Stanley mendengar perbincangan dua orang polisi yang tidak jauh dari supermarket ditujunya. Dia mendengar sedikit mengenai penembakan alias pembunuhan yang terjadi di tepi pantai Haeundae. Seperti yang dikatakan oleh dua polisi itu, mereka hanya mendapati seorang wanita saja yang bisa dijadikan saksi atau mungkin justru terduga pelaku penembakan. Tidak, mereka hanya menduga saja belum terbukti secara hukum. Meski demikian, mereka menaruh kerucigaan terhadap wanita yang memiliki nama marga Seo itu.
“Seo? Tidak, Stanley. Nama marga keluarga tidak hanya dia saja yang memilikinya. Banyak warga Korea Selatan yang memiliki marga yang sama seperti wanita itu.”
Agak mengejutkan? Tidak juga, namun Stanley merasa ada sesuatu yang ganjal saja.
Melihat dari sorot mata kakaknya, Jane merasa kakaknya pasti diam-diam mencari informasi terkait kasus penembakan itu. Seyakin itukah? Tentu saja, dia adalah adik kandungnya dan dia sudah cukup lama mengenalnya, jadi itu hanyalah hal kecil yang biasa.
“Jane, berapa lama lagi kamu ingin berlibur di sini?” tanya Stanley.
“Hmm? Masa masuk perkuliahan masih ada 1 setengah minggu, jadi jika boleh kita menetap 1 minggu lagi?”
“Berhubung kakakmu ini mengambil rehat, jadi akan kuiyakan keinginanmu itu.”
Jane tersenyum seraya berterima kasih lalu pergi masuk kembali ke kamarnya.
Di kantor polisi, Yelena terlihat gugup untuk menanggapi beberapa pertanyaan dari perwira polisi wanita. Dikarenakan Yelena masih terguncang akan peristiwa yang terjadi beberapa saat lalu, pihak kepolisian memutuskan untuk meminta keterangan dari Yelena di keesokan harinya.
Mereka mempersilakan Yelena untuk kembali ke penginapannya. Namun, karena Yelena menjadi satu-satunya orang yang menyaksikan kejadian itu, tentunya kepolisian tidak bisa membiarkanny sendirian. Bisa saja pelaku penembakan masih berkeliaran, dan mereka sedikit ada kerucigaan terhadap Yelena. Pada akhirnya, satu polisi wanita dan satu polisi pria ditugaskan untuk menjaga keselamatan Yelena.
Setibanya di penginapan, Yelena duduk termenung dengan sorot mata kosongnya.
“Bagaimana bisa ini terjadi? Siapa yang melakukannya? Itu bukan aku, a-aku hanya menyentuh senapannya saja. Dan…dan…”
Yelena benar-benar dibuat gila, dia datang untuk bertemu dan saling berbincang bukan menyaksikan kejadian tragis seperti itu.
Pernapasannya sedikit tidak beraturan karena bayang-bayang saat tubuh John tersungkur kembali teringat. Sebisa mungkin dia mencoba menenangkan dirinya. Dia meminum segelas ari putih dalam sekali tenggakan, selepas itu dia memajamkan matany untuk sekedar mendapatkan ketenangan.
“Oke, Yelena. Tenang, jangan panik dan jangan sampai kamu menunjukkan sikap aneh di depan para polisi. Ingat! Kamu bukanlah pelakunya! Justru kamu adalah saksi, jadi kamu harus bisa membuktikan atau jika memungkinkan mencari tahu pelaku yang sebenarnya.”
Menjelang matahari terbit, beberapa stasiun televisi memberitakan mengenai kejadian penembakan yang terjadi di salah satu tepi pantai Haeundae. Tidak hanya itu, di platform berita pun memberitakan hal yang sama. Di hari itu juga, sudah dipastikan bahwa kasus penembakan terhadap pria berdarah Korea Selatan namun berkenegaraan Inggris itu bukanlah kasus penembakan biasa.
Melihat dan mendengar kasus penembakan yang terjadi pada John, Yelena sedikit kembali terguncang. Apa lagi ada satu video yang menayangkan TKP yang telah diberi garis polisi serta penggambaran dari tubuh John yang tergeletak di tanah. Bayangan semalam terngiang, Yelena sempat berteriak dan kedua polisi yang berjaga di sekitar penginapannya itu langsung mengetuk pintu seraya menanyakan keadaan Yelena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seaside [KSH]
ActionSeorang mahasiswa lulusan dari Universitas Oxford, memutuskan untuk berkarir dalam hal-hal penyelidikan suatu kejahatan. Dengan jurusan kriminologi yang pernah dijalaninya, dia mampu melakukan dan mendapatkan berbagai bukti dengan lintas waktu yang...