terpenting, aku tidak ingin melihat neesan menangis seperti tadi. "

Kamu menelan ludah kasar, cara bicara Kunimi berubah, "a-apa kau bodoh? " kamu hendak berdiri, namun Kunimi menarik pinggangmu untuk kembali duduk. Ia kemudian mendekatkan wajahnya.

Cup

Satu kecupan lembut di bibirmu, itu ciuman pertama. "Aku bukan remaja puber seperti yang neesan bayangkan, aku hanya lebih muda delapan bulan darimu. Jadi, jangan anggap aku seperti anak kecil. Aku juga bisa mendominasi. "

Lagi-lagi kamu menelan ludah. Kunimi mengangkat tubuhmu lalu menidurkan mu di tempat tidur. Mengunci tanganmu di atas dengan satu tangannya, "nee... senpai, bolehkah? "

Kamu mengangguk kecil, sontak membuat Kunimi tersenyum manis. Ia kemudian memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibirmu. Ia membiarkan bibir kalian menempel beberapa detik sebelum ia memberi lumatan lembut. 

Begitu lembut hingga membuat darahmu berdesir. Sepertinya ini bukan pertama kalinya bagi Kunimi, ia terlihat cukup lihai. Kamu mulai mengikuti lumatan nya. Kunimi kemudian menggigit bibir bawahmu, membuatmu membuka mulut agar lidahnya dapat mengakses lebih dalam.

Lima menit ciuman kalian berlangsung, keduanya sudah hampir kehabisan napas. Kunimi menghentikan lumatannya lalu beralih pada lehermu. Mengakses setiap inci dengan lidahnya, berusaha untuk membuatmu merasa nikmat dan nyaman dalam waktu bersamaan.

Tidak bisa kamu pungkiri, bahwa lidah kecil Kunimi terasa begitu lembut dan lincah. Sempat terlintas di pikiranmu bagaimana jika lidah itu menjilat area selangkanganmu.

"Agh! " desahan pertamamu keluar ketika Kunimi menghisap lehermu, membuat tanda disana.

Kunimi menghentikan aktivitasnya lalu memandang wajahmu dengan tanda yang telah ia buat. Ia kemudian tersenyum penuh kemenangan terutama saat melihat wajahmu yang merona. "Akhirnya aku bisa memilikimu, (name) -senpai."

Kamu menangkup wajah Kunimi dengan kedua tanganmu, lalu menariknya mendekat dan melumat lembut bibirnya. "Aku baru tau kamu semanis ini. "

Kunimi kemudian berbaring disampingmu lalu menarikmu kedalam pelukannya. "Sekarang tidak akan ada lagi yang bisa membuatmu menangis. "

End.

♡♡♡

Oneshoot's Haikyuu Chara x Reader🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang