part 8 mata

5.4K 260 6
                                    

Suara ayam berkokok berhasil membangunkan rachel yang terlelap di sebuah ruangan cukup luas dengan interior mewah.

Rachel masih berusaha untuk berfikir sejenak, hingga akhirnya tersadar "ayam? Ada ayam disini? Ini bukan rumahku?" Langsung duduk dan melepas selimut.

Dikaca rachel sudah melihat dirinya dengan rambut berantakan dan mengenakan piyama warna maron. Di pintu seseorang yang dia kenal datang dengan sebuah minuman hangat. Tanpa disadari rachel memegang tubuhnya sendiri.

anggi menggeleng "pembantu yang melakukannya, bu bukan aku" terbata-bata.

"Iya non, bibi ngeliat non nggak nyaman sama pakaian tebel semalem"

Rachel bernafas lega, dia bisa langsung tau bahwa dirinya pasti sedang berada dalam rumah anggi. Anggi menyodorkan minuman yang kata pembantunya mujarab untuk menghilangkan efek mabuk.

"Tunggu" menyetop anggi dengan tangan. "Bukankah aku mabuk? Aku tidak melakukan hal yang memalukankan?"

Anggi berhenti berkedip, pipinya semu memerah.

"Kenapa? Apa aku berbuat salah? Atau aneh?"

Anggi menggeleng dan langsung berdiri, aku akan memberimakan peliharaanku.

"Chiko sudah meninggal 1 tahun lalu non" sang bibi (pembantu) kembali mengingatkan anggi.

"Aku tau.." semakin malu "maksudku aku berniat memberi makan ayam milik tetangga" memberikan jawaban yang semakin tidak masuk akal.

Memang tetangga mereka terkenal sangat kaya dan suka memelihara ayam jago yang selalu bersuara setiap pagi. Tapi anggi sama sekali tidak akrab dan hanya sekedar tau, apalagi memberi makan ayamnya adalah hal yang mustahil.

"Namanya pak Indra non dia dikenal kaya dan selalu memberi makan ayam peliharaannya dengan baik tidak sembarang makanan" sang pembantu kembali mempermalukan anggi.

Anggi langsung mendorong pembantunya keluar "bibi harus belanja kepasar"

"Lo bibi sudah belanja tadi pagi pagi banget non"

"Belanja lagi bi, beli telur, beli susu di super market atau.. beli apa deh pokoknya beli beli" dan langsung menutup pintu ke tika berhasil mendorong keluar.

Wajah Rachel datar bingung tentang apa yang terjadi, anggi menunjukkan gelagat aneh.

Tv berukuran cukup besar dinyalakan "kamu mungkin bosan, karena aq diberitahu kamu tidak ada jadwal hari ini.. beristirahatlah dulu disini kamu pasti menonton tv agar tidak bosan"

Rachel menggeleng dengan wajah polos, tangannya masih memegang gelas yang sudah kosong "aku tidak pernah menonton tv"

"Kamu tidak punya tv dj rumahmu"

"Tidak"

"Hei.. itu mustahil"

"Aku serius"

Anggi menganga "jadi kamu tidak tau bahwa aku terkenal karena tidak punya tv"

"Mungkin"

"Kalau begitu mulai sekarang tontonlah" membuka stasiun tv yang biasanya menayangkan film yang dibintangi dirinya sendiri.

"Untuk apa?"

"Agar kamu bisa melihatku"

"Aku sudah melihatmu di depanku"

Anggi berhenti menjawab, rachel selalu berhasil mematahkan kalimatnya. Anggi kembali duduk di kursi yang ada di pojok ruangan.

"Kamu tinggal sendiri? Dirumah sebesar ini?"

"Aku bersama keluargaku, bibi dan anaknya, satpam dan semua yang bekerja disini sudah kuanggap keluarga"

Rachel mengangguk "aku boleh bertanya?"

"Apapun"

"Saat mama dan papamu meninggal, kamu pasti sulit bertahan" ekspresi anggi berubah secara tiba-tiba "maaf aku menanyakannya" 

"Gak paapa.. saat mamaku tiada aku tidak punya siapapun, aku merasa sendiri karena itu aku berulang kali berusaha untuk mengekhiri hidupku tapi aku selalu gagal, aku selalu selamat dengan rasa sakit.. hingga akhirnya aku bahkan menyerah untuk mati.. lalu seorang sutradara yang menemukan kondisiku kritis mengenalkanku dengan salah satu agensi yang memintaku mengikugi audisi akhirnya aku bisa seperti sekarang ini"

Rachel menunduk "saat itu aku juga tidai ada untukmu"

"Tapi sekarang kamu ada di depanku"

"Boleh gak aku nanyak lagi?"

Anggi mengangguk tanpa keberatan.

"Bagaimana perasaanmu padaku saat ini?"




for bidden love 2 (i'm lesby)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang