" Huuuuuuu..dasar anak pembunuh!!!"
" Pergi aja lo dari sini!!"
" Anak pembunuh kayak lo tu gak pantes ada disekolah ini!! Mending lo pindah aja gih!!"
" Masih berani ya lo dateng ke sekolah!! Gak malu apa?!!"
" Jangan bunuh gue ya lo!! awas klo lo bunuh gue! Gue bakalan dateng terus ke mimpi lo biar lo gila sekalian!!"
Makian terus saja terdengar oleh nya. Sepanjang koridor menuju kelas nya, ia hanya bisa berjalan menunduk. Tak ada hal apapun lagi yg membuatnya bahagia berada disekolah, mungkin menurut sebagian murid sekolah itu adalah rumah kedua tapi menurutnya sekolah adalah neraka, apalagi semenjak kejadian itu.
Mereka bukan hanya memberikan ia hinaan, mereka juga melemparinya dengan gulungan kertas. Apalah yg bisa ia lakukan, ia hanya menerima itu semua dan berusaha untuk mengabaikan mereka. Dalam hatinya tergores luka yg sangat dalam sehingga membuatnya meringis saat mengingatnya. Pedih rasanya.
Dengan susah payah gadis itu berusaha untuk sampai ke kelasnya, tak jauh berbeda dengan keadaan di koridor semua teman sekelasnya pun menatap dirinya dengan tajam selolah mengisyaratkan kepadanya untuk mati. Diiringi dengan rasa takut ia berjalan menuju tempat duduknya, bangku nya penuh dengan lukisan tangan menggunakan tip-x yg berhasil membuat dadanya kehilangan pasokan oksigen. Berbagai hinaan, tertulis disana. Ia juga dapat mendengar dengusan senyum sinis dari teman-temannya.
Tak ada satu pun yg menatapnya dengan rasa iba, hanya ada kebencian dari mereka. Sebenarnya ia salah apa? Apa kebaikan yg selama ini ia lakukan salah? Apa itu balasan dari semua kebaikan yg ia lakukan? Ia memejamkan matanya meraup oksigen dan menghembuskannya secara perlahan, menangikis semua pikiran buruknya. Pikiran buruk? Ah ayolah apa yg ia pikirkan jelas ada nya seperti itu bukan? Mereka tak tahu berterimakasih! Tidak tahu bagaimana cara nya membalas budi kebaikan seseorang. Bukan! Ia bukannya mengharapkan balas budi hanya saja itu kurang adil baginya, ia sering baik pada mereka, tapi apa? Ketika ia dalam masa sulit mereka menjauh bahkan mereka terang-terangan membenci dirinya, mencaci maki dirinya seolah mereka jijik dengan kehadirannya.
Haruskah ia mati seperti yg mereka inginkan? Haruskan ia pergi dan bilang sama mereka" Aku akan pergi jika itu yg di inginkan tapi ketika aku kembali aku akan membunuh kalian". Haruskah ia begitu?
Ia menghapus karya seni yg ada di bangkunya menggunakan cutter lipat yg selalu ia bawa semenjak kejadian itu. Entahlah rasanya ia ingin menggores tangannya setiap kali ia merasakan perih di dadanya. Percuma Naira semua ini gak akan hilang! Batinnya. Bahkan batinnya saja selalu mengeluh dan menyuruhnya untuk berhenti tapi raga nya yg selalu ingin tetap menjalani. Apa yg harus di jalani jika sudah seperti ini?!
" Pagi!!" Bu Meri masuk kedalam kelas.
Bu Meri yg tiba-tiba masuk ke Kelas, membuat suasana kelas yg semula ramai mendadak hening. Sekilas bu Meri melihat kearah gadis yg terlihat lesu itu tak lupa juga dengan matanya yg sembab.
" Naira!" panggil bu Meri melihat kearahnya.
Naira yg merasa dirinya dipanggil, ia mendongakkan kepalanya.
" Ini hasil Ujian akhir sekolah kamu" kata bu Meri sambil menyodorkan beberapa lembar kertas itu.
Naira maju kedepan untuk mengambilnya.
Bu Meri tersenyum" Naira ibu bangga sama kamu, nilai kamu tetap bertahan walaupun dalam keadaan seperti ini." ucapnnya setelah Naira berada di depannya.
Naira tersenyum singkat sambil menerima kertas hasil ulangannya" Makasih bu" ucapnya lalu kembali ke bangku.
" Naira tunggu!"
Naira berhenti melangkah dan melihat kearah Bu Meri.
" Nanti kamu keruangan saya ya!"
" Pasti dia akan di keluarkan dari sekolah!" bisik salah satu murid.
" Dia emang pantaskan buat menerima itu" balas taman sebangku murid itu.
Lalu mereka tertawa pelan setelah mengucapkan itu. Suara mereka jelas terdengar oleh telinganya, bagaimana tidak mereka membicarakan itu tepat disebelah nya.
Naira hanya membalasnya dengan senyuman singkat. Naira berbeda dari yg dulu, dulu ia sering tersenyum ramah pada semua orang tapi sekarang ia selalu murung dan diam.
Peristiwa yg terjadi padanya tidak membuat belajarnya terganggu, entahlah mungkin sedang dalam keadaan kacau atau tidak otaknya masih bisa mencerna pelajaran yg disampaikan meskipun dirinya tidak belajar sekalipun. Percayalah nilai-nilai yg ia dapat selama UAS ini, ia tidak belajar sekalipun bahkan membuka buku saja tidak ia lakukan.
Apakah ia harus sempat belajar dalam keadaaan otaknya yg sedang bertempur? Jelas saja ia tak pernah berpikir untuk membuka buku bahkan yg ada dalam pikirannya hanyalah bagaimna caranya ia bisa melewati semua ini, jika raganya memang masih ingin melanjutkan hidup yg menyesakkan ini. Ia selalu berpikir untuk mengakhiri hidupnya tapi apakah dengan mengakhiri hidupnya ia bisa menyelesaikan semua masalah yg ia hadapi? Tentu saja tidak, masalah akan semakin rumit jika ia memilih jalan seperti itu.
***
Naira mendorong knop pintu ruangan bu Meri" Siang bu!" sapa Naira saat ia masuk.
Bu Meri yg semula hanya fokus pada beberapa lembar kertas melihat kearah Naira dan menyuruh Naira duduk di depannya. Naira hanya menurut saja.
" Nai, ibu tau apa yg terjadi sama kamu selama ini. Ini berat bukan? Ibu bangga walaupun dalam keadaan seperti ini kamu masih bisa fokus belajar, nilai kamu tidak menurun sama sekali,,ibu harap kamu bertahan sampai akhir. Kamu tak usah menghiraukan apa yg mereka katakan, fokus saja sama sekolah kamu. Ingat kamu harus jadi orang yg hebat supaya mereka tidak memandang kamu rendah Nai!" ucapan Bu Meri membuat matanya memanas. Memang selama ini bu Meri dan Oma nya sajalah yg mendukungnya dan ada untuknya.
Naira hanya tersenyum menanggapi ucapan bu Meri, ia tak tahu harus menjawab seperti apa.
" Besok pembagian rapot, Oma kamu bisa hadirkan besok?" tanya Bu Meri.
" Mungkin bisa bu." jawab Naira seadanya.
Bu Meri memegang pundaknya" Semangat ya Nai, apalagi di penghujung tahun sekolah SMA kamu. Satu tahun lagi Nai, kamu akan lulus. Jadi ibu harap kamu bisa ya! Jangan nyerah! Kamu anak yg pintar, sudah sepantasnya kamu mendapatkan masa depan yg lebih baik."
" Satu hal lagi Nai, absensi kamu tolong diperhatikan ya! Ibu tau kamu muak dengan obrolan-obrolan teman-teman kamu, tapi nanti kamu gak akan bisa seenaknya pergi bolos. Ingat kamu akan naik ke kelas dua belas. Sekarang ibu masih menolerir kamu, tapi nanti ibu tidak bisa seperti ini lagi."
Naira mendengarkan dengan sangat baik, dan menyimpan semua hal yg dikatakan Bu Meri padanya. Ia memang sering membolos atau dia sering tiba-tiba pergi dari sekolah dan tidak pernah kembali lagi. Tapi dengan wajah tak berdosanya, esok harinya ia kembali bersekolah dan begitulah setiap harinya. Kadang ia bisa menahan diri untuk tetap di sekolah dan ada saatnya juga ia muak berada disini. Bayangkan saja, dikelilingi oleh orang-orang yg membenci nya atau bahakan tidak menginginkannya ada disini. Bagaimana, muak bukan?
Tatapan-tatapan elang mereka lah yg selalu menggoyahkan kakinya untuk berpijak. Tatapan yg jelas bisa diartikan ENYAHLAH DARI SINI!! begitulah kira-kira arti tatapan yg mereka layangkan padanya.
***
Semoga kalian menikmati ceritanya🤗
Maafkan atas segala kesalahan dalam penulisan.
Saya sedang belajar supaya bisa menjadi penulis yg sebenarnya 😇
Karena itu berikan masukan jika terdapat kata atau kesalahan🙏Mohon bimbingannya 🤝
KAMU SEDANG MEMBACA
ADNNAIR
Teen FictionDi pertemukan dengan laki-laki yg mencintai mu itu adalah hal yg harus kamu syukuri, terlebih lagi jika laki-laki itu sering menemanimu dalam hal tersulit dalam hidup mu. Naira ia di pertemukan dengan Adnan ketika banyaknya masalah dalam kehidupanny...