Apa yang akan kamu lakukan ketika mengetahui bahwa laki-laki yang mengajakmu mengobrol di tepi pantai adalah seorang makhluk mitologi yang biasa disebut sebagai Merman.
Takut?
Atau justru berkenalan dengannya layaknya manusia biasa seperti yang dila...
Note¹ : part 2 ini kena imbas eror wattpad, jadi viewer sama votenya hilang. Baca ulang yukkk!!
Revisi✓
⋆.ೃ࿔*:・
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku masih tidak percaya bertemu dengan mu," ucapku disela keheningan.
Setelah Liam tertawa akibat aku yang tidak sengaja menggelitiknya, kami sama-sama terdiam. Menikmati samar-samar deburan suara ombak pantai yang sangat menangkan.
Sebuah senyum terulas tulus di wajah Liam. "Begitu juga denganku," katanya. "Biasanya orang-orang yang melihatku disini pasti akan langsung pingsan saking terkejutnya melihat ekorku,"
Aku menahan tawa, membuat bibirku merucut beberapa sendiri. "Lalu... Bagaimana dengan orang itu? Apa ia memberitahu orang banyak tentang mu?"
Liam menggeleng. "Aku membuatnya lupa jika ia telah bertemu dengan ku, lalu kutinggal dia disini,"
Aku terkekeh kecil, membayangkan betapa paniknya wajah Liam saat melakukan itu. "Kau membuatnya lupa? Menggunakan apa?" tanya ku kebingungan.
"Sihir,"
Beberapa saat aku tercengang, sebelum menjawab dengan gagap. "Sihir?!"
"Iya, kami, maksudku kami bangsa Merman yang mempunyai darah keturunan Raja akan diwarisi ilmu sihir sejak kecil, sihir mengalir didarah kami selamanya,"
"Jadi kamu seorang... Bangsawan Merman?"
"Mungkin,"
"Mungkin?" ulang ku tak mengerti.
Liam menatap manik mata ku begitu dalam. "Aku tidak ingin membicarakan itu," ucap Liam dengan suara beratnya. Sepintas seperti sebuah peringatan. Membuat ku cepat-cepat mengalihkan topik.
"Liam, kamu bilang sering kemari sebelumnya, apa alasannya?"
"Yah, aku hanya penasaran dengan manusia. Tidak ada alasan khususnya,"
Aku hanya ber'oh ria saja. Toh, jika ada alasan khususnya juga, aku tidak punya hak untuk mengetahuinya.
"Kukira makhluk sepertimu itu tidak nyata,"
"Bangsa kami tidak diperbolehkan untuk menunjukkan atensinya kepada manusia. Barang siapa yang melanggar hukum itu akan di asingkan dan dijadikan umpan makanan para Siren,"
Mata ku membelalak spontan, aku menutup mulu dengan kedua tangan, mataku mulai bergerak gelisah menatap kesekitar. "Lalu, kamu? Kamu sedang menunjukkan keberadaan mu kepada ku!"
Liam justrumenyugarkan rambutnya kebelakang dan menatapku remeh. "Aku spesial, Katrina. Lagi pula tidak ada bangsa sejenisku yang tahu," ucapnya menenangkan.
"Sama saja, Liam! Kamu dalam bahaya sekarang. Mulai besok aku tak kan datang lagi kesini,"
Wajah Liam yang sebelumnya berseri menjadi lebih teduh. Manik matanya yang biru menyiratkan kekecewaan. Entah mengapa suasana disekitar terasa lebih dingin ku rasakan.
"Kamu takut pada ku, Kat. Sama seperti manusia lainnya,"
Mendengar suara Liam yang berkata lirih padaku, membuat hatiku sedikit terenyuh. "Bukan begitu... Liam,"
"Disana aku tidak punya teman. Disana membosankan. Makanya aku sedih ketika kamu tidak mau menemui ku lagi,"
"Tapi kamu melanggar hukum bangsa mu. Kau mau ketangkap para nelayan manusia? Atau kamu tak takut menjadi umpan para Siren?"
"Kamu tidak tahu rasanya menjadi aku, Katrina. Jadi diam saja,"
"Benar kah? Kamu sungguh bicara itu kepada ku?" aku tertawa melihat raut wajah kesal Liam yang sangat menggemaskan.
"Kalau begitu anggap yang aku lakukan sebelumnya sebagai rahasia kecil kita," Liam mengacung kan jari kelingkingnya.
Aku dengan senang hati menautkan jariku dengan jari kelingking milik Liam.
"Aku janji tidak akan memberitahu siapapun tentang mu,"
Liam mengangguk setuju. "Bagaimana kalau rahasia antar sahabat?" Mata biru laut dangkal itu menatap lembut dengan senyum hangat yang menyambut, dia mengacungkan jari kelingking kehadapan ku. "Kau mau berteman denganku?"
Ibu pernah mengajarkan ku untuk memahami seseorang terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menjauhi atau berdekatan dengannya, jadi aku harus memiliki alasan yang tepat untuk mengizinkan seseorang berada dilingkunganku.
Aku jadi merindukan ibu, sejak melarikan diri dari rumah, aku tidak pernah menelponnya.
Akhirnya aku kalah dengan tatapan Liam, matanya sungguh sangat bersahabat menatapku dan aku tidak punya alasan untuk menolak permintaanya, aku menautkan jari kelingkingku dengannya.
"Ya, aku teman mu sekarang,"
To be continued...
⋆.ೃ࿔*:・
You should to know kalo part 2 ini cuma 580 kata lebih hehe, maraaahh sama eror nya wattpad, nyebelin bgt ya tapi harus ttp semangatt!
Glossary:
Note¹ (a note yang ditulis pada tanggal 23 januari 2022/revisi pertama)