Seventeen: Less than Nothing

1.1K 120 19
                                    

Oke guys, ini ada satu part tambahan yang terakhir. Cerita dari sudut pandang Jungkook. Aku memutuskan untuk double update supaya gak ada yang terasa gantung lagi yaa.

Selamat membaca!

Jungkook's point of view

***

Setelah kepergian Yerim

Jungkook bersembunyi di balik tembok sebuah bangunan tua yang tidak terpakai. Matanya terus mengekori sosok yang kini tengah berada cukup jauh dari tempatnya berdiri.

Sosok Yerim yang tengah sibuk menanam jagung di ladang bersama dengan beberapa wanita lain yang nampak sebaya dengannya, juga kedua orang tua wanita itu.

Sudah satu minggu ia berada di sana, di desa yang sama dengan Yerim tanpa sepengetahuan wanita itu.

Mungkin Yerim berpikir jika dirinya akan mampu melepaskan wanita itu begitu saja. Tentu saja hal itu salah. Jungkook telah mengikrarkan berkali-kali pada Yerim jika ia tidak bisa hidup tanpa wanita itu.

Dan Jungkook tidak pernah membual.

Maka seminggu ini ia habiskan untuk memantau Yerim dari jauh. Hanya itu yang ingin ia lakukan. Itu sudah cukup membuat hatinya merasa tenang. Ia hanya ingin melihat Yerim saja, tidak kurang dan tidak lebih.

Yerim nampak rileks dan bersemangat meski di bawah sinar matahari yang terik.

Satu fakta yang membuat Jungkook kembali menyadari bahwa Yerim telah menjadi begitu bahagia. Senyumnya selalu lebar, ia banyak tertawa dan bergurau, wajahnya tak pernah terlihat letih apalagi tertekan.

Berbeda dengan wanita itu saat berada di rumah keluarganya, bahkan Yerim tak pernah tersenyum semanis dan selebar itu saat tengah bersamanya.

Wanita itu pasti benar-benar tidak ingin kembali lagi.

Awalnya Jungkook ingin mencoba mencari cara untuk membuat wanita itu kembali, namun setelah menyaksikan betapa bahagianya wanita itu di tempat tinggalnya, Jungkook mengurungkan niatnya.

Ia menyadari jika dirinya terlalu egois karena berharap Yerim tetap tinggal di sisinya, padahal wanita itu memiliki kehidupan yang baik dan sempurna di sana. Dan itu tanpanya.

Jadi Jungkook memutuskan untuk tidak memaksanya lagi kali ini.

Melihat Yerim tersenyum dengan lebar seperti sekarang, membuatnya tidak rela jika nanti senyum tersebut akan menghilang dari bibir wanita itu.

Jungkook ingin Yerim selamanya bisa terus berbahagia seperti saat ini.

***

Pada akhirnya, Jeon Jungkook kembali ke rumahnya tepat setelah satu minggu ia memantau Yerim di desa. Kini sudah satu bulan berlalu semenjak kepergian wanita itu.

Selama satu bulan ini, Jungkook sengaja bekerja bagaikan robot tanpa istirahat agar dirinya tak memiliki waktu untuk memikirkan Kim Yerim. Saat pulang, dirinya akan langsung meminum obat tidur agar dapat langsung tertidur. Meski hati dan pikirannya kacau, Jungkook mencoba bertahan sebisa mungkin dalam hidupnya yang tanpa kehadiran wanita itu lagi.

Besok ia akan melangsungkan pernikahan dengan Tzuyu.

Tapi Jungkook benar-benar merasa sesak. Ia merasa kesulitan untuk menghirup udara. Matanya terus mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah itu, tempat di mana Yerim pernah tinggal dan menikmati waktu bersamanya.

Setiap sudut di sana menjadi saksi bisu keintiman keduanya. Mereka menghabiskan banyak waktu yang benar-benar indah dan tak terlupakan bagi Jungkook.

Selama hidupnya, waktu terbahagia Jungkook adalah saat bersama Yerim. Baru ketika ia bersama dengan Yerim-lah segalanya terasa nyata, terasa sanggup untuk dilalui.

Saat dengan Yerim, Jungkook merasa dapat bernafas sejenak. Saat dengan Yerim, Jungkook juga merasa dicintai. Bukan hanya ia yang tidak ada tandingannya bagi Yerim, tapi Yerim juga tidak ada tandingannya bagi dirinya, dalam hal apapun.

Cinta mereka mungkin tidak suci, tapi Jungkook bersumpah bahwa cintanya tulus pada wanita itu. Bahwa cintanya benar-benar dalam dan penuh. Bahwa wanita itu adalah satu-satunya wanita yang ia inginkan untuk berada di sisinya.

Ia tidak pernah mencintai seseorang sedalam itu sebelumnya.

Hanya saja caranya mencintai wanita itu memang salah. Memaksa wanita itu untuk terus berada di sisinya dan menjalani kehidupan yang tak seharusnya.

Jungkook tidak pernah mengerti bagaimana caranya mencintai seseorang dengan benar. Jungkook tidak pernah tahu bagaimana seharusnya ia memperlakukan seseorang yang ia cintai.

Jungkook tumbuh dalam keluarga yang kacau dan berantakan. Dari luar mereka terlihat sempurna, berwibawa, disegani.

Tetapi begitu banyak kebusukan di dalamnya. Sejak kecil Jungkook tak pernah diajarkan dengan cinta. Ia terbiasa diancam dan ditakuti saat harus meraih sesuatu.

Ayahnya ambisius dan otoriter, tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun. Ayahnya kerap membuat ia dan Wonwoo bersaing dengan tidak sehat.

Sementara ibunya amat gila harta. Yang ada dipikirannya mungkin hanya uang, uang dan uang. Jadi Jungkook juga tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya.

Lalu di saat ia berpikir dapat bertumpu dengan saudara-saudarinya, mereka mengkhianatinya. Mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya, membuatnya teramat jijik. Jungkook nyaris gila karena telah mengetahui rahasia kakak dan adik kandungnya itu, mungkin lebih baik jika ia tidak pernah mengetahuinya.

Tumbuh dan besar dalam keluarga seperti itu membuat Jungkook menjadi sedikit tidak waras juga. Apalagi saat kesempatan untuk memiliki seseorang yang diinginkannya datang menghampirinya. Jungkook jadi melakukan segala cara untuk dapat membuat semua itu terjadi.

Saat Yerim seolah menerima kedatangannya, Jungkook sudah bertekad untuk membuat wanita itu menjadi miliknya, berada di pelukannya. Tidak peduli dengan hubungan tidak wajar yang mereka jalani.

Lagipula tidak pernah ada hubungan yang wajar dalam hidupnya.

Jadi kehadiran Yerim jelas membawanya pada kenyataan yang menyenangkan, ideal, dan tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Tidak butuh waktu lama untuk semuanya berubah menjadi candu. Jungkook menjadikan wanita itu sebagai pusat hidupnya. Ia memberikan segalanya hanya pada wanita itu.

Maka kehilangan Yerim seperti ini jelas membuatnya kalut, membuatnya kehilangan arti hidupnya. Jungkook merasa kosong, ada lubang besar di dalam hatinya. Kepergian wanita itu merenggut kebahagiaannya, merenggut tujuan hidupnya.

Jungkook merasa tidak lagi hidup. Apapun yang ia lakukan tidak lagi mampu membuatnya merasa hidup. Jungkook kehilangan cahayanya. Hidupnya terasa begitu gelap gulita.

Satu botol, dua botol, tiga botol, lima botol... tetap tak mampu menghilangkan Yerim dari pikirannya. Tetap tidak mampu menghilangkan luka atas lenyapnya wanita itu dari hidupnya.

Maka ketika Yerim masih teringat jelas dalam titik termabuknya, Jungkook tidak memiliki pilihan lain.

Ia menjatuhkan tubuhnya ke dalam kolam renang yang kedalamannya melebihi tinggi badannya itu, membiarkan air menenggelamkan dan menghilangkan kesadarannya. Jungkook tidak ingin terbangun, sebab ia tidak memiliki keinginan untuk kembali pada kenyataan.

Kenyataan hidupnya yang tanpa Kim Yerim.

***



Semoga chapter ini bisa membuat kalian lebih paham tentang Jungkook dan keputusannya. Mari kita berdoa di another universe mereka berbahagia ya guys.

Akhir kata, thank u for reading!

Less Than NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang