part 5

6.4K 267 0
                                    



3 hari terlewati dengan sangat membosankan di kamar pasien seorang diri. Anggi meminta asisten manajernya untuk pulang beristirahat karena manajernya juga memilki keluarga yang harus di jaga.

Anggi mengambil Hpnya dari dalam tas untuk menghilangkan rasa bosan. Walpapernya telah berubah dngan catatan screenshot.

nggi tidak leluasa melakuka apapun, semua perkataan diawali dengan jangan, dia seperti anak kecil yang masih diasuh oleh orang tua.

Bosan nerada di kamar anggi memutuskan berkeliling, melihat keramayan dengan menggunan topi menyembunyikan identitas.

"Baju pasien ini membuatku seperti lidi, lurus tanpa lekukan" sambil berjalan melewati kaca. "Jika aku memiliki rumah sakit, aku akan membuat baju pasien semodis mungkin" terus mengeluh.

Anggi berpapasan dengan beberapa dokter yang tentu tidak mengenalinya karena topi yang dia kenakan. Anggi mencoba duduk di ruang tunggu di tengah keramaian orang. Rasanya cukup menyenangkan bisa duduk dengan tenang tanpa khawatir akan ada yang memerhatikan setiap pergerakannya.

Sudah cukup memerhatikan orang kini anggi kembali berjalan di area rumah sakit mencari tahu ada ruangan apa saja dan apa fungsinya. Barang kali dia bermain film tentang kedokteran setidaknya dia sudah punya ilmunya.

"NICU" membaca nama yang ada di depan ruangan "semuanya berisi anak kecil baru lahir?"

Anggi kembali melanjutkan perjalanan kesetiap lorong yang ada hingga di lorong terakhir. "Apa ini ruang operasi?" Setelah melihat tulisan tentang operasi.

Ketika akan masuk lebih jauh, kaki anggi terhenti.

Rachel dan raka tengah berpelukan, anggi mundur dan langsung berbalik dengan cukup cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rachel dan raka tengah berpelukan, anggi mundur dan langsung berbalik dengan cukup cepat.

"Oke.. anggi kamu nggk liat apapun" kembali menegaskan pada dirinya sendiri.

Anggi terus berjalan hingga tersesat, pikirannya terlalu berkecamuk hingga sulit untuk berkonsentrasi.

Seorang laki laki tanpa sengaja menyenggolnya, topi yang dikenakan anggipun terlepas.

"Gita?" Dengan suara keras, wartawannyang berjaga diluar segera menyerbu masuk.

Sementara satpam yang bertugas tidak cukup untuk menahannya. Permasalahan pertama bukan hanya pada wartawan, penggemar lain yang awal mulanya ke rumah sakit untuk mengecek kesehatan ikut mengejar Anggi.

Anggi berlari hingga ada seseorang yang menariknya kedalam sebuah ruangan.

Tubuh mereka berdempetan, anggi hanya menatap wanita itu tanpa berkedip dari jarak yang cukup dekat.
Rachel masih focus mengintip dari lupang kunci, melihat keadaan diluar sehingga tidak menyadari posisi mereka yang berhimpitan dengan berpegangan tangan.

"Aku rasa mereka sudah pergi" beralih pandangan ke arah anggi hingga hidung mereka hampir bersentuhan.

Rachel segera mundung dan melepas tangan anggi. Sejenak hening tidak ada yang bisa mengatasi rasa canggung.

"Aku bilang apa? Jangan berusaha kabur" mengawali dengan ceramah.

"Aku tidak kabur aku cuman jalan2 hel"

Rachel mendesah pelan "ini bukan taman gi.. ini rumah sakit Anggi"

Anggi tersenyum tanpa alasan yang jelas.

Rachel segera mengecek suhu tubuh anggi dengan meletakkan tangannya di kening Anggi "kamu gak paapa kan? Ketawa sendiri"

Mendengar namanya di sebut 2 kali oleh rachel sudah cukup membuat anggi senang. "Ini pertama kalinya, kamu manggil nama aku 2 kali dalam 1 kalimat"

"Terus?"

"Yaudah itu aja"

"Gak jelas, sekarang balik ke kamarmu"  dengan sedikit keras dan tegas.

for bidden love 2 (i'm lesby)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang