Revisi√Aku menyendok dengan sendok kecil dan melahap es krim coklatku perlahan. Menikmati sensasi manis dan dingin di lidah. Ku lihat Liam mengikuti gerakanku. Sedetik kemudian matanya melebar. Terkejut dengan sensasi dinginnya.
Kadang, aku suka mikir dapat uang dari mana dia sampai bisa mentraktir ku makan es krim. Laki-laki itu saja baru pertama laki memakannya.
"Gimana?" aku menyuap sekali lagi sesendok es krim ke mulutku.
Liam tersenyum kikuk. "Rasanya aneh. Sepertinya aku belum pernah memakannya, namun sensasi dingin itu sangat enak,"
"Yang kau makan itu rasa vanila, itu buah yang biasanya memang digunakan untuk makanan, susu dan juga es krim,"
"Ah, aku suka ini!" Liam memasuki es krim kedalam mulutnya lagi. Lalu bergumam keenakan.
Sembari menunggu Liam menghabiskan es krimnya, aku menyapu pandangan ke sekeliling. Memilih mana mainan-mainan seru yang akan kami coba pertama kali.
Mengingat aku membawa cukup banyak uang, dapat digunakan pada semua mainan yang ada disini.
Es krim digelas cup kecil itu sudah dihabiskan oleh Liam.
ku antusias menarik lengan laki-laki itu menuju tempat permainan lempar bola yang sedari tadi sudah menarik perhatianku.
"Kita harus coba yang itu!"
Bagaikan seorang anak yang tengah menyeret tangan sang ayah demi permainan keinginannya, seperti itulah tinggahku sekarang kepada Liam.
Ia tentu saja mengikuti arah langkahku menuju tenda penuh kaleng dengan boneka-boneka lucu dibeberapa sudutnya.
"Mari, mari... Jika kalian bisa melempar sasaran, kalian bisa mendapatkan hadiah di rak sana sesuai dengan poin yang kalian hasilkan!" suara pedagang mainan itu menyambut ketika kamu datang.
"Kami terima!!" kata ku yakin sambil memberikan beberapa lembar uang untuk ditukar dengan enam bola pingpong.
Ia memberikan tiga bola lainnya kepada Liam.
"Aku duluan ya," ucapku percaya diri.
Liam memandang ku gemas, mulai memperhatikan ku yang sedang berancang-ancang melempar bola agar tepat sasaran.
Bola pertama, tidak kena.
Bola kedua, hampir mengenai kaleng-kaleng berwarna itu.
Tinggal satu bola lagi, dan hasilnya sama saja. Membuat aku menghentakkan kakiku kesal ketanah, Liam yang memperhatikanku justu malah terkikik geli.
Duyung laki-laki itu menarik tubuh ku mundur dari garis start melempar. Sekarang gilirannya.
Liam menarik tangannya mundur kebelakang kepala. Mata tajamnya membidik sasaran kaleng di sebrang. Tangannya terayun, bersiap melempar bola.
Bola pertama terhempas cepat mengenai sasaran.
Suara kaleng berjatuhan menyadarkanku bahwa sasaran itu berhasil didobrak oleh Liam.
Beralih pada sasaran lain, dia tidak memerlukan waktu lama untuk melempar bola dan menjatuhkan kaleng-kaleng susun berbentuk segitiga itu.
"Bravo¹!" paman penjual mainan itu bersorak gembira dengan raut wajah gusar. Takut-takut Liam akan menghabisi seluruh sasarannya dan mengambil seluruh hadiah sekaligus.
Liam menggenggam bola terakhir dengan lebih kuat. Dia melempar bola terakhir dengan tenaga besar sampai-sampai belum sempat mengikut pergerakkan bola yang terhempas dari tangannya, suara kaleng berkelontang kembali membuat ku kembai tersadar, Liam telah kembali berhasil menjatuhkan target!

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Merman
FantasyApa yang akan kamu lakukan ketika mengetahui bahwa laki-laki yang mengajakmu mengobrol di tepi pantai adalah seorang makhluk mitologi yang biasa disebut sebagai Merman. Takut? Atau justru berkenalan dengannya layaknya manusia biasa seperti yang dila...