Kim Taehyung
☆☆☆
Gejolak panas itu tak kunjung hilang, justru setiap detiknya semakin membara. Obat perangsang yang bekerja di dalam tubuh Jimin membuat pemuda cantik yang kini berstatus sebagai putra negara itu kehilangan kewarasannya.Jimin menggila, seperti itulah gambarannya saat ini. Dalam bayangannya sekarang, dia begitu mendambakan cumbuan dan rangsangan. Bahkan sepasang tangan yang menggerayangi tubuh pun belum menuntaskan birahinya.
“Ahhh… Hhhh…” Desahan Jimin mengeras. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Dibatas kesadarannya, dia mencoba mengembalikan pikirannya.
Tapi dia tidak berhasil. Obat itu sudah melarut dalam tubuhnya. Dosis yang tinggi membuat Jimin sampai menangis tersedu-sedu karena tidak mendapatkan pelampiasan. Alhasil pemuda itu tidak kuat lagi dan akhirnya jatuh pingsan.
Ketika membuka matanya kembali, hal pertama yang Jimin lihat adalah atap kamar yang asing. Itu bukan kamarnya jadi dia memaksakan diri untuk beranjak.
“Ugh.” Rintihannya dengan tangan yang menyangga kepalanya. Dia pusing sekali.
Jimin duduk di atas ranjang king size itu selama 30 detik. Tangannya memijit pelan keningnya untuk meredakan rasa pusingnya. Setelah lebih baik, dia baru melihat sekelilingnya.
Dia tidak tau ada dimana ia sekarang. Kamar yang ia tempati saat ini terlalu luas dan mewah, khas sebuah hotel yang tidak sembarangan. Disebelah ranjang sudah ada bubur dan air putih beserta sup yang biasa orang makan setelah mabuk.
Itu pasti untuknya.
Jimin mengambil segelas air dan meneguknya sedikit sebelum meletakkan kembali ke meja. Dia lalu mencari ponselnya namun tidak ada.
“Sial. Dimana aku ini.” Umpatnya mulai kesal.
Samar-samar Jimin mengingat jika semalam dia mabuk parah. Jimin khawatir jika karena hal itu dia menimbulkan masalah baru dan membuat ayahnya murka lagi.
Menyebalkan sekali memang. Dia mencoba mengingat apa saja yang terjadi semalam, tapi hanya sekilas saja yang ia tau. Jimin ingat dia memesan minuman kepada Daniel lalu ia mabuk berat. Setelah itu, hanya sekelebat saja yang ia ingat.
Seperti seorang pria yang ia cium dengan ganasnya.
“Eh?”
Mencium?
Pria itu, walaupun wajahnya samar-samar, ia mengingatnya.
Jimin mengerang pelan. Dia pasti sudah gila. Bagaimana bisa dia mencium seorang pria tak dikenal? Bahkan dia sendiri tidak ingat apa saja yang terjadi selain melakukan ciuman.
Perlahan Jimin meraba tubuhnya sendiri dan baru menyadari jika ia memakai piyama yang terlihat masih baru.
“Sial.” Umpatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ⭐️ ] Lacrymosa
Fanfiction[ PDF : 35.000 ] I Can't Change Who I Am - Lacrymosa