Justin Arley / Jeon Jungkook
☆☆☆
Park Ji Hyuk seperti tengah merasakan deja vu saat berjalan di sebuah lorong hotel bintang tujuh bersama beberapa orang kepercayaannya. Tujuannya pun sama, sebuah ruang VIP dimana sekumpulan orang yang paling tidak disukainya tengah menunggunya.
Dia pernah berada di tempat ini beberapa tahun yang lalu untuk menemui mereka. Dan sepertinya pertemuan kali ini pun tidak akan jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya.
Ji Hyuk tidak pernah mengira jika hal ini akan terulang kembali. Bedanya kali ini dia berada dalam posisi yang tidak begitu menguntungkan.
Dua orang penjaga pintu ruangan VIP memberi hormat kepadanya sebelum membuka kedua pintu agar ia bisa lewat. Ji Hyuk masuk ke dalam dan disambut sepasang saudara yang sudah menunggunya.
Seorang pemuda tampan dengan wajah tanpa ekspresi bersama gadis cantik dengan tampilan glamor yang menatapnya penuh ketertarikan.
Ji Hyuk tidak mengenali mereka. Tapi saat ia duduk dan menghadap pemuda itu, ia samar-samar mengingatnya.
Itu Justin Arley, putra dari pendiri Lamosa yang dulu pernah diajak ke dalam pertemuan pribadi antara dirinya dengan Steve. Bedanya dulu ia adalah seorang bocah berusia 12 tahun yang pandai bicara, namun saat ini pemuda itu sudah tumbuh menjadi remaja dengan aura mengintimidasi.
Dalam pikirannya Ji Hyuk mengakui jika pemuda itu mirip sekali dengan ayahnya.
Justin tersenyum tipis sebelum mengangguk sebagai tanda penghormatan.
“Senang bertemu kembali.”
Ji Hyuk mendengus sinis. “Maafkan aku, tapi aku tidak merasa seperti itu saat melihatmu.”
Justin tidak terkejut dengan reaksi Ji Hyuk. Tentu saja, dia bukan tamu yang diharapkan.
“Anda tidak pernah berubah, masih bersikap arogan seperti dulu.”
Wajah Ji Hyuk mengeras. “Aku tidak ingin berbasa-basi. Ayahmu mengatakan putraku ada bersamamu. Dimana dia sekarang?”
Justin tersenyum meremehkan. “Anda tidak berharap aku akan membawanya ke dalam pertemuan ini bukan?”
Balasan Justin membuat Ji Hyuk mulai kehilangan kontrol dirinya. Ia berdiri dan memukul meja di hadapannya dengan amarah bergejolak dalam dirinya.
“Berani sekali kau mempermainkan aku. Apa kau ingin mati?”
Tapi Justin sama sekali tidak gentar akan ancaman Ji Hyuk.
“Anda tidak dalam posisi yang baik untuk mengancam kami, tuan presiden.”
Disebelahnya, Selena ikut tersenyum sinis.
“Dimana Jimin!” Bentak Ji Hyuk, murka.
“Dia baik-baik saja, jangan khawatir.” Selena angkat bicara, mulai jengah dengan situasi ini. “Dan kami akan mengembalikannya, hanya, tentu saja dengan sebuah imbalan.”