Part 7

742 41 0
                                    

"Ini kenapa sudah malam tapi belum sampai?" tanya Mark lagi.

"Ini bukan malam Mark."

"Maksudnya kamu?"

"Sekarang masih jam empat sore. Kamu lihat sendiri," ujar Sherly memperlihatkan layar handphone yang menyala ke arah Mark.

"Masih jam empat?" tanya Mark dengan mata sedikit silau dengan cahaya handphone Sherly yang cukup terang.

"Iya, aneh kan," ujar Sherly mengangguk kepala.

'Ini memang sangat aneh. Mana ada jam empat sudah gelap gulita. Aku harus tanya sama pak sopir dulu,' batin Mark.

"Sherly, kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau tanya sama pak sopir nya," suruh Mark.

Sherly mengangguk kepala dengan patuh. Dia akan membiarkan Mark yang akan mencari tahu apa yang sudah berlalu. 

Mark bangun dari kursi dengan perlahan. Berjalan ke arah sang sopir bus dengan memegang bagian kepala kursi penumpang. Dia sedikit susah berjalan karena bus masih berjalan.

"Pak!" panggil Mark.

Sang sopir tidak menjawab. Dia hanya melihat ke arah Mark sebentar. Kemudian melihat ke arah depan lagi.

"Pak, kenapa kita ada di dalam hutan? Kenapa kita belum sampai di pantai? Bahkan di sini sangat gelap," tanya Mark lagi menelusuri wajah sang sopir bus.

Sang sopir lagi-lagi melihat sekilas ke arah Mark. Kemudian dia melihat lagi ke arah jalanan.

"Jalan biasa menuju ke pantai sedang dalam perbaikan. Kita harus menunggu terlalu lama jika melewati jalan itu. Makanya saya mengambil jalan alternatif lain. Ini gelap karena kita berada di tengah hutan. Cuacanya lagi mendung," sahutnya dengan suara datar.

"Apa Bapak tidak merasa aneh dengan tempat ini."

"Aneh? Tidak ada yang aneh. Ini tempat yang biasa saya lewati. Kamu duduklah kembali. Kamu dan teman kamu bisa tidur kembali. Kalau sudah sampai tujuan akan saya bangunkan," suruhnya.

Mark kembali melihat ke arah teman-temannya dan juga Bu Guru. Mereka semua masih tertidur sangat lelap. Ada yang menggorok, bahkan mengigau tidak jelas.

Mark langsung kembali ke tempat duduknya tanpa banyak tanya lagi. 

Setelah kepergian Mark, sang sopir tersenyum miring dengan kepalanya yang menunduk. Dia menambah kecepatan bus memecahkan keheningan hutan yang gelap.

"Bagaimana?" tanya Sherly begitu Mark duduk di tempat semula. 

"Katanya ada perbaikan jalan. Jadi Pak sopir memutar arah agar kita bisa tiba di sana lebih cepat," sahut Mark.

"Kenapa jauh sekali putar arahannya?"

"Mungkin tidak ada jalan lain. Nanti teman kita yang lain juga akan menyusul kita di belakang kan," terang Mark.

"Aku telepon Mia, ah. Siapa tahu dia masih jauh di belakang kita. Aku mau goda dia ah," gumam Sherly kembali tertawa kecil dengan menutup mulutnya.

"Kamu ini," ucap Mark menggeleng kepala dan pasrah dengan kelakuan Sherly.

Sherly mengambil handphone kembali. Dia segera menghubungi Mia namun handphone sama sekali tidak ada sinyal dan jaringan.

"Kenapa tidak ada sinyal, sih," gumam Sherly kecut sambil mengangkat handphone tinggi berharap menemukan sinyal.

"Kita ini ada di dalam hutan. Wajar kalau tidak ada sinyal. Kamu taruh aja kembali handphone kamu. Kita tidur saja. Nanti Pak sopir akan membangunkan kita kalau sudah tiba," suruh Mark dengan menguap. Matanya kembali mengantuk.

"Aku sudah tidak ngantuk lagi. Aku ingin segera sampai di pantai."

"Ya sudah, sana kamu keluar dan terbang saja biar cepat sampai."

Bersambung ….


Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang