Keesokan harinya, Alvin keluar dari kamarnya dan melihat sofa itu kosong. Bantal dan selimut masih terlipat rapi di tempat kemarin ia meletakkannya, rupanya Selene tidak jadi menginap dan langsung pergi meninggalkan apartemennya.
Alvin mengangkat kedua bahunya dan berjalan menuju dapur untuk menyeduh kopi.
Setelah mengambil Koran yang tergeletak di bawah pintu, ia membawa kopinya ke sofa dan duduk di sana. Sambil membaca koran, ia menyeruput kopinya.Ting tong....
Mendengar bel berbunyi, Alvin bangun dan menuju layar kecil untuk melihat siapa yang datang. Ketika dilihatnya Kris yang berdiri di depan pintu, ia pun membukakan pintunya.
"Selamat pagi, Pak Alvin" sapa Kris sambil masuk ke dalam apartemen Alvin.
"Pagi" sahut Alvin sambil melangkah kembali menuju sofa dan duduk di sana. Ia mengambil kopi yang ada di meja dan menikmatinya. "Duduklah" ucapnya ketika melihat Kris hanya berdiri mematung "Kamu mau secangkir kopi?"
"Tidak" geleng Kris "Terima kasih"
Alvin mengangkat kedua alisnya ketika Kris tidak beranjak dari tempatnya berdiri. "Duduklah di sana" ucapnya lagi sambil menunjuk salah satu sofa dengan menggerakkan kepalanya "Kenapa berdiri saja di sana? Seperti orang yang sedang dihukum saja"
"Ehm, ba...baik, Pak" perlahan Kris pun duduk di sofa yang ditunjuk Alvin.
"Kamu benar-benar tidak mau secangkir kopi?"
Kris menggeleng. "Tidak, Pak Alvin. Terima kasih"
Alvin mengangkat kedua bahunya dan kembali menikmati kopinya.
Setelah kopinya habis, ia meletakkan cangkirnya dan berdiri. Saat berjalan melewati Kris, cepat-cepat Kris menggeser kakinya seolah takut bersentuhan dengan kaki Alvin.
"Kamu kenapa?" Alvin heran melihat sikap Kris.
"Ti...tidak. Tidak apa-apa, Pak Alvin"
Alvin menggelengkan kepalanya dan meneruskan langkahnya menuju kamarnya. "Apa jadwalku hari ini, Kris?" tanyanya ketika ia sudah sampai ke dalam kamarnya. "Kris?" panggilnya lagi ketika ia tidak mendengar jawaban, ia pun membalikkan badan dan tidak melihat Kris ada di belakangnya. Lalu, ia menatap keluar kamar dan melihat Kris belum beranjak dari tempatnya duduk.
Alvin mengerutkan keningnya. "Kris!" serunya dari ambang pintu.
"I..iya Pak Alvin"
"Mengapa kamu masih duduk di sana?"
"Eh?"
"Bukankah biasanya kamu mengikutiku ke sini dan membacakan jadwalku hari ini sementara aku berganti pakaian?"
"I, itu…”
"Mengapa kamu bersikap aneh hari ini? Apa kamu sakit?"
"Eh,ti...tidak, Pak Alvin"
"Lalu mengapa kamu…"
Kris menatap Alvin lalu menundukkan kepalanya. "Saya masih normal, Pak Alvin" ucapnya. Tidak keras tapi dapat terdengar jelas oleh Alvin.
"Apa?"Alvin mengangkat kedua alisnya, tanda tidak mengerti.
"Saya ini benar-benar masih normal, Pak Alvin" ulang Kris mengeraskan suaranya.
"Sa...saya bukan kekasih anda dan tidak punya minat sama sekali menjadi…” Kris memberanikan diri berkata-kata.Alvin tertawa keras mendengar perkataan Kris sehingga membuat Kris menatapnya bingung. Memangnya ada yang salah dengan ucapanku?
"Ini pasti gara-gara Selene" ucap Alvin di tengah tawanya "Karena itu kamu bersikap aneh padaku"