Bab #8

82 4 0
                                    

Raka langsung pulang setelah mengantarkan Naira. Naira mengerutkan keningnya nya merasa aneh, tidak biasanya Raka menolak untuk masuk kedalam. Biasanya Raka selalu masuk kedalam dan mengobrol dengan Oma nya. Tapi sekarang? Apa karena permintaannya tadi?

Naira mengangkat bahunya, entahlah. Mungkin Raka sedang capek mungkin juga ada hal mendesak yg membuatnya buru-buru ingin pulang.

Naira masuk kedalam, hal yg pertama Naira lihat setelah membuka pintu adalah Omanya yg sedang menata makan malam dia atas meja makan.

Ia tersenyum lalu menghampiri Omanya.

" Em wangi sekali pasakan Oma" Naira mencium bau pasakan yg begitu lezat.

" Tumben pulang telat?"

Naira menarik kursi dan duduk disana" Abis piket kelas dulu Oma" jawab Naira seraya mengambil tempe goreng di atas piring. Sedari tadi tempe goreng itu terus-menerus melambai padanya untuk ia makan.

Oma nya yg melihat tingkah cucunya itu, menggubris tangan Naira agar tidak menyentuhnya " Cuci tangan dulu sana!"

" Ah Oma gak seru nih. Itu tempe daritadi melambai-lambai Oma kasian" rengek Naira.

" Nanti kamu sakit perut klo gk cuci tangan. Mending kamu mandi dulu gih! Setelah itu baru kita makan malem"

" Makan malem dulu deh Oma" pinta Naira.

" Gak baik klo mandi setelah makan Nai, mandi dulu sana!"

Naira lupa bahwa Omanya dulu seorang perawat jadi Omanya selalu mementingkan kebersihan dan selalu memperhatikan kesehatan. Makannya, di usia Omanya yg memasuki enam puluhan ini beliau masih sehat dan bugar" Iya deh Oma ku yg cantik" Naira pasrah. Ia berdiri lalu mencium pipi Oma nya. Naira langsung berlari kekamarnya.

Rumah Omanya ini tidak tingkat, tapi lumayan luas. Ada lima kamar tidur, ruang tamu, ruang tv, dapur, toilet, gudang, serta taman di belakang rumah.

Naira membantingkan tasnya diatas kasur. Ia segera memasuki toilet untuk mandi. Guyuran air keran m membuat badan segar setelah seharian tersengat sinar matahari.

Setelah selesai mandi dan berpakaian Naira keluar untuk makan malam. Dengan handuk yg masih membalut rambutnya yg basah, Naira duduk di depan Omanya yg sedang menyendok nasi untuknya.

" Oma Nai bisa sendiri" Naira merebut piring dari tangan Omanya lalu menyendokan nasi untuk Omanya terlebih dahulu tidak lupa ia juga mengambilkan lauk pauk nya. Setelah itu ia mengisi piring miliknya juga.

" Oma Nai..."

" Jangan bicara klo lagi makan, bicanya nya nanti saja setelah makan" Omanya memotong pembicaraan nya.

Setelah selesai Naira membereskan piring-piring kotor lalu mencucinya. Kasian kalau Omanya yg harus melakukan ini itu sendirian, Naira menyuruh oma ya menunggu di ruang tv sambil menonton siaran televisi kesukaannya catatan hati seorang istri.

Sesekali Omanya heboh sendiri, kala ada adegan yg membuatnya gereget. Bagaimana bisa seorang perempuan begitu tegar menghadapi suami yg bermain api di belakangnya. Kalau itu ada di posisi Naira mungkin ia akan meninggalkan laki-laki itu dan kabur dari rumah.

Naira telah selesai mencuci piring, ia berniat untuk melanjutkan pembicaraannya yg tadi terhenti. Naira mendapati Omanya sudah tertidur lelap dengan remot di tangannya. Naira tersenyum, Omanya pasti lelah. Selain mengurus rumah Omanya juga memberikan kelas/bimbingan online pada siswa-siswi yg mengambil jurusan keperawatan. Umurnya sudah tidak muda lagi. Awalnya Omanya meminta Naira untuk membuka kelas/bimbingan offline tapi Naira menolak dan mengusulkan online saja takutnya jika offline Omanya akan kecapean.

ADNNAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang