Halooo sudah lama tidak menulis hehheHappy reading!
Revisi✓
⋆.ೃ࿔*:・
"Es kelapa, biar kamu gak kepanasan,"
Hari kedua kami disini di habiskan dengan berjemur dibawah teriknya matahari sambil sesekali bermain air di tepian pesisir pantai. Hangus sudah rencana ku untuk berselancar karena ombak di pantai sedang tenang.
"Thanks, Kyle,"
Aku mengambil segelas es kelapa muda yang tadi Kyle berikan untukku. Ku teguk sedikit dan merasakan berubahan rasa es kelapa yang biasa ku minum di Indonesia, disana rata-rata yang namanya es kelapa itu manis, dan es kelapa di Italia ternyata rasanya asam-asam segar.
"Habis ini mau langsung ke villa?" tanya Kyle sembari kembali merebahkan tubuhnya di sampingku. Bertelanjang dada sehingga terlihat jelas perut ratanya serta mengkilap akibat keringat, kulit putih bersih nya terlihat kontras sekali dengan kulitku yang agak sedikit kecoklatan.
Aku duduk bersila menghadap Kyle yang tengkurap sembari menopang wajahnya. "Bagaimana kalau kita naik jetski saja?"
Kyle tampak bergeming sebentar sebelum mengangguk setuju. Lelaki itu kembali bangkit dan duduk menghadapku. Ia tampak tengah menyelipkan sesuatu di rambutku. "Cantik," pujinya.
Ku lihat sebuah bunga mawar berwarna pink cantik bertengger di rambutku. Aku terkekeh dan memukul dadanya gemas. "Ya Tuhan! Dari mana kamu mendapatkan bunga secantik ini?"
Kyle menggidikkan bahu. "Di jalan sewaktu membelikanmu air,"
Pipiku merona, entah mengapa. Perlakuan manis Kyle sungguh membuatku takjub. Lelaki yang ku temui dengan wajah dingin sambil menyesap rokok saat menaiki gondola ternyata bisa bersikap semanis ini kepada ku.
Tiba-tiba saja aku ingin sekali membahas tentang pertemuan kita yang satu itu. "Aneh," celetukku.
Kyle justru mengangkat alisnya kebingungan. "Apanya yang aneh?"
"Kita,"
"Maksud mu?"
"Aneh sekali. Kamu orang yang ku temui di gondola dengan wajah dingin itu bisa berubah dalam sekejap,"
"Karena waktu itu aku belum mengenalmu, Katrina,"
"Benar juga. Dunia tuh emang sempit ya?"
"Orang yang ku temui di gondola ternyata teman dekat ibu ku," ujar Kyle menahan senyuman di wajahnya.
"Aku dulu waktu kecil dekat sekali dengan ibu mu, Kyle,"
"Benar kah?"
"Hm. Bahkan dulu aku sama sekali tidak mau pulang ke negri asalku gara-gara di Italia aku punya Grandma Rissa yang selalu mengajakku untuk mencicipi roti di tokonya,"
"That's my mom, padahal waktu itu kamu baru berumur dua tahun,"
"Lucu sekali bukan? Kamu beruntung, Kyle,"
"Tidak juga. Aslinya aku tahu ibuku rapuh, Katrina. Apalagi setelah di tinggal oleh ayahku pada puluhan tahun yang lalu bahkan saat aku belum sempat melihat wajahnya,"
Walaupun Kyle mungkin sedang berusaha mengendalikan nada bicaranya untuk tida terdengar bergetar. Aku mengetahui jika lelaki itu sedang menyimpan kesedihan lewat kalimat yang barusan ia ucapkan.
Matahari siang ini memang begitu terik di pesisir pantai, tetapi aku tahu jika suasana hati Kyle sedang teduh saat ini. Seolah jika aku bertanya lebih jauh, semua rahasia yang ia punya akan terbongkar bersama air mata. Mempunyai ibu tunggal, ayah yang sudah tiada bahkan sebelum ia lahir di dunia, bagaikan tamparan telak untuknya.
Itu lah sebabnya setelah menyadari perubahan suasana diantara kami, aku berniat berdiri dan mengulurkan tanganku pada Kyle. "Mari bermain jetski. Kita sedang liburan, and it's summer! Tidak ada yang boleh bersedih,"
Mendengar kalimatku yang begitu riang. Kyle mengadah kearahku dengan senyuman kecil yang terbit di wajahnya. Lelaki itu mengangguk, menerima uluran tanganku yang membantunya untuk berdiri.
******
Aku mengeratkan kedua tanganku yang melingkar di pinggang Kyle saat lelaki itu membawa jetski yang kami naiki melaju kencang di atas permukaan air. Ku nikmati terpaan angin laut yang begitu kencang hingga menerbangkan rambut terurai ku.
Didepan, Kyle yang memakai kacamata hitamnya berteriak heboh sekaligus norak menurutku. Lelaki itu tak henti-hentinya berteriak dan tertawa lepas seperti seluruh beban didalam hidupnya menguap begitu sana.
"I can believe I can fly~"
Sialan. Aku sontak tertawa terbahak-bahak ketika Kyle bersorak semangat seraya membelokkan jetski kami.
"Yahoo!" aku ikut-ikutan berteriak. Menikmati deburan ombak yang pecah sehingga menciptakan cipratan air ke dalam celana pendek sepaha ku.
Kyle kembali melajukan jetski dengan kecepatan penuh. Lalu membelokkan arah secara tiba-tiba hingga membuatku yang tidak siap langsung terpental jatuh kedalam air. Ku lihat Kyle juga sempat sedikit terpental namun pegangannya pada setir jetski yang kencang dapat menahan tubuhnya untuk tidak ikut masuk kedalam air.
Lelaki itu menatapku geli. "Payah, begitu aja jatuh!"
Aku tidak peduli dengan ejekan Kyle. Kakiku bergerak bebas tak beraturan di dalam air. Napasku mulai tercekat ketika tubuhku seperti terus tertarik masuk kedalam air. Ku akui kemampuan renang ku memang buruk. Jadi aku berusaha melambai-lambai pada Kyle yang masih duduk manis di atas jetski dengan jarak antara ku dan dia yang cukup jauh.
"Kyle! Help me!" aku berteriak. Namun sialnya lelaki itu tidak mendengarkanku. Bodohnya Kyle malah sibuk melakukan aksinya memutar-mutarkan jetski tanpa memedulikan aku yang bisa saja tenggelam.
Gelombang ombak yang di ciptakan Kyle ternyata sanggup membuatku terombang-ambing. Aku terus berusaha untuk berenang tetapi sepertinya hal itu tidak berhasil.
Bukannya mendekat ke jetski, tubuhku malah semakin tertarik ke dalam laut sebelum akhirnya aku merasakan sesuatu menarik kakiku dengan kencang dari dalam air.
Aku menghentak-hentakkan kakiku demi melepaskan jeratan yang menarikku. Ku tengok ke bawah dan aku menemukan sepasang mata biru yang selama ini ku rindukan.
Mata biru jernih yang tampak bercahaya didalam air laut yang berwarna biru gelap di dasarnya.
Aku mengerjap beberapa kali, tanpa sadar menghela napas dan membiarkan air masuk kedalam hidungku, atau mungkin sudah masuk ke paru-paru ku.
Makhluk yang menggapai kaki itu itu adalah Merman, dan aku yakin dia adalah Liam.
Aku menunduk dan menenggelamkan diriku sendiri demi bisa memastikan bahwa dia adalah Liam yang selama itu aku cari.
Namun semakin aku jatuh ke dasar laut, aku bisa merasakan tangan yang mencekal kaki ku itu mengeluarkan sebuah kuku yang tajam dan hampir saja menusuk kedalam kulit ku.
Mata biru terang itu berubah kemerahan, ia memiliki rambut sebahu berwarna merah dan taring di mulutnya, bukan.
Sosok itu bukan Liam!
Aku buru-buru menghentakkan kakiku kuat dan berhasil terlepas dari cengkramannya. Tubuhku terombang-ambing perlahan terbawa air ke atas permukaan sebelum aku mendengar suara yang amat merdu, suara laki-laki yang tidak ku kenali sama sekali.
"Pergilah dari sini, atau kamu akan menjadi bagian dari kami."
Suara itu bukan berasal dari Kyle yang ku lihat sedang mencoba berenang menggapai ku, melainkan suara merdu itu berasal dari sang merman di bawah kakiku yang hanya bisa ku lihat matanya yang tampak menyala dari kejauhan.
Aku menghela napas, kembali membiarkan air laut masuk memenuhi paru-paru ku dan aku mulai kesulitan bernafas. Alhasil tubuhku melemah dan mata ku terpejam, setelah Kyle berhasil membawa tubuhku ke permukaan laut dan membawa ku entah kemana.
⋆.ೃ࿔*:・
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Merman
Fantasy"Jadi kamu benar-benar Merman?" Niat awal Katrina datang ke Italia hanyalah untuk melarikan diri dari seluruh masalah yang menimpanya di Indonesia. Namun, disana ia bertemu dengan sosok Merman baik hati yang perlahan berhasil membuatnya jatuh cinta...