Bab #12

66 4 1
                                    

Flashback on

Setelah mendengar dari Jennie apa yg terjadi sama Naira Raka memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Ia ingin ada untuk Naira. Ia juga sempat menyalahkan dirinya sendiri, andai saja dia tidak ikut bersama orang tuanya ke Bandung mungkin sekarang Raka sedang memeluk Naira dan menenangkan nya.

Ia kembali dengan jadwal keberangkatan kereta yg paling cepat, tentu saja ia sudah izin sama orang tuanya dan orang tuanya juga mengizinkannya untuk pulang, baru saja beberapa  jam yg lalu ia sampai di Bandung dan kini harus kembali lagi ke Jakarta.

Di perjalanan Raka terus berusaha menelepon Naira, tapi tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Raka menelepon Jennie dan Friska nomor telepon mereka juga sama tidak bisa di hubungi. Tadi sore Raka sempat ditelepon Jennie, memberitahu nya bahwa Naira sempat pingsan karna terlalu lama menangis dan ayah nya Naira ditahan polisi karena kejadian yg terjadi merupakan pembunuhan.

Raka makin khawatir, karna tak ada satupun yg bisa ia hubungi sekarang. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Kini Raka tiba di stasiun Jakarta, ia langsung menaiki motor yg telah di bawakan oleh petugas di rumahnya. Raka langsung menancapkan gas nya dengan kecepatan tinggi, ia tak peduli banyak orang yg memprotes dirinya klakson-klakson dari pengguna mobil maupun motor trus ia dengar, karna kecepatan yg ia pakai melampaui batas yg seharusnya.

Cuma membutuhkan waktu lima belas menit, ia sampai di rumah Naira yg terpasang bendera kuning banyak nya warga yg mulai melayat.

Raka melihat Naira menangis disamping tubuh ibunya yg sudah terbujur kaku, bagian tubuhnya di tutupi dengan kain hanya terlihat wajahnya saja yg pucat.

Raka langsung menghampiri Naira dan memeluknya. Tangis Naira semakin menjadi kala berada di pelukan Raka. Jennie dan Friska mereka membantu mengurusi segalanya. Sampai pada proses pemakaman mereka tetap ada disamping Naira.

Flashback off

Naira menyernyitkan keningnya, cerita ini sangat berbeda dengan ingatan yg ia alami.

" Kenapa Nai?" tanya Raka saat melihat ekspresi Naira yg seperti itu.

" Cerita kali ini sangat berbeda dengan yg aku alami" jawab Naira dengan putaran kaset kejadian yg menguasai pikirannya.

Raka menaikan sebelah alisnya" Lagian ke apa kamu membanding-bandingkan nya sih? Nai, itu hanya sebuah mimpi kamu. Seharusnya kamu tidak membandingkan itu semua, itu hanya akan membuat kamu terluka Nai."

" Aku cuma penasaran aja Rak. Bayangin aja kalo kamu ada di posisi aku, tiba-tiba kamu bangun di rumah sakit dan keadaan yg terjadi sama kamu tidak sesuai dengan kejadian sebelum kamu bangun di rumah sakit. Dan perlu kamu tau mimpi itu terasa begitu nyata buat aku."

" Oke gini deh, coba kamu cerita yg kamu almi disana seperti apa?" dengan hati-hati Raka meminta hal ini pertama kalinya meminta
Naira untuk menceritakan hal yg ia alami. Karena ia juga merasa penasaran.

Flashback on

Naira mencoba menelepon Raka, Jennie,  dan juga Friska. Ia ingin memberitahu tentang kematian ibunya. Tak ada satupun yg mengangkat telepon darinya.

Banyak warga yg melayat sambil membicarakan hal yg terjdi pada ibunya. Berita cepat sekali menyebar, apalagi status ayahnya yg bisa dibilang pengusaha sukses yg memulai karir dari nol menjadi sorotan wartawan. Mungkin sekarang banyak artikel-artikel tentang keluarganya.

Naira melihat Omanya menangis, ia tidak tahu mengapa dirinya tidak bisa mengeluarkan airmata nya? Seharusnya ia menangis. Ia teringat dengan perasaan aneh yg sempat ia rasakan sewaktu pulang sekolah, mungkin hal yg akan terjadi bukan pada Raka yg akan berangkat ke Bandung tapi pada dirinya.

ADNNAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang