Apa yang akan kamu lakukan ketika mengetahui bahwa laki-laki yang mengajakmu mengobrol di tepi pantai adalah seorang makhluk mitologi yang biasa disebut sebagai Merman.
Takut?
Atau justru berkenalan dengannya layaknya manusia biasa seperti yang dila...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Revisi✓
Aku memelankan langkah saat sampai ke dek pantai, disana sudah ada Liam dengan ekor indahnya. Duyung laki-laki itu duduk menghadap kearah laut sehingga yang dapat ku lihat dengan jelas adalah punggungnya yang kekar.
Aku berlarian kecil menghampirinya. "Liam!" panggil ku.
Liam menoleh, sekilas tersenyum melihat ku yang menyengir kegirangan menemui dirinya sampai lebih dulu disini.
"Sudah berapa lama kamu menunggu?"
Aku mendudukkan tubuh di ujung dek kayu, seperti biasa ─aku duduk bersampingan dengan Liam yang asik mengibas-ngibaskan ekor birunya kedalam air pantai.
"Tidak lama, aku baru sampai," jawab Liam sambil menatap wajah ku.
Lelaki itu meneliti pakaian ku dari atas sampai bawah lalu berdecak kagum melihat penampilan baru ku yang memakai dress biru langit selutut dan dua jepitan berwarna pastel menghiasi rambut.
"Wah, kau cantik sekali hari ini, Kat,"
Aku tersipu, lalu mengalihkan pandangan kukearah lain, menyembunyikan rona merah yang akhir-akhir ini sering muncul ketika Liam mulai pandai sekali merayuku.
"Berarti kemarin aku tidak cantik?" aku merucutkan bibirnya beberapa senti. Sedangkan Liam hanya tertawa gemas.
"Kau tetap cantik, Kat. Semua perempuan itu cantik, remember,"
Senyuman diwajah ku semakin merekah. Jantungku bahkan berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya. Namun kali ini aku tidak bisa menyembunyikan wajah tersipuku kepada Liam. Karena manik mata laki-laki itu seolah mengunci setiap pergerakan yang akan ku lakukan.
Liam memandangku dalam. Menelurusi setiap inci wajah mempesona dihadapannya melewati manik matanya yang berwarna biru cerah itu.
"Kau tidak takut dengan ku?"
Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari bibir Liam. Mengubah suasana disekitar kami menjadi lebih berbeda dari sebelumnya.
Setelah beberapa pertemuan, Liam masih saja bertanya apakah aku takut dengannya?
Tentu saja jika aku takut, aku tidak akan kembali setelah pertemuan pertama kami, dan tentu kalau aku takut dengan Liam aku tidak sedang berada disini sekarang.
Aku memutuskan pandangan mata dengan Liam. Membuang mukaku kearah lain, lagi. "Kamu nanya aku? Tentu kalau aku takut, aku sudah meminta tolong nelayan-nelayan disini untuk menangkap mu!"
Liam masih menatapku dalam, dengan mata teduhnya yang ku sadari adalah manik mata paling indah yang pernah aku tatap.
"Liam, kau tidak percaya dengan ku?"
"Bukan begitu, Katrina. Ini kali pertamanya aku berteman dengan seorang gadis manusia, dan entah mengapa pertemuan kita masih terasa seperti mimpi bagi ku,"
Tangan ku terulur menyentuh pipi Liam dengan sedikit gemetar karena aku merasakan kupu-kupu berterbangan didalam perutku sendiri, lalu mencubit pipi laki-laki itu cukup kencang sehingga si empu meringis kesakitan.
"Aduhhh,"
"Sakit?"
"Ya," jawab Liam dengan raut wajah dongkol.
"Berarti kamu sedang tidak bermimpi,"
Mendengar ucapan ku tadi sontak saja membuat Liam tertawa, matanya menyipit menyembunyikan manik biru indah miliknya, bibirnya sedikit terbuka hingga deretan gigi putihnya mengintip malu-malu dari dalam sana.
Aku tidak pernah menyadari diriku sendiri bahwa aku sedang terhanyut kedalam pesona seorang Liam, duyung laki-laki yang ku temui beberapa minggu lalu.
"Aku ingin mengajarkan mu sihir,"
"Hah? Aku kan manusia,"
"Sihir bisa dikuasai oleh seorang manusia jika ia mau dan mampu mempelajarinya,"
"Tapi apakah aku bisa?"
"Kamu harus belajar dulu, Katrina,"
Liam menceburkan kembali tubuhnya kedalam air laut.
"Kat, kau tunggu disini. Aku akan pergi, sebentar saja!" Setelahnya tubuh Liam lenyap ditelan oleh air laut. Gelombang-gelombang kecil mengantar kepergian Liam dari hadapannya.
Aku sejenak menikmati pemandangan yang sama sekali tidak membosankan untuk di pandang. Matahari masih bersinar terang, namun entah mengapa angin pantai yang cukup kencang menggigilkan tubuhku.
Aku memeluk tubuhku sendiri sambil menunggu Liam kembali.
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit.
Ah, membosankan sekali rasanya menunggu.
Tidak ada tanda-tanda akan kehadiran Liam, aku mencoba untuk menyentuh air laut dengan tangan dan memanggil nama laki-laki itu.
"Liam," seperti sihir, mantra dan magnet yang dapat menarik duyung laki-laki itu kembali.
Air laut disekitarnya menjadi gaduh, lalu disusul dengan sepasang tangan yang merembet di ujung dek kayu, siapa lagi kalau bukan Liam.
"Kamu lama sekali,"
"Benarkan? Aku hanya pergi kedasar laut untuk bertemu ibu peri,"
Aku melongo, mulutku sedikit terbuka karna kaget mendengar penyataan Liam barusan.
"I-ibu peri?!" tanya ku dengan nada tak percaya.
"Bangsa ku memanggilnya fairysea¹,"
"Setahu ku ibu peri mempunyai sayap cantik dipunggungnya. Apakah Fairysea juga punya?"
"Dia tidak punya sayap, namun dia punya ekor yang sangat indah,"
Liam mendudukkan tubuhnya di ujung dek lagi. Kali ini posisinya sedikit menyerong kearah ku, membuat ku merasa terpojok dengannya.
Jantungku berdegup dua kali lebih kencang setiap berdekatan dengan Liam. Ini sudah terhitung dua kali detakkan jantungku menjadi tidak normal hari ini gara-gara duyung itu.
Aku memundurkan posisi duduk ku ─karena sekarang aku sedang bersila dihadapan Liam ketika laki-laki itu justru semakin menyerong dan mengunci pergerakan ku.
"Liam kurasa-" baru saja aku ingin memperingati agar lelaki itu tidak semakin mendekat, Liam justru sudah memundurkan tubuhnya kembali, ketempat semula, sebelum aku menyelesaikan omonganku.
⋆.ೃ࿔*:・
Pelan pelaann pak supirrr >>>
Glossary:
Fairysea¹ ialah seorang duyung / merman yang memiliki sihir begitu kuat. Sehingga mampu melindungi pertahanan dan perbatasan kerajaan laut. Fairysea bisa disebut juga sebagai 'tetua' laut. Ia dapat mentransfer energi sihirnya kepada suatu golongan bangsa merman tertentu.Just in my story, btw.