“Cucilah tanganmu”
Hah? Kei hanya melongo mendengar perkataan Alvin.
Alvin tersenyum kecil. “Kei?” panggilnya perlahan.
Kei mengerjap. “Eh, i..iya, Pak Alvin?”
“Cucilah tanganmu” Alvin mengulang perkataannya.
“Eh?” Kei menatap Alvin tidak mengerti.
“Cucilah tanganmu, Kei” ucap Alvin untuk ketiga kalinya “Aku akan mengambil kotak obat dan mengobati lukamu itu”
Kei menunduk, menatap tangannya yang telah dilepaskan oleh Alvin kemudian kembali menatap Alvin. “I..itu tidak perlu, Pak Alvin,” ucapnya.
Kedua alis tebal Alvin bertaut.
“Ja..jari saya sudah tidak apa-apa” lanjut Kei “Ja.jadi lebih baik saya…” Kei kembali menunduk dan menatap pecahan botol “selesaikan membersihkan ini” Ia mengulurkan tangannya, hendak meraih pecahan-pecahan botol yang berserakan di lantai.
“Tidak usah,” cegah Alvin. Ia kembali memegang pergelangan tangan Kei “Kamu tidak usah membersihkannya”
“Ta..tapi…”
“Tidak ada tapi, ” sela Alvin tidak sabar “Biar nanti aku saja yang membersihkannya”
Kei menggelengkan kepalanya. “Ti..tidak. Saya saja yang membersihkannya” Ia menarik tangannya yang dipegang Alvin tapi Alvin tetap tidak mau melepaskannya. Ia pun mengangkat wajahnya dan menatap Alvin “Pak..Al..vin…”
Alvin tidak menjawab panggilan Kei juga tetap tidak melepaskan pegangan tangannya. Ia hanya diam menatap Kei.
Jantung Kei kembali berdebar dengan kencang, cepat-cepat ia menundukkan kepalanya. “Pak..pak Alvin” ucapnya perlahan “To..tolong lepaskan tan…Kyaa…!” Kei langsung terpekik perlahan karena tiba-tiba saja, Alvin menarik tangannya sehingga membuatnya berdiri.
Tanpa berkata apapun, Alvin terus menarik tangan Kei dan membawanya ke dapur. Sesampainya di depan wastafel, Alvin memutar keran kemudian mendekatkan tangan Kei pada kucuran air. Membiarkannya selama beberapa saat agar air yang mengalir itu membersihkan tangan Kei kemudian membawa Kei menuju sofa dan menyuruh Kei duduk di sana “Tunggu di sini” ucapnya “Aku akan mengambil kotak obat” Dan sebelum sempat Kei berkata apapun, ia pergi ke kamarnya.
Tak lama kemudian, Alvin keluar dari kamarnya sambil membawa sebuah kotak berwarna putih. Ia duduk di samping Kei sambil meletakkan kotak itu di atas sofa dan membukanya. “Sini tanganmu”ucapnya pada Kei “Biar aku obati…”
“Ti..tidak usah, Pak Alvin” sahut Kei cepat “Bi..biar saya mengobatinya sendiri”
“Kei…”
“Sungguh, Pak Alvin. Sa..saya obati sendiri saja”
Alvin menghela napas perlahan kemudian tanpa berkata apapun, ia meraih tangan Kei.
“Pak..Pak Alvin…” Kei berusaha menarik tangannya. “Sa…saya…”
“Diamlah” ucap Alvin “Biar aku mengobati lukamu”
“Ta..tapi…”
“Tapi apa? Bukankah tadi sudah kubilang tidak ada tapi”
“I..itu…”
“Biarkan aku mengobati jarimu, Kei” Alvin mendongak, menatap Kei dengan lembut sehingga membuat jantung Kei kembali berdebar kencang.
Mereka saling bertatapan.
“Aku obati ya?”
Perlahan, Kei pun menganggukkan kepalanya.
Selama beberapa saat, keduanya tidak ada yang berbicara. Dengan lembut, Alvin mengobati jari telunjuk Kei yang terluka. Dan Kei, dengan jantung yang terus berdebar kencang hanya bisa diam menatap apa yang dilakukan Alvin.