part 24

1.2K 92 3
                                    

1 bulan yang lalu

"Hell.. andai atau jika ada yang tau tentang hubungan kita, apa yang akan terjadi?"

"Aku gak bisa bayangin gi, kamu sangat terkenal, fansmu akan merundungku, wajahku akan terpampang di medsos dan media berita lainnya, karirku mungkin saja juga berakhir, aku tidak siap untuk itu"

Anggi hanya tersenyum mendengar jawaban itu karena dia juga tidak bisa membayangkannya.

###

Saat ini

Anggi melamun, menatap pemandangan kota dari ketinggian kamar apartemennya saat ini. Dia terpaksa pindah sementara untuk menghindari reporter.

Tidak ada reaksi negatif, kebanyakan semua orang mendukung raga menjalin hubungan dengannya.

Anggi meraih hpnya ketika seseorang menelfon menelfonnya.

Tidakkah kita harus berbicara?

Benar kita harus berbicara. Jawab anggi.

Setelah  anggi menjawab telfon itu langsun mati, Sungguh aneh.

Terdengar suara langkah kaki, seorang laki laki membuat anggi kaget.

"Bukankah kita harus berbicara?"

Sebelum orang lain melihat, anggi segera menarik raga masuk ke dalam.

"Bagaimana kamu bisa ada disini?"

"Menemuimu" dengan senyuman aneh.

"Dari mana kamu tau aku disini?"

"Mudah.."

"Baiklah.. karena kamu yang menebar rumor aku ingin kamu segera membereskannya katakan pada mereka bahwa kita tidak memiliki hubungan apapun"

Raga maju dengan tatapan tajam dan menakutkan "kamu fikir aku kesini untuk mendengarkan perintahmu?"

"Apa maksudmu"

Anggi terus mundur hingga tubuhnya membentur dinding, raga terus maju hingga tubuh dan wajah mereka sangat dekat.

"Berhenti" tegas anggi.

"Ekspresi marahmu, membuatmu semakin cantik"

"Kamu pasti sangat gila"

"Kata kata kasar dari bibirmu membuatku semakin bergairah" sambil menekan kedua lengan anggi dengan kuat.

Anggi mulai ketakutan, dia tidak bisa berteriak, tidak akan ada yang bisa mendengarnya karena ruangan kedap suara.

"Hentikan"  kali ini sedikit memelas.

"Hanya berciuman, aku tidak akan meminta lebih malam ini, anggap saja kita sedang akting.. mudah bukan"

Wajah Raga semakin mendekat, anggi berusaha melawan namun tenaganya tidak sebanding.

"Klek" suara pintu terbuka.

Seorang wanuta muncul dengan sebuah makanan di tangannya.

Wajahnya sangat kaget melihat posisi anggi dan raga saat ini.

"Anggii" ucap rachel.

Raga langsung melepas cengkramannya,  "jangan mengatakan apapun, pastikan dia pergi malam ini, atau foto itu akan tersebar malam ini juga"

Anggi tertegun, tubuhnya kaku, dia tidak tau harus berbuat apa.

"Giii.. butuh bantuan?" Untuk memastikan apakah yang baru saja dia lihat adalah paksaan atau tidak.

Anggi melirik ke arah raga sebentar sebelum akhirnya berbicara.

"Nggak Hell.. kita bisa bertemu dan berbicara besok.."

###

Rachel (pov)

Tanganku gemetar, jantungku berdegup kencang, aku berkeringat walaupun suhu dingin.

Perlahan aku meletakkan makanan itu diatas meja "kalian, bisa memakannya, aku membawakan 2 porsi.."

Anggi hanya menunduk tidak menjawab, laki laki itu berterimakasih. "Kalau begitu, aku pergi"

Aku segera memalingkan wajah, keluar dari rumah itu dan segera menutup pintu.

Aku berusaha baik baik saja, walaupun kakiku terasa tidak bertenaga, rasanya lemas.

Aku tidak bisa mempercayai ini, aku terus berjalan menjauh, perlahan air mataku menetes, ini sangat menyakitkan.

###

Anggi (pov)

"Bagus.. kamu mendengarkanku" sambil membelai rambutku.

Melihat rachel pergi aku merasa sangat bersalah, dia akan membenciku, dia tidak akan melihatku lagi, tapi bukankah itu lebih baik daripada hidupnya hancur karenaku.

Tidak menunggu lama raga menciumku,  kecupan buas penuh nafsu, aku tak bergeming.

Ketika dia mencoba menyentuh dadaku, saat itu juga aku menjadi gila aku mendorongnya mengambil sebuah pisau dan menodongkannya.

Ingatan tentang rasa sakit sat ditinggalkan, ingatan tentang rasa kesepian, frustasi, dan rasa sedih yang amat dalam. Semua muncul kembali bahkan ketika aku tidak menemukan obat yang sudah lama tidak pernah kuminum lagi.

"Apa yang kau lakukan" bentak Raga.

Aku merasa lelah, marah dan amat sedih, perasaan yang sudah lama tidak pernah lagi aku ingat lagi.

"Aku akan membunuhmu lalu membunuh diriku"

"Kamu fikir aku takut?"

"Kamu yakin? Sudah tau tentang semua masa laluku? Apa kamu tau? Bagaimana kehidupanku setelah aku pindah sekolah?"

Tatapanku berubah, ekspresi tanpa rasa takut dan ekspresi dingin terlihat jelas.

"Aku masuk rumah sakit jiwa selama 6 bulan, aku melakukan percobaan bunuh diri berkali kali, jadi tidak ada yang aku takutkan aku hampir tidak pernah menyayangi diriku sendiri, jika aku membunmu, rachel akan baik2 saja kan?"

Dia tidak percaya dia dengan santai kembali berdiri.

Aku langsung menggoreskan pisau itu di tangannya hingga darah bercecer, barulah Raga sadar bahwa wanita di hadapannya benar benar gila.

"Tenanglah.. jika kamu mati kamu tidak akan bisa melindunginnya"

"Cctv saat kau masuk ke gedung ini, sidik jarimu dan bekas lebam di tubuhku, akan menjadi bukti bahwa aku mati karena kamu berusaha melecehkanku, selanjutnya tidak akan ada yang mempercayai ucapanmu"

"Jangan.. kita bicarakan baik baik"

Namun terlambat, krisis kepercayaan yang aku rasakan, aku merasa amat sedih.

Aku memejamkan mata menyiapkan diri dengan sebuah pisau ditanganku.

"Anggi....."

Dia datang. Memelukku dengan erat, pelukan yang hangat, sementara raga langsung berlari pergi.

"Tenanglah.. tenang.. aku disini.. aku ada dihini" sambil membelai rambutku dengan erat.

"Hell" aku menangis

"Aku tidak pergi, aku ada disini bersamamu, kamu bilang kita akan bahagia bersama.. karena itu kumohon jangan lakukan apapun, aku menyayangimu seperti kamu menyayangiku"

Aku memejamkan mata dan tenggelam dipelukannya, kami tetap di posisi itu hingga aku merasa lebih baik.

for bidden love 2 (i'm lesby)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang