Apa yang akan kamu lakukan ketika mengetahui bahwa laki-laki yang mengajakmu mengobrol di tepi pantai adalah seorang makhluk mitologi yang biasa disebut sebagai Merman.
Takut?
Atau justru berkenalan dengannya layaknya manusia biasa seperti yang dila...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku masih sibuk menetralkan degup jantungku ketika Liam mulai membuka obrolan dengan topik utama yaitu Sihir memanggil seorang bangsa merman.
Setiap kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat dari bibir Liam sungguh tidak bisa ku cerna saat ini.
Bahkan, sesekali mataku melirik ke wajahnya yang entah mengapa sangat menarik perhatianku sampai beberapa waktu.
Sehingga, seolah tahu jika aku sedang tidak siap untuk mendengar pembicaraannya dengan baik, lelaki itu menoleh.
Sebuah kerutan tipis di dahinya terlihat walau samar. "Kamu paham apa yang aku bicarakan?" tanya Liam dan di respon dengan ku sebuah gelengan kepala.
Liam melengos, membuang wajahnya kearah lain. "Oke, baiklah. Kamu tidak perlu belajar sihir kalau begitu,"
Aku hanya bergeming antara kecewa dan senang, hal itu justru mengundang tawa dari Liam yang duduk dihadapanku.
Tanpa terasa siang yang kami lalui dengan sebuah obrolan-obrolan kecil mulai berganti menjadi sore yang kelabu. Awan hitam mengepul tebal di atas cakrawala, sapuan angin pantai terasa semakin menusuk kulit kala mentari mulai tenggelam seolah merosot masuk kedalam larutan.
Sisa cahayanya berwarna kuning kemerahan, mungkin akan terlihat cantik jika awan gelap itu tidak menghalangi pancarannya yang indah, tetapi menyaksikan matahari terbenam bersama Liam disampingku, di dek kayu rapuh, membuat senja itu cukup cantik dimataku.
"Katrina," panggil Liam.
"Ya?" balasku tanpa menolehkan wajah kearah duyung laki-laki itu.
"Lain kali kalau kesini kamu harus memakai baju dengan bahan yang cukup tebal. Aku bertaruh jika kau disini sampai malam dengan pakaian dress pendek mu itu akan membuatmu mengigil kedinginan,"
Lagi-lagi aku tersipu. Kenapa lelaki itu begitu perhatian dengan ku???
"Ah, kau benar,"
Liam menyunggingkan senyuman diwajahnya jahil. "Katrina," panggil Liam lagi.
Beruntung, kali ini aku menoleh dengan raut wajah bingung. "Kenapa?"
"Tidak, aku hanya ingin memanggilmu," celetuk Liam membuat ku gemas ingin mencubit kecil pinggangnya, dimana salah satu area tersensitif Liam yang membuatnya terkekeh kegelian.