part 19

3.6K 228 11
                                    

Anggi membuka pintu yang sebelumnya lupa dia tutup. Seorang wanita tua yang tidak dikenal berusia 50an tersenyum lebar di depan pintu.

"Ya ampun ini pertama kalinya bibi ketemu nyonya pemilik rumah"

Anggi menggeleng, kalimat nyonya tidak enak untuk di dengar "panggil saja anggi"

"Baik non Anggi. Saya bi Ema yang dipekerjakan buat bersihkan rumah dan kebun. Kebetulan tadi melihat mobil terparkir dan rumah tidak dikunci, saya sudah mengira bahwa mungkin pemilik rumah disini"

Rachel akhirnya keluar untuk melihat keadaan.

"Ya ampun nona nona cantik sekali, dari dulu saya bertanya-tanya rumah siapa yang saya bersihkan. Saya tidak pernah mengira bahwa pemilik rumah masih semuda nona nona ini"

Anggi bingung harus menjawab apa. Rachel segera membuka pembicaraan "bibi masuk aja dulu"

"Tidak non tidak perlu"

Rachel mengangguk, tidak lama setelahnya terdengar teriakan yang tidak jauh dari lokasi mereka.

Seorang bapak-bapak baru saja terjatuh dari sebuah pohon nangka yang cukup tinggi, kakinya mengena pohon kecil tajam yang baru saja di tebas sehingga membuat betisnya tertancap.

Para ibu-ibu berkumpul membuat sebuah lingkaran tanpa bisa berbuat banyak. Rachel langsung kembali kemobil danengambil tas koper mini yang berisi perlengkapan dokter.

"Permisi bu" rachel memecah kerumunan dan langsung mengecek kaki bapak itu

Beruntung lukanya tidak terlalu dalam. Sebelum  melakukan pertolongan Rachel memperlihatkan kartu nama dokternya agar pasien dan beberapa orang disana bisa menaruk kepercayaan terhadapnya.

"Aduuhhh gimana toh pak, hati hati aku dah ngomong hati-hati.." sambil menangis

Ternyata bapak itu adalah suami bibi ema yang berniat untuk mengambil nangka yang sudah matang.

"Tolong ya non.."

Rachel mengangguk sambil tersenyum, dia menyuntikkan sedikit bius untuk mengurangi rasa sakit setelah memnersihkan luka. Rachel harus menjahit luka tersebut.

Butuh waktu hampir 1 jam untuk menyelesaikan tugasnya. Terakhir rachel menutup luka dengan kasa dan perban.

"Terimakasih banyak non.. kira-kira berapa yang harus saya bayar?" Tanya bapak itu

"Tidak perlu pak" sambil menggeleng "oh iya ini kain kasa dan obat untuk diberikan ke bapak agar lukanya tidak tetanus"

Semua orang tua disana memandang kagum ke arah rachel. Anggi tersenyum dan merasa bangga dengan rachel,apapun yang dilakukan rachel terlihat sangat keren dimata Anggi.

Ibu-ibu disana tidak membiarkan rachel dan anggi pulang, mereka mengajak rachel dan anggi dan rachel untuk makan di rumah bi Ema.

Entah kenapa ibu-ibu lainnya juga ikut dan mengajak rachel dan anggi berkenalan.

"Non terlihat masih muda. Berasa usianya?"

"Saya rachel dan ini anggi, panggil nama kami saja bi" mencairkan suasana. "Umur kami 25 tahun"

Salah satu ibu ibu disana mengelus punggun Rachel "sangat muda, tapi sudah sangat sukses pantas saja bisa punya rumah sebagus itu"

Rachel menggeleng, anggi berontak tidak terima hasil kerja kerasnya di anggap milik rachel. "Itu punya sa..."

Belum selesai berbicara ibu ibu lain disana bertanya kepada Anggi "kalau kamu nak kerja apa?"

"Saya?" Anggi mendadak bingung "saya multi talenta, modeling terkadang muncul di tv"

"Oh yang biasanya jadi pajangan patung foto pakaian, gitukan? Kamu harus belajar dari temanmu ini, agar bisa mendapat pekerjaan yang layak. Jangan hanya bermimpi menjadi artis, dan membuang-buang masa mudamu"

Anggi menganga, dia sulit mencerna kalimat yang baru saja dia dengar. Nampaknya ibu-ibu disana menyangka rachel hanyalah model foto produk-produk pakaian pasar.

Rachel menahan tawa melihat Anggi yang mulai kesal.

"Ibu punya anak laki-laki dia juga belum menikah siapa tau nak rachel mau berkenalan"

"Mulutmu, anakmu masih SMA" Celoteh ibu berbaju kuning.

"Usianya beda dikit hanya 8 tahun.."

"Kejauhan.." ibu berbaju kuning mendekati rachel dan memegang tangannya "mending sama anak ibu aja jelas lebih dewasa dari kamu secara usia sudah matang"

Ibu berbaju merah semakin kesal "anakmu sudah tua 30 tahun, walaupun masih melajang itupun karena tidak ada wanita yang mau dengannya"

Mulut anggi terus menganga, mendengar ucapan konyol membuatnya merasa seperti orang bodoh.

Seorang laki-laki muda tiba dengan sebuah motor menyapa bi ema "Aku pulang nek" ucap laki-laki itu

"Dari semua anak-anak kalian, cucuku yang paling cocok"

Laki-laki itu cukup tampan walaupun dengan gaya pakaian khas pedesaan. Anggi langsung berdiri dan merangkul lengan Rachel. "Karena kami sudah makan, kami harus segera pulang, rachel ada kepentingan lain sore ini" sambil meraih tas.

Ibu-ibu disana menyayangkan hal itu dan meminta mereka untuk sesekali kembali bermain di desa.

Rachel tersenyum, anggi masih memeluk erat lengannya "ada acara penting apa sore ini?"

"ACARA KHUSUS BARENG AKU GAK BOLEH ADA YANG GANGGU"

"Aku mengerti" sambil menyentio hidung anggi.

"Ibu ibu itu sungguh aneh.... jelas jelas aku pemilik rumah.... pekerjaanku menghasilkan lebih banyak uang.... lebih keren juga.. banyak yang tergila-gila dan berebutan meminta tanda tanganku.... mereka meremehkanku.."

Rachel hanya tersenyum sambil mendengarkan omelan anggi sepanjang jalan hingga sampai di vila.

"Mereka anehkan??"

Rachel mengangguk "iya mereka aneh"

Drrrtttdd hp rachel kembali bergetar. Ada 6 panggilan tak terjawab dari Raka.

Rachel kembali meletakkan Hp namun panggilan kembali masuk. Terpaksa dia mengangkat telfon sebeluk panggilan ke 8 kembali masuk.

"Halo"

"Rachel kamu dimana? Seharian kamu tidak membalas pesanku. Kamu membuatku khawatir"

Rachel sesekali melihat kearag anggi yang terlihat kesal "aku baik-baik saja"

"Kamu juga tidak masuk kerja hari ini. Aku sempat mencarimu di rumah sakit"

"Besok aku akan masuk"

"Baiklah kalau begitu. Bisakah kita bertemu besok malam?"

Rachel berfikir sejenak sebeluk akhirnya mengiayakan ajakan Raka "baiklah besok malam"

"Oke. Jangan lupa makan.. aku merindukanmu"

"Baiklah" rachel langsung menutup telfon.

Rachel memegang tangan Anggi, "kita kemana setelah ini? Apa mau duduk diluar sambil ngeliat pemandangan?"

"Lupakan lebih baik kita pulang"

Rachel langsung menghentikan Anggi "jangan memendam, kamu bisa utarakan apapun. Kamu boleh bertanya, boleh juga marah jangan menyimpan sesuatu yang memberatkanmu"

Anggi menatap rachel sebelum akhirnya mencium rachel dengan kasar, dan melepas kancing kemeja rachel dengan kasar hingga 1 kancing bajunya copot. Rachel segera menghentikan Anggi.

"Anggi..." namun anggi kembali menciumnya dengan kasar.

Rachel sangat tau Anggi melakukannya dengan rasa marah, dan kesal yang selama ini dia pendam.

Rachel mendorong Anggi dan memeluknya dengan erat "sayang... tenanglah" suara lembut itu membuat Anggi akhirnya terdiam.

for bidden love 2 (i'm lesby)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang