Bab 1

1.4K 354 55
                                    


Chapter revisi version akan di publish setiap hari selasa okeyyy.

Revisi✓

⋆.ೃ࿔*:・

"Sudahlah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudahlah. Lebih baik kamu pulang, sudah malam. Aku masih ingin tetap disini."

Sayangnya, malam itu, tepatnya setelah aku mengetahui bahwa laki-laki yang tadi sore mengajak ku berbicara dan berkenalan adalah seorang Merman, aku tidak bisa untuk tidak memikirkan sosok itu.

Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Liam.

Aku masih mengingat jelas ekor ikan berukuran besar yang indah. Sisiknya berwarna biru mengkilap memantulkan cahaya senja kemerahan.

Manik mata Liam yang berwarna biru cerah juga terus menghantui ku, bagaikan kaset rusak, tatapan matanya yang tajam tidak pernah berhenti berputar di kepalaku sejak saat itu.

Alhasil setelah balik dari pantai, aku cepat-cepat berjalan ke rumah nenek ku yang tak jauh dari pesisir pantai dan mengunci diri di kamar.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Namun aku belum mengantuk, padahal tubuhku sudah terasa lelah sekali akibat perjalanan beberapa tempat yang ku kunjungi seharian ini.

Membunuh rasa bosan, sekaligus menunggu rasa kantuk datang, aku memutuskan untuk membuka laptop, memainkan apapun yang ada di dalamnya.

Sesekali aku juga iseng search tentang asal usul tak pasti tentang Merman¹ di internet. Banyak para ilmuan yang berlomba-lomba mencari tahu keberadaan Merman, tapi tadi sore aku melihat makhluk mitologi tersebut dengan mata kepala ku sendiri!

Aku takjub dengan apa yang ku alami tadi sore, tetapi aku tetap harus berhati-hati dengan sosok Merman bernama Liam itu.

Sepertinya aku harus menemuinya lagi nanti untuk memastikan, siapa tahu aku salah lihat.

🌊.ೃ࿔🌊

Aku kembali duduk di decker pelabuhan, menunggu kehadian Liam, berharap agar laki-laki itu datang dan menceritakan semuanya padanku.

Aku bahkan lupa tindakan apa yang akan ku lakukan setelahnya jika Liam memang benar seorang Merman, seperti dugaan ku dan seperti apa yang ku lihat kemarin sore.

Bodoh, kenapa aku datang lagi ke tempat ini?

Bagaimana kalau nanti makhluk itu membahayakan ku?

Entahlah...

Deburan ombak menggema pelan di telingaku. Desiran angin pantai terasa menyapu kulit dan pemandangan laut biru yang luas memanjakan mataku.

Aku menekuk kaki didepan dada, dengan dagu bersandar pada lutut, menutup mata sejenak menikmati perpaduan suara angin dan ombak pantai.

Merasa cukup dengan itu, aku membuka kedua kelopak mataku pelan, merasakan ketenangannya. Tatapanku mengarah pada ujung decker dihadapanku, memastikan apakah ada sosok Merman itu disana.

Prince Merman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang