Kei bergeming. Ia terus menatap hampa awan-awan putih yang berarak di luar pesawat. Bahkan sampai seorang pramugari datang dan membantunya membuka meja, ia tetap tak berpaling.
Setelah pramugari itu meletakkan baki berisi makan siangnya dan pergi, dengan enggan Kei menolehkan kepala, menatap tak napsu makanan di depannya.
Saat itulah matanya melihat, di sudut kanan atas dalam bakinya ada sesuatu yang sepertinya bukan bagian dari makan siangnya.
Sebuah kotak berukuran mini dibungkus kertas kado dan diikat pita berwarna merah.
Happy birthday? Kei mengerutkan kening membaca tulisan yang menjadi motif kertas kado itu. Siapa yang berulang tahun? Ia sangat ingat, hari ini bukan ulang tahunnya. Jadi, apa maskapai penerbangan yang ditumpanginya ini yang sedang berulang tahun sehingga dalam baki makan siang setiap penumpangnya diberi kado kecil seperti ini? Mungkin isinya adalah souvenir sebagai tanda terima kasih karena telah menggunakan layanan mereka?
Kei pun melirik ke baki penumpang di sebelahnya. Ia tidak melihat ada kado kecil di sana.
Apa sudah diambil dan disimpan oleh penumpang itu?
Kei mengangkat kedua bahu. Kemudian memalingkan kepala, menatap keluar lagi. Ia sama sekali tidak berminat untuk menyentuh makan siangnya. Tapi, ia kembali menoleh menatap kado kecil dalam bakinya.
Rasa penasaran mengusiknya. Karena itu, ia pun meraih kado kecil itu dan membukanya.
Entah kenapa, tiba-tiba jantungnya jadi berdebar ketika ia melihat apa yang dibungkus oleh kertas kado dan diikat pita tersebut.Sebuah kotak berlapis beludru berwarna biru.
Perlahan, Kei pun membuka kotak beludru itu. Dan matanya langsung terbeliak ketika melihat isinya.
Cincin!
Sebuah cincin bermata satu yang bersinar indah.
Kei menggelengkan kepala. Ini...tidak mungkin maskapai penerbangan membagikan ini pada setiap penumpangnya. Cincin ini terlalu mewah untuk dijadikan souvenir. Kalau begitu...
Satu kesadaran seketika menyentak Kei.
Alvin!
Ini pasti dari alvin!
Kei pun mengangkat kepala dan langsung mengedarkan pandangannya. Matanya mencari-cari. Alvin...dia pasti ada dalam pesawat ini!
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pramugari yang sepertinya melihat Kei celingak-celinguk tampak kebingungan.
Kei menoleh dan menatap pramugari itu. "Cin--" Ia hendak menunjukkan cincin yang masih berada dalam kotaknya, tapi tidak jadi. Ia menutup kotaknya. Meraih kertas kado dan pitanya. Dan menunjukkan semuanya pada pramugari, "Ini..." ucapnya, "Siapa yang memberikan ini?"
Pramugari itu tersenyum. "Oh itu," sahutnya, "itu titipan dari seseorang--"
"Siapa?" sela Kei tak sabar, "Dia juga ikut naik dalam pesawat ini kan?" tanyanya sambil menatap pramugari itu penuh harap. Alvin ikut naik juga kan? Tidak mungkin hanya menitipkan cincinnya saja kan?
Pramugari itu kembali tersenyum. "Ya," ucapnya, "beliau--"
"Di mana?" sela Kei benar-benar tak sabar lagi, "Dia duduk di mana?" Ia kembali mengedarkan pandangannya. Mencari-cari. Tapi, lagi-lagi ia tidak dapat menemukan sosok Alvin. Ia pun menatap pramugari itu lagi. "Bisa...tolong antarkan aku padanya?"pintanya.
Pramugari itu mengangguk. Dia mengambil baki makan siang yang menghalangi Kei dan melipat meja kemudian meminta Kei mengikutinya.
Pramugari itu membawa Kei ke arah depan. Ia membuka tirai dan meminta Kei masuk ke dalam ruangan yang merupakan kelas bisnis. "Bapak itu," tunjuknya pada seorang penumpang yang duduk di deretan kursi kedua sebelah kiri, "beliau yang menitipkan dan berpesan pada kami untuk meletakkan kado istimewa itu di baki makan siangmu"