part 15

4.3K 240 2
                                    

"Tolong dokter anak mengalami kecelakaan" ucap seorang bapak-bapak sembaru membopong seorang anak perempuan berusia sekitar 14 tahun.

"Dokter" panggil bapak itu lagi.

Seorang pria paruh baya berpakaian dokter berlari mendekat. "Apa yang kau lakukan?" Sambil mendorong Rachel cukup keras.

Disaat itulah rachel tersadar dari lamunan, dan langsung membantu membaringkan tubuh sang anak di atas kasur. Kondisinya tidak sadarkan diri dengan kaki menggantung patah, dokter jaya pria paruhbaya tadi segera melakukan pertolongan pertama dan meminta rachel mengambil sampel darah untuk segera di Lap, selanjutnya setekah dirasa aman dokter ahli bagian tulang mengambil alih.

"Kamu ikit denganku" ucap dikter jaya dengan tatapan tajam

Rachel segera mengikuti dokter jaya menuju ruangannya. Dokter itupun langsung melepas jas putih dan melemparnya ke atas kursi "apa masalahmu?"

Rachel menunduk, dia memang bersalah dan tidak berhak membela diri.

"Setiap nyawa itu berharga, bagaimana bisa kamu melamun saat bekerja? Jika memang sudah bosan lebih baik kamu berhenti, ini bukan tempat main-main" dengan nada tinggi, beberapa perawat bahkan bisa mendengar suara pak jaya dari luar ruangan

"Maafkan saya"

"Apa masalahmu??"

Rachel kembali diam dan hanya meminta maaf.

"Pulanglah hari ini dan kembali besok jika pikiranmu sudah jernih"

"Saya bisa..."

"Dengarkan aku.. kembalilah besok jika kamu sudah bisa berfikir jernih"

Dengan lemas rachel keluar dari ruangan, raka menghampirinya sepertinya celotehan para suster sampai ke telinga raka. "Apa yang terjadi?" Dengan nada yang sangat khawatir.

"Tidak apa-apa"

"Apa dia memarahimu tanpa alasan?" Sambil mengikuti rachel "dia tidak memukulmu bukan? Kenapa dia bisa semarah itu padamu?"

"Raka" rachel menghentikan langkahnya sejenak dan menatap raka dengan dingin "aku sedang ingin sendiri"

Raka mematung membiarkan rachel melangkah jauh kedepan, raka semakin khawatir dan merasa tidak nyaman selerti ada masalah yang tidak dia sadari.

Memasang headset sambil mendengarkan music instrumen clasik rachel bisa duduk santai di sebuah taman untuk menenangkan diri sekaligus mengisi aktifitas. Dia tidak bisa berdiam diri begitu saja tanpa bekerja.

"Hai kak" sapa seorang anak kecil berusia sekitar 6 tahun.

"Hai adek, kamu sama siapa disini?"

Anak itu menggerakkan jari telunjuknya pada seorang wanita yang sedang antri membeli eskrim.

Rachel tersenyum sembari mengeluarkan coklat dari dalam tas. "Kamu mau ini?"

Anak itu menggeleng "kata mama makan coklat membuat gigiku berlubang" dengan nada polos

"Anak yang penurut" sembari mengelus rambut anak kecil itu.

"Kak kakak seorang dokter?" Sambil melihat ke arah jas dokter putih yang ada di tangan Rachel.

Kebetulan rachel hanya membawa tas kecil dan lupa untuk meletakkan baju dokternya di dalam laci ruangannya.

Rachel mengangguk sebagai jawaban.

"Kakak sangat keren, aku juga ingin jadi dokter"

"Benarkah? Kalau begitu kamu harus berusaha untuk mencapai cita-citamu"

Anak itu mengangguk sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang bolong dan tidak utuh, beberapa saat kemudian ibu sang anak datang dan segera membawanya pergi.

Tengah asik kembali mendengarkan music, nada dering kencang cukup mengagetkan Rachel. Panggilan masuk dari nkmor baru yang tidak dia kenal, rachel nerniat untuk menekan tombol merah menolak mengangkat telfon namun urung karena takut itu adalah telfon penting.

Setelah mengangkat telfon dan mendengar ucapan singkat, rachel langsung berlari memanggil taksi dan pergi kesuatu tempat dengan tergesa-gesa.

"Maaf pak bisa dipercepat??" Tanya rachel

"Baik mbak"

Disana seorang lelaki berdiri dengan wajah hawatir, telapak tangan di tekuk ke dagu.

"Dimana anggi?"

Sang manajer langsung berjalan masuk diikuti rachel ke kamar yang berada di ujung kanan. Saat pintu dibuka, anggi tengah tertidur san keringat dingin membasahi kening.

Lebis kesalnya lagi Rachel tidak membawa apapun kecuali stetoskop lantas anggi menuruh sang manajer untuk membeli beberapa alat infus,jarum suntik dan cairan Nacl tidak lupa meresepkan beberapa anti biotik dan menuliskannya pada selembar kertas dengan tanda tangan beserta tanda tangan agar legalitasnya tidak dipertanyakan di apotik.

Rachel mengecek suhu anggi yang cukup panas, menunggu dengan sabar hingga sang manajer datang.

Pintu terbuka namun sang manajer tidak sendirian, seorang wanita yang beberapa hari lalu bertemu dengan Rachel juga datang dengan ekspresi khawatir.

Rachel segera membuka plastik dan menyuntikkan chairan lada air nacl dan memasangkan infus di tangan kanan Anggi.

Mereka akhirnya bisa duduk tenang setelah infus terpasang dan perlahan suhu panas tubuh anggi menurun. Sang manajer pergi keluar untuk membeli makanan dan beberapa resep lainnya yang dibutuhkan.

"Apa dia baik-baik saja?" Yuri membuka pembicaraan.

"Dia akan baik-baik saja"

"Syukurlah"

Mereka kembali diam, sambil memperhatikan anggi yang tertidur.

"Kanu boleh pulang sekarang, kamu pasti sibuk di rumah sakit aku akan menjaganya" ucap Yuri.

Rachel merasa wanita itu mengusirnya lerlahan. "Aku sudah pulang bekerja"

"Kamu mungkin butuh istirahat"

"Aku tidak lelah"

"Aku bilang aku bisa menjaganya" ekspresi yuri mulai telihat tidak menyukai Rachel.

"Aku tidak akan beranjak dari sini"  rachel juga enggan mengalah

Suhu ruangan mendadak panas, kedua wanita itupun tampil dengan wajah serius dan tatapan tajam.

BAGAIMANA KELANJUTANNYA? JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTNYA

for bidden love 2 (i'm lesby)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang