Chapter 21

29.6K 1.3K 27
                                    

Kei terus berlari dan berlari keluar museum.  Di depan pintu, ia berhenti.  Menoleh ke belakang dan menghela napas kecewa. Dengan langkah gontai, ia pun menuruni anak tangga museum.

Memangnya apa yang diharapkannya?

Berharap Alvin mengejarnya lagi sama seperti kemarin malam, saat ia kabur begitu saja, meninggalkan Alvin di London Eye?

Langkah Kei sampai di pertengahan tangga, dan sekarang  ia tak lagi menuruni anak tangga tetapi berjalan lurus menuju sudut dan duduk di pojokan. Ia kembali menoleh ke arah pintu museum, dan kembali menghela napas kecewa.  Alvin masih belum juga terlihat. Alvin benar-benar tidak mengejarnya!

Menyadari itu hatinya terasa sangat sedih. Ia tahu, tadi ia sudah berjanji, tidak akan kabur lagi, meninggalkan Alvin begitu saja. Tapi melihat Alvin berpelukan, eh bukan, bukan berpelukan, lebih tepat dipeluk, dicium dan mendengar apa yang dikatakan oleh wanita seksi itu, masa ia harus diam saja? Wajar dong kalau ia lari. Seharusnya Alvin segera mengejarnya, dan menjelaskan kalau ini hanyalah sebuah kesalahpahaman dan memohon maafnya seperti di film-film drama....

Kamu tidak usah berkhayal seperti itu, Kei! serunya dalam hati. Alvin tidak mungkin melakukan itu! Tidak mungkin!

Air mata menggenang di pelupuk mata Kei. Ia pun membenamkan wajahnya ke tas selempang yang ada dipangkuannya. Dan terisak perlahan.

Setelah beberapa saat terisak, tiba-tiba Kei mengangkat kepala dan menghapus air mata yang membasahi wajahnya. Ia pun bangkit berdiri. "Alvin jelek!!!" teriaknya keras-keras sehingga membuat orang-orang yang keluar dan hendak masuk ke dalam museum menghentikan langkah dan menoleh menatapnya, tapi ia tidak peduli dan melanjutkan teriakannya, "Pergi saja sana anda ke laut!"

"Mengapa kamu menyuruhku pergi ke laut, Kei?" Tiba-tiba Kei mendengar suara Alvin. Ia pun menolehkan kepala ke belakang dan melihat Alvin sedang berdiri tak jauh darinya, tersenyum geli padanya.

Kei mencibir dan membuang muka. Lalu cepat-cepat, ia menuruni sisa anak tangga.

"Kei, tunggu!" Alvin mengejar Kei dan berhasil  menangkap tangannya.

"Lepaskan!" seru Kei sambil menarik tangannya, "Pak Alvin, lepaskan tanganku!"

"Kei, deng--" Ucapan Alvin terhenti. Wajahnya tampak terkejut ketika melihat mata Kei merah. "Kamu menangis?"

Kei membuang muka.

"Kei,aku---"

"Anda tidak usah bicara apa-apa, Pak Alvin" Kei memotong perkataan Alvin, "Aku tidak mau mendengar apapun!"

"Kei,"

"Aku mau pulang" Lagi-lagi Kei memotong perkataan Alvin, "Jadi, lepaskan tanganku, Pak Alvin" Ia pun kembali menarik tangannya.

Tapi Alvin tidak mau melepaskan tangan Kei. "Aku antar kamu pulang" ucapnya.

Karena mereka ke museum naik mobilnya, jadi tanpa memperdulikan teriakan  Kei yang tidak mau diantarnya pulang, Alvin menarik Kei ke parkiran dan menuju mobilnya.

Alvin membuka pintu mobil dan meminta Kei masuk. Tapi, Kei bersikap keras kepala, ia tidak mau masuk dan hanya berdiri diam di depan pintu.

Alvin menghela napas lelah. "Kei, please"pintanya.

Kei menatap Alvin sebal kemudian ia pun masuk ke mobil dan duduk.

Alvin menutup pintu dan segera menyusul kKi masuk ke dalam mobil. Ia menoleh menatap Kei yang sedang memandang lurus ke depan. "Kei,"ucapnya, "Aku minta maaf kalau sudah membuatmu menangis,"

"Ge-eR!"sahut Kei ketus. "Siapa yang menangis karena Anda?"

Alvin tersenyum kecil mendengar perkataan Kei. "Juga atas kejadian tadi," lanjutnya, "dia--"

My Careless Cleaning 'Boy'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang