Naira baru saja turun dari bus, yg membawanya ke sekolah. Ia memang terbiasa naik angkutan umum ke sekolah.
Sudah lama sekali rasanya ia tidak menginjakkan kakinya di sekolah ini, ia kini berjalan begitu percaya diri tidak seperti waktu itu.
" Pagi pak Anto" Naira tersenyum ramah pada satpam yg sedang bertugas di gerbang sekolah.
" Eh neng Naira, pagi neng. Gimana sehat neng?" tanya pak Anto yg mengetahui bahwa Naira sakit.
" Alhamdulillah sehat pak, bapak sendiri?"
" Alhamdulillah bapak juga sehat neng"
" Syukurlah. Aku kangen banget sama sekolah ini pak" Naira memandang gedung sekolah yg terlihat dari gerbang, rasanya seperti mimpi.
" Klo bapak mah kangen banget sama neng Naira, temen-temen neng juga tuh si neng priska sama neng jeni sering banget murung waktu neng gak masuk" ucap pak Anto. Pak Anto berasal dari sunda jadi begitulah cara bicaranya.
Naira yg selalu merasa tertekan ketika menginjakkan kaki ke sekolah kini ia tak perlu lagi merasa seperti itu. Apa yg terjadi waktu itu hanyalah sebuah mimpi buruknya, dan semoga kali ini memang benar-benar hidup nya yg nyata.
" Aku duluan ya pak" ucap Naira sambil berlalu.
Secara bergantian Naira memandang setiap sudut sekolah ini, masih sama. Ia melihat ke sebuah koridor dimana koridor itulah yg dulu menjadi tempat horor baginya, disana semua orang melemparinya dengan gulungan kertas sambil memaki dirinya.
Tak disangka air mata nya menetes begitu saja kala ia teringat dengan mimpinya itu. Mungkin mimpi itu hadir karena ketakutan dirinya juga. Naira mengusap pipinya yg sedikit basah itu, lalu iya berusaha tersenyum. Naira menyapa beberapa murid yg ia kenal dan Naira tersenyum pada murid yg tidak begitu ia kenal.
" Nai!!"
Naira menengok kearah suara tersebut, ia sangat familiar dengan suara itu. Dan benar saja mereka adalah Friska dan Jennie. Mereka berlari kearahnya. Naira tersenyum bahagia melihat hal itu, beruntung lah ia tidak kehilangan kedua sahabatnya.
Mereka berpelukan seperti Teletubbies. Melampiaskan semua rasa rindu mereka. Tak lupa Naira juga meminta maaf pada mereka atas sikapnya kemarin-kemarin. Dua hari Naira tidak sadarkan diri berasa 2 tahun bagi mereka, apalagi tidak ada seharipun yg mereka lalui tanpa satu sama lain jadi aneh rasanya waktu Naira tidak ada.
Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas sambil berceloteh ria. Mereka tertawa kala ada yg merasa lucu dari ceritanya. Terlihat dari kejauhan Raka berjalan menuju kearah mereka. Sampai akhirnya Raka berhenti dihadapan mereka bertiga.
" Ah elah Rak sepatu, ngapain sih lo ganggu kesenengan kita aja deh." protes Jennie yg tidak terima Raka datang diwaktu yg seharusnya menjadi waktu untuk mereka bertiga.
" Berisik lo Jen, mending lo urus aja tuh konser lo." jawab Raka sekenanya.
Jennie memutar bola matanya jengah" Lo gk tau ya?! Gue baru pulang dari korea tadi subuh. Gue capek tapi gue tetep dong melaksanakan tugas gue sebagai seorang pelajar" ucap Jennie bangga.
" Ouh gitu ya, masa yah kemarin sore gue ketemu sama orang yg mirip lo deh di mall kirain itu lo, ternyata bukan ya karna lo kan di korea. Terus kemarin yg gue liat siapa yah?" Raka pura-pura berpikir.
" Ya kan gue berangkat nya malem, pulangnya subuh."
" Setahu gue waktu penerbangan ke korea itu seki..."
" Eh lo berdua gak cape apa debat mulu tiap kali ketemu?!!" Friska memotong ucapan Raka, ia merasa jengah dengan kelakuan mereka. Ia sudah tidak tahan lagi karena sedari tadi ia hanya mendengarkan omong kosong mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADNNAIR
Teen FictionDi pertemukan dengan laki-laki yg mencintai mu itu adalah hal yg harus kamu syukuri, terlebih lagi jika laki-laki itu sering menemanimu dalam hal tersulit dalam hidup mu. Naira ia di pertemukan dengan Adnan ketika banyaknya masalah dalam kehidupanny...