bab 18

427 80 17
                                        

udah lamaaa sekali gak update cerita Liam & Katrina ya? haha, sorry, anyway happy reading guys!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah lamaaa sekali gak update cerita Liam & Katrina ya? haha, sorry, anyway happy reading guys!

preview bab 17 dulu ya, siapa tahu lupa terakhir gimana :)))

Revisi✓

"Pergilah dari sini, atau kamu akan menjadi bagian dari kami."

Suara itu bukan berasal dari Kyle yang ku lihat sedang mencoba berenang menggapai ku, melainkan suara merdu itu berasal dari sang merman di bawah kakiku yang hanya bisa ku lihat matanya yang tampak menyala dari kejauhan.

Aku menghela napas, kembali membiarkan air laut masuk memenuhi paru-paru ku dan aku mulai kesulitan bernafas. Alhasil tubuhku melemah dan mata ku terpejam, setelah Kyle berhasil membawa tubuhku ke permukaan laut dan membawa ku entah kemana.

⋆.ೃ࿔*:・

Aku terbangun bersamaan dengan banyaknya air pantai yang keluar dari mulutku. Seorang lelaki paruh baya yang menyadari hal itu langsung mendekat ke arahku dan menepuk-nepuk punggungku khawatir.

"Syukurlah, kamu sudah sadar," lirihnya.

Aku mengalihkan pandanganku ke sekitar, pada rumah berukuran tidak terlalu besar yang didalamnya hanya ada sebuah sofa panjang yang sedang ku dudukki dengan meja panjang didepannya, serta sebuah televisi kecil di sudut ruangan.

Tempat ini jelas begitu asing untukku. Apalagi pada seorang lelaki paruh baya asing berjenggot putih panjang yang tengah memperhatikanku.

"Dimana Kyle?" tanyaku pada sang kakek.

Lelaki paruh baya itu menunjuk kearah sebuah ruangan yang hanya bertutupkan kain yang menjuntai. "Dia sedang di kamar mandi,"

Aku hanya manggut-manggut mengerti,dan meminum secangkir teh hangat yang kakek itu berikan.

"Kenapa kamu bisa sampai tenggelam, Nak?"

"Aku terlempar dari jetski, dan aku tidak bisa berenang,"

"Tapi kenapa kakimu memiliki luka cakar?"

Mataku beralih pada kaki putih pucatku yang terdapat sebuah cakaran panjang dari lutut ke mata kaki. Mengerikan sekali, darah segar masih sesekali menetes dari sana. Aku menyentuh luka itu, nyata dan menyakitkan.

"Untungnya tadi temanmu itu buru-buru mengobati luka ini,"

Aku masih diam sambil menatap nanar luka itu. Tiba-tiba saja kakek itu bersuara, lebih tepatnya berbisik denganku untuk melontarkan kalimat yang membuat ku terkejut setengah mati.

"Kamu punya teman Merman ya?"

"I-iya. Kakek tahu dari mana?"

"Setiap Merman yang menghampiri manusia, makhluk itu pasti akan selalu menandai orang-orang yang di temuinya,"

Prince Merman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang