part 6 ciuman yang menyakitkan

10.4K 312 8
                                    

Hari terakhir di rumah sakit adalah hari yang paling membahagiakan bagi anggi. Dia bisa kembali bebas beraktifitas, menghirup udara segar, atau makan makanan favoritnya.

Aku akan tiba disana 20 menit lagi. Sebuah pesan dari sang asisten manajer. Anggi mulai membereskan baju dan beberapa barang miliknya sebelum diperbolehkan pulang oleh dokter viola.

Anggi melihat 2 buku yang pinjamkan rachel diatas meja. Dia berniat mengembalikannya dan mencari dimana ruangan rachel.

"Maaf, apakah anda tau dimana ruangan dokter bedah umum?" Tanyanya pada seorang suster yang lewat.

"Kami memiliki 8 ruang untuk dokter umum, apakah anda bisa menyebutkan namanya?"

"Rachel" Setelah menyebutkan nama rachel barulah anggi mendapatkan lokasi ruangan rahel yang sebenarnya cukup dekat dengan lobby.

Anggi tersenyum sambil membawa buku ditangannya. Seperti biasa anggi memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu, dia selalu lupa membuat orang berfikir bahwa dia tidak sopan.

Itulah yang membuat anggi selalu berada disituasi yang sulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itulah yang membuat anggi selalu berada disituasi yang sulit. Andai dia mengetuk pintu mungkin dia tidak perlu melihat pemandangan yang menyakitkan.

Brak! dua buku ditangannya terjatuh.

Membuat dua pasangan yang berciuman tersadar akan kehadirannya.

"Ah.... maaf aku mengganggu" sambil memungut kembali buku yang jatuh "aku akan meletakkannya disini, terimakasih untuk bukunya" dengan nada datar.

"Anggi" rachel hanya bisa menyebut nama anggi.

"Sampai jumpa, kalian bisa lanjutkan" dengan senyum sumringah.

Anggi keluar dari ruangan, menarik nafas dalam, dan mengeluarkannya perlahan. Dilakukannya berulang ulang untuk menguatkan, mungkin cara ini akan berhasil.

Anggi langsung duduk diatas kasur yang sudah tertata rapi.

"Siang, aku membawakan makanan favoritmu" sang asisten datang dengan membawa makanan.

"Sepertinya tidak akan berhasil" ucap anggi sambil menunduk.

Asistennya mendekat "Apanya?"

Air mata mulai menetes, "aku sudah berusaha menahannya, tapi sepertinya gagal"

"Ada apa? Apa ada yang sakit?"

Anggi mengangguk "ini.. ini sangat menyakitkan" semakin terisak.

Asistennya mulai lkhawatir berniat memanggil dokter, tapi anggi menahannya dan semakin menangis.

"Sebenarnya ada apa denganmu" sambil mengunci pintu khawatir akan ada yang melihat dan menyebarkan gosip.

Anggi tetap terisak dan menangis menjadi-jadi. Asistennya semakin kebingungan, sementara dari arah luar seseorang mengetuk pintu.

"Anggi?" Panggil seseorang yang anggi kenal melalui suaranya.

Asisten anggi mendongak "doktermu datang"

"Jangan dibuka"

"Kenapa? Dia doktermu" berusaha membuka pintu.

Anggi tetap menangis "kumohon.. jangan dibuka.. 5 menit saja, beri aku waktu"

Sang asisten berfikir, ini permintaan anggi tapi dari luar dokter terus menggedor dengan paksa. khawatir telah terjadi sesuatu yang membahayakan dengan Anggi, sang asisten membuka pintu.

Anggi mengusap air matanya kemudian memejamkan mata, menahan nafas. Berbalik dengan tersenyum paksa. "Ada apa ini? Aku baru saja berniat mengganti pakaianku, dan kamu mau menerobos masuk?" Ber akting dengan sempurna.

Rachel menatap anggi dengan lekat. Mata anggi sebam, wajahnya memerah walau tidak ada tanda air mata dan masih ada senyuman di wajahnya. "Asistenmu seorang laki-laki bagaimana mungkin kamu mengganti bajumu disini"

Rachel memberi aba-aba agar asisten anggi memberikan ruang untuk mereka. Rachel berpindah posisi, dia duduk tepat di depan Anggi.

"Aku yang menciumnya"

Mata Anggi langsung menatap kearah rachel yang terlihat serius. Anggi mengangguk sebagai jawaban.

"Aku yang menerima cincinnya"

Anggi kembali mengangguk tanpa mengeluarkan kalimat.

"Dan aku memutuskan untuk menikah dengannya"

"Begitu" anggi mencoba terus menarik ujung binirnya agar terlihat tersenyum, walau tanpa dia sadari tangannya mencengkeram erat spei kasur yang ada di belakang. Rachel dapat melihat itu dengan jelas.

"Dia pasti akan menjadi suami yang baik untukku"

Air mata semakin mengenang, mata anggi memerah terasa perih dan tenggorokannya terasa sakit.

"Aku suka saat dia menciumku" tanpa berhenti, memberikan rasa sakit yang bertubi-tubi bagi anggi.

Anggi menunduk "aku tau, hentikanlah"

"Aku suka saat dia memelukku"

Air mata mulai mengalir, saat itu rasanya anggi ingin menjadi seorang yang tuli agar tidak perlu mendengar semuanya.

"Rasanya lebih hangat dibandingkan saat dirimu memelukku sepulang sekolah, ciumannya lebih lembut dibandingkan saat kamu menciumku di kantin"

Tangisan anggi pecah, dia tidak bisa langi menahan kesedihan yang sudah dia tampung selama ini.

"Dia mencintaiku dan aku mencintainya kita sama-sam.."

"Hentikan, kamu tidak perlu mengatakan semuanya untuk membuatku mengerti, aku mengerti" memotong ucapan rachel.

Mata rachel mulai berlinang "haruskah aku terus berbohong di depanmu? Aku lelah berbohong, aku bahkan bukan aktor, ini juga sulit untukku"

"Apa maksudmu"

Mata mereka beradu saling menatap dalam..

Jangan lupa vote dan komennya

for bidden love 2 (i'm lesby)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang