Part 15

609 32 0
                                    

Putri dan Karla juga mengambil barang milik mereka. Putri mengambil handphone dan tas selempang miliknya. Sedangkan Karla mengambil tas punggung miliknya yang cukup besar. Tasnya berisi makanan dan minuman.

"Karla, kamu bawa barang yang penting saja. Itu tas kamu sangat penuh," tegur Putri.

"Isi tas ini semuanya penting. Di sini ada makanan dan minuman. Jaga-jaga kalau aku lapar nanti," sahut Karla menepuk tas beberapa kali.

"Kamu di saat genting ini masih bisa  memikirkan makanan."

"Kita juga perlu makanan untuk bertahan hidup. Kita tidak akan tahu berapa lama akan terjebak di sini," balas Karla keras kepala.

"Terserah kamu saja. Asal kamu bisa bawa sendiri," ujar Putri.

"Segini mah kecil. Tidak ada apa-apanya bagi aku," balas Karla langsung mengenakan tasnya di punggung.

Karla sudah biasa membawa barang berat. Jadi tas yang hanya isinya makanan bukan halangan baginya. Sama saja dia dengan membawa tas kosong.

Mark dan anak cowok lain juga mengambil barang penting milik mereka. Mereka mencari senter, jaket, dan juga tongkat kasti yang mereka bawa untuk bermain di pantai sebagai bahan tambahan.

"Buat apa kamu ambil itu?" tanya Davin melirik ke arah Arga yang mengambil tongkat kasti.

"Ini buat jaga-jaga saja. Mana tahu kita bertemu hewan buas. Kita kan sedang berada di tengah hutan," sahut Arga mengayunkan tongkat kasti seperti sedang memukul bola..

"Benar apa yang dikatakan Arga. Bisa saja di dalam jurang ini ada binatang buas. Kita harus membawa barang seperti itu juga untuk berjaga-jaga," usul Mark.

"Bener juga ya," respon Davin.

Mark melihat ke sekeliling bus. Dia sudah selesai mengambil barang miliknya. Dia juga harus mencari barang untuk melindungi diri sendiri.

Di sisi lain, Sherly berjalan pelan ke arah jasad Bu Guru. Setelah dekat dengan Bu Guru, dia berjongkok dengan perlahan.

Sherly menjulurkan tangan dengan pelan dan bergetar. Sebenarnya dia sangat takut mendekati Bu Guru, tapi dia harus mengambil handphonenya.

"Aaaa!" teriak Sherly kaget saat bus bergoyang.

Mark dan lain langsung mencari pegangan. Mereka juga terkejut saat bus bergoyang.

Saat bus itu bergoyang, tangan Bu Guru berpindah ke arah tangan Sherly. Membuat Sherly segera menarik tangannya kembali dan berjalan mundur.

"Kamu tidak apa-apa Sherly?" tanya Mark khawatir dengan menepuk punggung Sherly.

"Aku tidak apa-apa. Tapi handphone aku," ujar Sherly menunjuk ke arah handphone. Dia tidak berani mengambilnya lagi.

"Biar aku saja," ucap Mark.

Mark segera mengambil handphone Sherly dengan cepat. Tanpa rasa takut sama sekali. Setelah itu dia membantu Sherly berdiri dan menyerah handphone Sherly.

"Terima kasih. Untung handphone aku tidak rusak," ucap Sherly memeluk handphone kesayangannya.

"Kita harus segera keluar dari sini," ajak Mark kepada semuanya.

Mereka semua turun dari dalam bus. Mark, Wisnu, Davin dan Arga segera menghidupkan senter penerang. Sekarang penerangan sedikit lebih terang daripada tadi.

"Ingat, jangan hidupkan semua senter. Kita harus berhemat mencegah habis baterai. Usahakan senter tetap menyala sampai kita bisa selamat atau matahari sudah terbit," usul Mark memperingati.

"Oke," sahut mereka.

Wisnu dan Davin segera mematikan senter milik. Sekarang biar senter milik Mark dan Arga yang menyala dulu.

"Wisnu, bantu aku bongkar bagasi bus," ajak Mark.

Bersambung ….

Misteri Bus SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang