Puluhan orang menari dengan riang, mengikuti irama musik yang memekakkan telinga. Aroma campuran alkohol dan asap rokok memenuhi ruangan, menusuk tajam indra penciuman. Kamu menghabiskan tegukan terakhir wine di gelasmu, lalu merapikan riasan yang mulai memudar di cermin kecil di tanganmu.
"Aku mau pulang," ucapmu tenang.
Kiyoko Shimizu, dengan tatapan setengah mabuk, mengangkat wajahnya dari meja. "Akhir-akhir ini kau seperti anak rumahan," komentarnya, senyum miring terlihat samar di wajahnya.
Kamu hanya mengangkat bahu. "Aku punya peliharaan."
Yukie yang duduk di sebelah Kiyoko mengangkat alisnya, senyumnya penuh ejekan. "Kau? Punya peliharaan? Serius?"
"Ya," jawabmu, menatap langsung ke arahnya. "Seekor burung hantu yang kuberi nama Bokuto Koutaro."
Yukie sontak berdiri, matanya menatapmu tajam dengan campuran emosi yang sulit diterjemahkan. Tatapannya tak lepas darimu, bahkan ketika kamu bangkit dari tempat duduk.
"Burung hantu memang pengintai yang hebat, tapi dia mudah tertangkap. Kau tahu itu, kan?" Kamu menekan kata-kata, suaramu penuh sarkasme di antara ancaman dan peringatan.
Tanpa menjawab, kamu melangkah keluar dari bar, meninggalkan keduanya.
Kiyoko, yang masih duduk dengan anggun, memandang Yukie dengan santai, sambil meneguk kembali gelas wine-nya. "Dia berhasil membuatmu membuka identitas," ucapnya ringan, seolah ini bukan sesuatu yang serius.
Namun raut wajah Yukie berubah drastis. Wajahnya memucat, ekspresi percaya dirinya hilang seketika, digantikan dengan gelisah yang nyata. Dengan gerakan lemas, dia jatuh terduduk kembali ke sofa. "Dia menangkap Kotarou!" serunya panik.
Kiyoko melirik Yukie sekilas, wajahnya tetap datar. "Lalu? Kau akan pergi ke rumahnya? Membongkar semua kebusukanmu dan menyerah hanya agar dia melepaskan Bokuto?" tanyanya sarkastik.
Yukie tertegun, matanya berbinar seolah baru menemukan solusi. "Itu ide yang—"
"Kau gila?" potong Kiyoko tanpa ragu, memutar bola matanya dengan malas.
"Nyawa Bokuto terancam, Shimizu! Kau pikir aku akan duduk diam saja?!" Yukie membalas dengan nada tinggi, suaranya dipenuhi rasa panik.
Kiyoko menghela napas panjang, memutar bola matanya dengan malas. "Biarkan saja. Kau masih punya banyak pria yang mau menuruti perintahmu. Satu Bokuto bukan akhir dari duniamu."
Namun, ekspresi Yukie tak berubah. Ia menunduk, menyadari bahwa kekacauan ini jauh lebih besar dari yang Kiyoko bayangkan.
Jalanan di depanmu terbentang sepi, hanya diterangi lampu-lampu jalan yang temaram. Kamu mengemudi dengan kecepatan stabil, delapan puluh kilometer per jam, meluncur mulus di jalanan lengang. Jalur ini memang jarang dilalui orang—arahnya menuju vila pribadimu, tempat yang nyaris tak ada seorang pun tahu.
Begitu tiba, kamu mengatur makanan yang kamu beli di tengah perjalanan dengan hati-hati di atas nampan. Setelah semuanya siap, kamu berjalan ke sebuah ruangan terpisah dari bangunan utama. Ruangan itu dingin, lampu-lampu dan penghangatnya sengaja kamu matikan sebelum pergi. Begitu pintu terbuka, suara langkahmu bergema pelan di lantai batu yang dingin.
Di dalam ruangan itu, seorang pria berdiri di sisi tempat tidur. Tubuhnya telanjang di bagian atas, kulitnya pucat dan menggigil. Tangannya terangkat, terbelenggu rantai yang menggantung di dinding. Perlahan, dia mendongak, matanya menatapmu dengan keputusasaan bercampur harapan. Bibirnya kering, tubuhnya gemetar, dan napasnya pelan.
Kamu meletakkan nampan di meja kecil di sudut ruangan, lalu mendekat untuk melonggarkan rantai di pergelangan tangannya. Begitu belenggu itu terlepas, tubuh pria itu langsung lunglai, jatuh dengan bunyi berdebam lemah ke lantai. Kamu dengan cepat membantunya duduk, membiarkan dia bersandar pada sisi tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot's Haikyuu Chara x Reader🔞
أدب الهواةHALU RANDOM WITH HAIKYUU CHARA BUT STILL DIRTY JANGAN LUPA VOTE YA CINGTAHH BACA DOANG LU TINGGAL SEKALI KLIK AE SUSAH AMAT VOTE KOMEN JUGA GAUSAH DIFOLLOW GPP DAH EH BOONGAN, FOLLOW YA MANIEZZZ😙❤